Part 17 : Cheon Kikka

834 71 2
                                    

Sudah seminggu sejak iblis biru memasangkan rantai di jari manis Freya. Sesekali Freya memandang si iblis biru. Ia hanya mendapati si iblis biru membalasnya dengan senyum mematikan miliknya.

Freya berpikir, setidaknya seminggu ini damai. Si iblis biru tidak menyerangnya seperti dulu lagi. Freya menatap cincin yang melingkari jari manisnya. Ia menyeringai.

Segera ia mengalihkan pikirannya dan berfokus kepada tumpukan buku yang ada di meja miliknya. Pelajaran berikutnya membedah katak di lab biologi. Itu berarti ia harus pindah kelas. Freya menghela napas panjang. Ia belum terlalu akrab dengan teman-teman sekelasnya dan alhasil ia harus berjalan sendirian ke lab biologi.

Lin mendapat tugas luar dari sekolah sejak 3 hari yang lalu. Raka pulang ke rumah sementara karena ada urusan dengan ayahnya, Iwan Saputra. Sekarang ia sendirian, sekali lagi ia mengambil napas panjang.

Seseorang menepuk bahu Freya tepat saat ia berada di ambang pintu kelas. Freya menoleh dan mendapati Miki tersenyum padanya.

"Ada apa Miki?" tanya Freya.

"Bagaimana jika kita bersama-sama ke lab biologi?" ajaknya.

"Tidak masalah," ujar Freya. Tiba-tiba si iblis biru merangkul pundak Miki. Ia menyunggingkan senyum kemenangan ke arah Freya.

"Aku ikut juga Miki," kata Ryu.

"Oh kau Ryu, ayo. Lebih banyak lebih baik. Tampaknya Freya sedang kesepian karena Raka dan Lin tidak ada." Miki mengiyakan. Freya tersenyum kecut. Ia tidak mau berjalan bersama si iblis biru. Segera Freya meninggalkan Miki, Ryu, dan Bam yang sedang ngobrol dengan asiknya.

Freya hampir lupa, ternyata si iblis biru dan anjing penjaganya adalah sahabat Miki sejak kecil, ia mengetahuinya baru-baru ini. Yang diinginkan Freya hanya jauh-jauh dari si iblis biru walaupun ia berat untuk menjauh dari Miki.

Ada sesuatu tentang Miki yang membuatnya tertarik. Ia tidak dapat menjelaskan seperti apa tepatnya tapi ia tahu, ia merasakan suatu perasaan asing yang membuatnya nyaman jika berada di dekat Miki.

Mungkin karena mata biru kelamnya yang penuh dengan misteri? Atau senyumnya yang begitu tulus saat tersenyum untuk Freya? Atau karena terkadang Freya mendapati Miki memandangnya dengan tatapan yang memiliki begitu banyak arti? Apapun itu sekarang membuat wajah Freya merona memikirkannya.

Sekarang Freya mendapati dirinya terduduk di lantai. Ia merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya. Ternyata ia menabrak seseorang. Ia melihat gadis yang ikut terjatuh di depannya.

Si gadis memegangi bagian tubuhnya yang sakit akibat tabrakan tadi. Rambut hitam panjang miliknya mengikuti setiap gerakan yang ia lakukan. Hidung mancung kecilnya begitu menarik. Dengan kulit berwarna putih lobak khas orang-orang Korea. Gadis itu kemudian menatap Freya. Ia bangkit dan mengulurkan tangannya.

"Maafkan aku, sepertinya aku tidak memperhatikan jalan tadi. Aku begitu sibuk membawa map-map untuk pelajaran Geografi," kata gadis itu. Freya menerima uluran tangan gadis itu untuk membantunya berdiri. Ia melihat map yang dimaksud si gadis cantik di depannya. Map-map besar yang walaupun digulung masih besar, tidak hanya itu. Gadis itu membawa 4 map. Pantas saja gadis ini tidak dapat melihat jalan. Pandangannya pasti tertutupi map-map besar yang kini berserakan di lantai.

"Aku juga minta maaf, seharunya aku tidak melamun saat berjalan. Aku malah membuatmu repot," sesal Freya. Ia membantu gadis cantik itu memunguti map-nya yang berserakan.

Saat mengambil map terakhir yang terletak agak jauh seseorang sudah mengambilnya. Freya mendongakkan kepalanya dan mendapati seorang pria besar berambut pirang. Ia berjalan melewati Freya dan menghampiri gadis berambut hitam yang sedang memunguti map miliknya.

Eye of Heart [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon