Part 16 : Surat Wasiat

873 69 0
                                    

Detik-detik jam menggema di ruangan. Seorang gadis tampak sedang mengacak-ngacak lemari miliknya. Terkadang keringat mengalir di beberapa bagian tubuh gadis itu. Sesekali ia menyeka keringatnya, tak jarang juga ia mengacuhkan keringatnya yang mengalir.

Gadis itu menengok ke arah jam. Pukul 07.40 WIB. Sedikit lagi jam pelajaran dimulai, ia harus bergegas mencari surat wasiat ibunya. Akhirnya ia menemukan apa yang dicarinya. Segera diambilnya sebuah kotak kecil berwarna cokelat dan mengeluarkan isinya. Sebuah surat yang sudah usang. Ia membaca kembali isi surat yang dulu sempat mencabik-cabik hatinya.

Dear Freya..

Jika kau membaca surat ini berarti aku tidak ada di dunia ini lagi. Maafkan aku meninggalkanmu seorang diri. Freya, sebelum kau membaca kelanjutan surat ini yakinlah akan satu hal. Aku sangat mencintai dirimu. Apapun yang terjadi tidak akan mengubah apapun.

Freya, kau bukanlah anakku. Secara biologis tentunya. Tapi jika kau bertanya perasaanku, bagiku kau adalah anakku untuk selamanya.

Sekarang aku memberimu pilihan, kau ingin mencari siapa dirimu atau berpura-pura tidak tahu apapun dan kembali menjalankan hidupmu seakan tidak terjadi apa-apa.

Jika kau ingin mencari tahu siapa dirimu pergilah ke Akademi Frisuki. Di sana kau akan menemukan jawaban dari semua pertanyaanmu. Setelah kau lulus dari sana, ikutilah ujian menjadi Helper. Jika kau melakukannya akan lebih mudah bagimu untuk mencari tahu mengenai dirimu.

Akan kuperingatkan beberapa hal jika kau pergi ke sana. Jauhilah keluarga Isaiah, mereka adalah orang-orang berengsek. Penguasa dengan hasrat yang menjijikkan akan wanita. Jika mereka sampai tertarik pada dirimu semua akan menjadi lebih sulit Freya.

Yang kedua, saat kau memutuskan untuk melakukan hal ini maka kau harus menjadi anak adopsi keluarga lain. Kau tidak bisa membawa namaku sebagai ibumu. Ini memang kejam Freya. Aku tidak bilang semuanya akan mudah.

Yang ketiga, saat kau berumur 18 tahun sesuatu dari dirimu akan berubah. Aku tidak bisa memberi tahu detailnya. Ingat Freya, jika kau sudah mengalami perubahan itu, sembunyikan.

Yang keempat, kau benar-benar harus mematuhi semua yang tertulis disini. Jangan pernah kau abaikan satupun Freya. Aku serius. Kuyakin pengacara itu, Iwan Saputra akan membantu melewati semua ini. Percayalah padanya.

Terakhir, aku minta maaf tidak dapat menemanimu melewati masa-masa sulit. Mungkin itu hukuman bagiku karena aku berniat merahasiakan hal ini dan membawanya sampai ke liang kubur. Freya, betapa berat bagiku meninggalkan dirimu. Kau adalah hal menakjubkan yang terjadi di dalam hidupku. Tahun-tahun yang aku habiskan bersama dirimu begitu membahagiakan.

Temukan pecahan yang tersebar. Sampaikan kepada pemilik ornamen lotus itu aku mencintainya. Freya kau tidak akan pernah sendirian.

Sarah Azalea

Gadis itu menutup kembali surat yang ia baca dan meletakkannya ke tempat awal. Ternyata hingga kini hatinya masih belum kuat menghadapi isi surat itu. Ia kembali merasakan pukulan-pukulan tak kasat mata tanpa ampun yang terus mencabik-cabik hatinya hingga berkeping-keping jika mengingat kenyataan yang tertulis pada surat itu. Walaupun tidak separah saat pertama kali membacanya.

Ia mengambil isi lain dari kotak cokelat itu. Kalung dengan bandul ornamen lotus. Ia meraihnya kemudian memakai kalung itu. Berharap sang pemilik menyadari dirinya.

Si gadis kembali merapikan lemarinya. Menyusun kembali isinya seperti semula. Setelah selesai ia memasukkan buku-bukunya yang tergeletak di mejanya. Ia menatap tangan kirinya. Tepatnya jari manisnya.

Tampak cincin dengan berlian biru. Rantai dari iblis biru bagi dirinya. Ia bertanya-tanya dalam hati, bagaimana reaksi ibunya jika mengetahui bahwa putrinya menjadi salah satu tunangan keluarga yang harusnya ia jauhi. Gadis itu tersenyum kecut, kemudian melangkah keluar dari kamarnya.

---**---

Sebuah pelukan menyambut Freya saat memasuki kelas. Gadis yang memeluknya gemetaran. Samar-samar terdengar isakan kecil dari gadis itu. Ia melepaskan pelukannya, tatapannya tetap di bawah yang perlahan naik menatap mata biru Freya. Ia menggenggam kedua tangan Freya erat-erat.

"Maafkan aku Freya. Semuanya salahku. Jika aku tidak memisahkanmu dari Raka hal mengerikan itu tidak akan terjadi. Aku sangat menyesal. Bagaimana bisa aku melakukan hal itu terhadapmu. Kau boleh memukulku jika itu dapat menenangkanmu." Lin bersuara dengan gemetaran. Tampaknya gadis itu hampir tidak bisa membendung airmatanya. Orang-orang yang berada di kelas menatap Freya dan Lin dengan tatapan menyelidik. Walaupun mereka berusaha terlihat seperti tidak memperhatikan Freya dan Lin. Tapi Freya dapat merasakan keingin tahuan teman-teman kelasnya. Ia menarik napas panjang.

Freya memeluk Lin, kemudian mencoba menenangkan dengan cara mengusap kepalanya.

"Itu sudah berlalu Lin. Dan itu bukan salahmu, semua terjadi karena takdir. Kita tidak dapat melakukan apapun untuk mencegahnya jika itu kehendak Yang Maha Kuasa," kata Freya, ia menatap Lin "Lagipula aku selamat. Itu yang terpenting Lin."

Lin mengangguk kemudian berusaha mengatur emosinya kembali. Ia menatap Freya. Tampaknya perhatiannya bukan terhadap dirinya lagi. Freya menatap dua orang yang masuk ke kelas ini.

Sorot matanya menampakkan ketidaksukaan kepada dua orang itu. Lin kaget, baru kali ini ia melihat tatapan Freya seperti itu. Apa yang terjadi pada Freya, Ryu, dan Bam? Lin hanya bertanya-tanya di dalam hati, tapi ia tidak berani menanyakannya kepada Freya.

Seseorang menepuk bahu Freya dan Lin. Mereka berdua menoleh ke belakang. Tampak senyum cerah dari laki-laki dengan rambut dan mata cokelat terangnya yang menambahkan kesan hangat. Ia menatap kedua gadis yang ada di depannya.

"Kenapa kalian hanya berdiri disini? Ayo duduk!" ajaknya. Freya dan Lin mengikuti laki-laki itu. Kemudian duduk di bangku masing-masing.

Tidak lupa ia menatap nanar iblis biru yang ada di sebelah kirinya. Seperti biasa, laki-laki itu hanya membalasnya dengan senyum mematikan miliknya.

Lalu sentuhan asing dari sebelah kanannya mengalihkan perhatiannya. Ia hampir lupa dengan Miki. Pria dengan mata biru kehitaman dan rambut coklatnya. Ia tersenyum kepada Freya, senyuman bersahabat yang berbeda jauh dengan iblis biru yang ada di sisi kiri dirinya.

"Ada apa Miki?" tanyanya.

"Aku melihat dirimu kemarin, tapi aku terlalu malu untuk menyapamu saat itu. Kau cantik sekali dengan gaun hitam itu," pujinya. Di pipi Miki samar-samar terlihat warna merah. Mungkinkah pria itu merona karena Freya? Freya merasa tersanjung, kemudian ia teringat jika gaun hitam miliknya ia tinggalkan di kamar si iblis biru. Dalam hati Freya tersenyum kecut.

"Terima kasih atas pujianmu. Maaf aku tidak menyadari keberadaanmu saat itu."

"Oh aku memang berada jauh darimu saat itu. Aku juga tahu kau akan tidak akan menyadarinya."

"Kalau begitu bagaimana kau mengetahui itu aku?"

"Aku juga tidak begitu tahu. Tapi entah kenapa aku selalu dapat menemukanmu dengan cepat," jawab Miki dengan senyum yang membuat perasaan Freya tiba-tiba tidak tenang. Mungkin sekarang ia juga ikut merona.

Obrolan mereka terhenti saat pintu kelas dibuka. Seorang guru wanita memasuki kelas. Ia berjalan dengan anggun menuju mejanya. Setelah sampai ia menaruh barang bawaannya di meja. Kemudian ia menatap murid-muridnya.

Ia membenarkan posisi kacamatanya. Kemudian mata hijau lautnya menatap para murid dibalik kecamatanya. Ia tersenyum cerah. "Mari kita mulai pelajaran hari ini."

---**---

To be Continued

Thanks for reading and your voment 😊

Eye of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now