Bab 18

2.1K 337 3
                                    

Saat Jacqueline bangun keesokan paginya, kepalanya terasa sedikit pening. Dia tersentak kaget menyadari dirinya tidak berada di ranjangnya sendiri, tetapi sedetik kemudian sadar di mana dia berada. Jacqueline menarik napas panjang. Dengan satu tangan menopang kepala, dia berusaha mengumpulkan nyawa.

Matanya memandang ke arah jendela. Sinar matahari belum menembus menyapa gorden tipis yang tergantung. Dia melempar pandangan ke sudut lain di ruang tidur itu, ke arah jam dinding aneh yang memusingkan berbentuk spiral. Jacqueline menatapnya beberapa saat dengan kening berkerut sebelum sadar dia bisa melihat jam di ponsel ketimbang capek-capek berusaha mencari tahu pukul berapa sekarang.

04:57. Pantas saja matahari belum terbit. Tidak ada pesan dari Alfons yang mencarinya, namun ada sebuah pesan dari Dira. Dulu, Dira adalah teman seangkatan Jacqueline di program management trainee yang mereka jalani sepuluh tahun yang lalu. Lain dengan Jacqueline yang bertahan hingga sekarang, Dira didepak dari Wardhana Group tiga tahun setelah menyelesaikan program management trainee. Kini dia bekerja sebagai risk manager di sebuah perusahaan investment banking multinasional.

Dira
Hai, Jacqueline! Apa kabar? Udah lama nggak ngobrol sama lo.

Jacqueline mengucek ujung matanya. Dia tahu mengapa Dira tiba-tiba menghubunginya. Dari satu angkatan program management trainee-nya, Jacqueline adalah yang paling cerdas. Tidak mengherankan jika dia diangkat menjadi direktur keuangan tahun lalu. Lulus dari management trainee, Jacqueline adalah satu-satunya di angkatannya yang langsung dijadikan junior manager. Perjalanan karirnya di Wardhana Group bagaikan naik helikopter, begitu lancar dan cepat, but of course, it comes with a price.

Memberi dedikasi penuh pada Wardhana Group membuat Jacqueline tanpa sadar melupakan kehidupan pribadinya begitu saja. Di saat teman-teman seusianya sudah mulai melepas masa lajang dan membangun keluarga, Jacqueline masih sendiri. Hingga kemudian muncul Alfons, mantan kolega Dira yang dikenalkannya kepada Jacqueline, dan mereka menikah setahun setelahnya. Alasan utama Jacqueline memilih Alfons sebagai pendamping hidupnya? Alfons tidak pernah mempermasalahkan Jacqueline yang gila kerja. He's smart and is pretty chill about many things.

Jacqueline menatap layar percakapan dengan Dira untuk beberapa saat. Dia yakin Alfons sedang berusaha mencari tahu di mana Jacqueline lewat Dira. Tentu saja, apapun yang terjadi, Jacqueline tidak akan mengekspos fakta bahwa sekarang dia tengah bersembunyi di apartemen milik Marshall. Lagipula, rambut Dira bisa jabrik jika tahu bagaimana Marshall melabrak Alfons dan membantu Jacqueline kabur. Jacqueline yakin Alfons tidak menceritakan hal itu kepada Dira. Dia tidak mungkin menjabarkan cerita yang membuat harga dirinya jatuh ke orang lain.

Jacqueline meninggalkan ponselnya di atas ranjang, lalu masuk kamar mandi. Sementara dia memikirkan jawaban yang tepat untuk Dira, dia bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Ketika Jacqueline sedang mengeringkan rambut, ponselnya bergetar. Ada sebuah pesan masuk dari Marshall.

Marshall
Jacques, masih hidup, kan?

Jacqueline memutar bola matanya. Sesaat kemudian dia mengulum senyum getir. Kasihan. Kata itu kembali terulang di benaknya. Yang membuat Jacqueline merasa sedih kemarin adalah fakta bahwa memang saat ini keadaannya begitu menyedihkan, sebab kenyataannya memang dia sedang tidak berdaya dan butuh bantuan Marshall. She has never felt this helpless in life.

Jacqueline
Jelas. Saya kan bukan lagi nginap di kandang singa.

Marshall membaca pesan itu tetapi tidak membalasnya lagi. Jacqueline meneruskan kegiatannya bersiap-siap, namun sesekali mengecek ponselnya. Setelah Jacqueline selesai dan Marshall masih belum membalas apa-apa. Tumben si bawel itu tidak banyak bicara. Jacqueline kembali mengetik pesan.

WASTED LOVE (Completed)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin