Part 22 : Ryu Kembali

766 73 3
                                    

Sebelum memulai cerita author ingin menyampaikan kalau mulai dari besok tidak bisa lagi update sering-sering. Soalnya author mau PKL atau Magang 🙌🙌🙌🙌

Tapi diusahakan update seminggu lebih dari 1x.. Author juga ingin menyampaikan permintaan maaf jika cerita ini nantinya akan muncul banyak tokoh dan jadi rumit.. 😫😫

Walau author udh ga minta vote atau komen dari readers sekalian tapi author sangat menantikannya :D

Author juga sempet terharu ada yang mw nambahin cerita ini jadi Reading list T^T
Jujur author seneng bngat.. Terima kasih juga yg sudah memberi vote dan setia membaca cerita ini..

Sekian--
Happy Reading 🙌🙌🙌🙌

---**---

Sekembalinya dari Jepang, tempat yang pertama kali Ryu ingin kunjungi yaitu kamar gadis yang menjadi tunangannya yang keempat. Gadis dengan rambut merah jahe yang indah. Rambutnya yang panjang dan bergelombang begitu menawan. Ia merindukan bagaimana gadis itu menatap matanya langsung. Aroma gadis itu dan tubuhnya yang lembut begitu pas di tubuh miliknya.

Kali ini Bam tidak mengikuti kemana Ryu pergi, ia percaya Ryu tidak akan kehilangan kendalinya. Selain itu ada beberapa hal yang harus Bam selesaikan terlebih dahulu. Jadi mereka berpisah begitu sampai di bandara.

Akhirnya Ryu sampai di pintu yang sudah tidak asing baginya. Ia menegak kembali ludahnya. Mengambil napas dalam kemudian mengetuk pintu berwarna silver itu.

Cukup lama ia menunggu sang pemilik menjawab dan menampakkan dirinya. Selang beberapa menit pintu terbuka. Nampak seorang gadis dari ambang pintu yang terbuka. Ia melihat siapa gerangan yang mengetuk pintunya malam-malam seperti ini.

Gadis itu mengenakan piyama berwarna biru muda dengan motif polkadot kecil berwarna hitam. Piyama itu menutupi seluruh lengannya serta kakinya. Gadis itu menatap dengan seksama pemuda yang berada di hadapannya. Pemuda yang tengah tersenyum cerah melihatnya, dengan balutan jas hitam yang nampak sangat cocok dengan pemuda itu. Otot-otot pemuda itu masih dapat terlihat di balik setelan bajunya yang formal. Pasti para gadis yang melihat pemuda setampan ini dengan tubuh yang begitu menggoda akan meneteskan air liurnya. Tapi tidak dengan gadis ini, ia masih dapat bersikap tenang dan berpikir rasional.

"Kau sudah kembali?" tanya gadis itu.

Ryu tersenyum, ternyata Freya masih mau berbasa basi dengannya. "Iya, beberapa jam yang lalu aku sampai di bandara."

Freya menaikkan sebelah alisnya, "Lalu ada urusan apa kau disini? Aku sedang tidak berminat menghadapi hasratmu yang tidak terkontrol itu." Ia melanjutkan. "Oh iya, mulai sekarang jika kau menyentuhku di luar batas kewajaran aku tidak akan segan-segan menghajarmu. Walau itu berarti aku harus mematahkan beberapa tulangmu."

Ryu tersenyum kecut mendengar ancaman Freya. Gadis itu benar-benar membencinya. Ryu mengakui jika hal yang ia lakukan terhadap Freya memang sangat kurang ajar. Tapi bagaimanapun ia sudah merenungi dan memikirkan soal ini dengan masak-masak.

Ia menyadari bahwa penyebab dirinya hilang kendali adalah karena ia jatuh cinta dengan gadis itu. Sejak pertama kali ia melihatnya. Jika ia menyadari hal itu lebih cepat, hal-hal yang membuat Freya membenci dirinya pasti tidak akan terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Apapun yang ia lakukan ia tidak dapat mengubah masa lalu. Hal yang ia harus lakukan adalah terus berjuang dan tidak kenal menyerah.

"Aku berani menjamin jika hal itu tidak akan terjadi. Ada hal penting yang harus kita bicarakan, tapi tidak disini," jawab Ryu dengan tenang. Freya masih tidak dapat mempercayainya, tapi ekspresi Ryu memang menunjukkan kesungguhan.

Eye of Heart [COMPLETED]On viuen les histories. Descobreix ara