Part 13 : Hampir

872 69 7
                                    

Ryu terbagun gelisah dari tidurnya. Ada sesuatu yang kurang, ya! Ponselnya. Ia lupa membawa ponselnya semalam. Ryu mengacak rambutnya frustasi, bisa celaka ia bila tidak memberi kabar. Tapi, jika ia mengambil ponselnya itu berarti ia harus kembali ke kamarnya. Padahal ia berjanji tidak akan macam-macam pada gadis-gadis itu.

Ryu mengembuskan napas frustasi. Daripada tidak memberi kabar ia lebih baik dicap macam-macam. Semoga saja tidak ada yang terjadi. Ryu bangkit dari ranjang yang terasa sempit padahal hanya ditiduri oleh Bam dan dirinya. Dengan hati-hati, Ryu berjalan melewati Raka dan Lee yang tidur di sofa dekat pintu.

Begitu Ryu memasuki kamarnya ia melihat sosok gadis yang memakai bajunya yang kebesaran. Ryu mengenalinya, itu Freya. Mengapa sekarang ketika ia bangun dengan baju itu kecantikan dan kepolosannya meningkat drastis? Jantung Ryu berdetak dengan sangat cepat. Ryu membeku beberapa detik. Beberapa perasaan asing yang aneh merasukinya secara tiba-tiba. Sebelum mendapati kesadaran dirinya kembali sebuah pukulan hampir mengenai Ryu. Jika Ryu tidak terlatih cukup keras selama ini tentu pukulan gadis itu mengenainya dan berakibat sangat fatal.

Freya memandangnya dengan nanar dan mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Ryu yang bingung. Di sisi lain, Ryu merasakan dorongan asing yang membisikkan padanya untuk menenangkan Freya dengan sebuah ciuman.

Awalnya ia ingin mencium Freya sekilas saja untuk menenangkan hasratnya yang menyeruak secara tiba-tiba kemudian melepaskannya. Tapi bibir lembut Freya begitu manis dan memabukkan. Reaksinya yang polos membuat Ryu semakin ingin memperdalam ciumannya dan memberikan pengalaman tak terlupakan untuk Freya.

Perlahan dibimbingnya Freya ke dalam walk in closet. Saat Freya mencoba bernapas, Ryu merenggut bibir gadis itu dan memasukkan lidahnya. Ia merasakan Freya yang melemas dan dengan segera ia memeluk Freya lebih erat.

---**---

Tangisan Freya menyadarkan Ryu dari hasratnya yang menggebu-gebu. Ia terlihat syok dengan apa yang dilakukannya tadi. Bagaimana bisa?

Sementara Freya masih tetap menangis pilu. Dada Ryu terasa tercabik-cabik di setiap tetesnya. Dirinyakah penyebab Freya menangis? Ia bersedia dipukuli Freya jika itu membuat gadis itu lebih baik.

"Hei," kata Ryu. "Aku minta maaf, karena itu berhentilah menangis."

Freya menatap Ryu jengkel, airmata masih mengalir deras. "Huh! Setelah menjebakku dan Lin dengan cara kotor kau meminta maaf? Kau punya otak tidak sih??!!"

"Apa maksudmu?" tanya Ryu tidak mengerti.

"Katakan padaku, berapa pria yang melakukannya denganku? Siapa nama-namanya? Akan kupastikan mereka menderita!" Freya mengancam dengan sungguh-sungguh. Memikirkan ucapannya membuat Freya bergidik ngeri sendiri.

"Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan, Freya," ujar Ryu masih bingung. Ia memutar otaknya, mencoba mencerna perkataan Freya. "Jangan bilang kau mengira orang-orang yang mengejarmu kemarin berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan?"

Tangisan Freya mulai mereda, ia menatap Ryu dengan ekspresi tidak percaya. Mungkinkah tidak terjadi apapun terhadapnya?

"Apa.. Maksudmu?" tanya Freya balik.

Ryu tersenyum, kelegaan memenuhi rongga dadanya. Ternyata gadis itu hanya salah paham. Ia segera menceritakan semua yang terjadi Freya. Akhirnya tangisan Freya benar-benar berhenti, dan rasa sakit yang mencabiknya ikut menghilang secara bersamaan.

"Terima kasih sudah menyelamatkanku." Freya meraih tangan Ryu dan menggenggamnya dengan penuh syukur. Ia mendongakkan kepala. "Tapi jika itu tidak terjadi, mengapa kau menciumku tadi?"

Eye of Heart [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang