Part 40 : Monster [END]

1.3K 75 3
                                    

"Hahahahahahaha." Alin memegangi perutnya karena rasa nyeri yang ia rasakan. Terlalu banyak tertawa membuatnya demikian. Bagaimana tidak, ini adalah hari terbaiknya.

Alin menyeringai. Perasaan asing menyeruak memenuhi rongga dadanya. Ia bersenandung sambil mengingat-ngingat keberhasilannya yang gemilang.

Membuat Freya menderita. Memanfaatkan rasa cinta sepupunya pada gadis itu dan menghasutnya untuk mengejar Freya. Dan sesuai dugaan Alin, Freya tidak bisa menolak Miki.

Alin tahu Freya mempunyai perasaan yang tidak bisa dijelaskan pada Miki, dan dia juga tahu gadis itu juga mencintai Ryu. Dengan sedikit kekacauan maka hancurlah kebahagiaan gadis itu.

Ketika Alin mengikuti Freya saat pernikahan Keir dan berpura-pura memanggil Miki alih-alih mempertemukan mereka. Alin hampir tidak bisa menahan teriakan kebahagiaannya saat Ryu memergoki Freya dan Miki. Alin bersembunyi di lorong lain, memperhatikan kehancuran Freya, bagaimana gadis itu menangis begitu pilu dan dia pantas mendapatkannya.

Hari ini ia mendengar Raka memanggil Miki. Alin tahu akan ada kabar baik selanjutnya. Ia menyayangkan gadis itu tidak mati, padahal ia begitu gembira ketika mendengar Freya masuk rumah sakit. Tapi tak apa, gadis itu tidak akan muncul dihadapannya untuk untuk beberapa bulan ke depan.

Berarti dia mempunyai kesempatan memiliki Ryu, menawarkan penghiburan bagi pria itu. Dan papanya tidak akan pernah melihat Freya, gadis yang sangat mirip dengan wanita sialan yang membuat ibunya menderita selama ini.

Alin meraih ponsel di sakunya. Menghubungi seseorang, memastikan rencananya akan berjalan lancar hingga akhir.

"Halo Dan. Ini aku Alin, tolong kabari aku jika Papa akan ke sini."

---**---

"Kau baik-baik saja Ryu?" Bam memberikan sebotol air mineral dingin.

Ryu menerima botol itu dan langsung menegak isinya. "Ya."

Kening Bam mengerut. "Jangan bohong. Tidak berguna dihadapanku, kau tahu."

Helaan napas Ryu terdengar. "Aku memang tidak baik-baik saja, kau puas?"

"Kenapa Ryu? Kau begitu menderita seperti ini karena menjauhi Freya, kenapa kau justru merelakannya pergi? Padahal perasaan gadis itu tidak jauh berbeda darimu." Bam berkacak pinggang, tidak habis pikir dengan keputusan sahabatnya.

Ryu merebahkan diri di ranjangnya, tangannya yang besar menutupi wajahnya. "Aku tidak bisa membiarkan Freya menderita, dia terjebak di antaraku dan Miki. Kau tidak tahu betapa sakitnya aku saat melihat ekspresi Freya ketika aku melihatnya bersama Miki. Dia ketakutan, putus asa. Dan.. Kupikir, mungkin yang dicintai sesungguhnya oleh Freya adalah Miki, apa yang dirasakannya padaku tak lebih karena feromonku dan karena janji kami dulu. Freya tidak akan melepaskanku, jadi harus aku yang melepaskannya. Memberikan kebebasan untuknya mencintai siapapun yang ia cintai."

Bam bergerak-gerak gelisah, gemas terhadap tingkah sahabatnya. "Bagaimana jika yang Freya cintai sesungguhnya adalah kau? Tidakkah kau lihat keputusan yang gadis itu ambil? Dia memilih menjauhi kalian berdua! Bukan seperti yang kau kira! Dan kau Ryu, apakah kau ingin menjadi stalker dan orang gila untuk selamanya? Ingat hari dimana kau memutuskan pertunangan dengan Freya? Kau berlari-lari seperti orang gila, kembali ke tempat itu dan hampir memintanya kembali. Kemudian mengikuti gadis itu hingga ia tiba di kamarnya. Lalu saat Freya masuk ke rumah sakit, kau memintaku memasang kamera kecil di ruang rawatnya. Agar kau bisa mengawasi perkembangan gadis itu. Apakah kau ingin selamanya seperti itu? Mengawasi gadis itu diam-diam? Sadarlah Ryu, untukmu hanya Freya. Dia yang pertama dan terakhir. Kau tidak bisa hidup tanpanya."

Eye of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now