Bab 5

3.6K 483 3
                                    

Ketika Jacqueline mengira dia mulai sejalan dengan Marshall, putra mahkota itu membuatnya kesal lagi. Ketika rapat sedang berlangsung, beberapa kali Marshall malah ketiduran. Berkali-kali Jacqueline harus mendorong siku Marshall, bahkan menendang kakinya supaya dia kembali menyimak sebelum yang lainnya sadar. Buat Marshall, semua presentasi dan diskusi yang berlangsung sejak makan siang begitu membosankan. Rasanya seperti sedang kuliah lagi, mengingatkannya akan hari-hari gelap di Babson dan Stanford.

Baik Jacqueline maupun Marshall menarik napas lega saat semuanya sepakat untuk bathroom break selama sepuluh menit. Marshall beranjak dan meregangkan tubuhnya, lalu berjalan menuju vending machine dan membeli sekaleng kopi. Marshall menyodorkannya pada Jacqueline yang langsung menolaknya.

"Pak Marshall, tolong jangan tidur lagi di rapat," ucap Jacqueline dengan tatapan matanya yang tajam.

"Saya nggak tidur, Jacques. Itu cuma microsleep."

"Microsleep juga termasuk tidur."

"Okay, okay, jeez." Marshall mendengus. "Kamu bikin saya merasa bersalah udah kayak saya bawahan kamu, tau nggak?"

"Kalau Pak Marshall bawahan saya, nggak akan saya pedulikan juga kalau tidur di rapat."

"Saya nggak tid—tunggu, kamu nggak peduli kalau bawahanmu tidur di rapat? Tapi kamu concerned banget kalau saya tidur di rapat?"

"Bawahan saya nggak akan nerusin perusahaan dengan 10.000 karyawan."

"Jadi oke-oke aja kalau mereka tidur di rapat?"

"Saya nggak bilang oke-oke aja. Saya bilang, saya nggak peduli."

"Terus, kenapa kamu jadi concerned banget kalau saya yang tidur di rapat?"

"Kalau seorang pemimpin perusahaan tidur di rapat, bakal jadi apa perusahaan yang dipimpinnya?"

Marshall mengerjapkan matanya. "Jadi, kamu meragukan saya?"

"Saya nggak ngomong begitu."

"Kamu punya masalah apa sama saya sih, Jacqueline?"

"Saya nggak ada masalah dengan Pak Marshall," jawab Jacqueline. "Selama Bapak nggak tidur saat rapat."

"Saya nggak tidur!"

"Then we don't have a problem."

"What are we even talking about?!" Marshall mengangkat tangannya. Dia tidak habis pikir, mengapa percakapannya dengan Jacqueline selalu berujung menjadi argumentasi tak berdasar.

Jacqueline membalikkan badan. Baru beberapa langkah menjauh, Marshall memanggil namanya sambil berjalan cepat menyusulnya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Marshall.

"Toilet. It's called bathroom break for a reason."

"Oh."

Lagi-lagi Marshall merasa Jacqueline membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Dengan salah tingkah Marshall menyeruput kopinya saat menyadari beberapa staf Si-Ting sedang melihatnya dengan tatapan heran.

"Hey," Marshall memanggil salah satu dari mereka. "You're Ryan, right?"

"Yes, Sir. Anything you need?"

"Stop calling me Sir. Anyway, tell the others to join me for dinner at the CÉ LA VI and some drinks after. It's on me."

***

Mosquito. Mojito. Singapore Sling.

Tanqueray. Bacardi. Hennessy.

And then there's Earl Grey.

WASTED LOVE (Completed)Where stories live. Discover now