Bab 8

2.9K 444 9
                                    

Ceteris paribus adalah istilah Latin yang sering digunakan dalam konsep Ekonomi, artinya kurang lebih "hal lainnya tetap sama". Contoh pemakaiannya? Jika growth rate untuk startup rekomendasi Si-Ting meningkat dengan persentase yang ada sekarang setiap kuartalnya, ceteris paribus mereka akan untung 300% setelah satu tahun. Jika orang seperti Marshall dibiarkan memimpin perusahaan sebesar Wardhana, ceteris paribus mereka akan bangkrut dalam waktu singkat. Jika Jacqueline masih terus bersama Alfons, ceteris paribus umurnya tidak akan lama lagi.

"Hah!"

Jacqueline tersentak. Dia membuka mata. Entah itu mimpi atau alam sadarnya yang barusan berseliweran. Jacqueline bangun dengan kepala yang sangat pening. Dia menopang keningnya yang terasa sakit. Shit. Dia minum terlalu banyak semalam. Jacqueline berusaha mengumpulkan nyawanya.

"AAAAARGH!"

Tiba-tiba Jacqueline menjerit. Dia baru sadar, dirinya cuma mengenakan pakaian dalam! Jantung Jacqueline langsung berdebar kencang. Satu-satunya yang menutupi tubuhnya hanya sehelai selimut.

"AAAAARGH!"

Jacqueline menjerit untuk kedua kalinya ketika menyadari itu bahkan bukan selimutnya! Dia tidak sedang berada di kamarnya sendiri! Mendadak napasnya terasa sesak. Dia luar biasa panik. Sambil mencengkeram erat selimut yang membalut tubuhnya, dia mulai gemetar ketakutan.

"Ada apa? Ada apa?"

Rasa takut Jacqueline sontak berubah menjadi amarah mendengar suara itu. Jacqueline melihat sosok Marshall bangun dari sofa di sudut ruangan dan menghampirinya.

"Ada ap—"

"Kamu ngapain?!" Jacqueline berteriak.

"Saya?" Marshall mengerjap bingung. "Saya baru bangun."

"Kamu ngapain sama saya?!"

"Saya—oh! Kemarin kamu mabuk berat, lalu muntah dan nggak sadar lagi. Jadi, saya bawa ke kamar saya karena saya nggak tau kunci kamar kamu di mana."

Napas Jacqueline memburu. Dia merasakan darahnya berdesir.

"BANGSAT KAMU!" maki Jacqueline.

"Lho, kenapa jadi marah-marah? Saya—"

"Mana baju saya?"

"Baju kamu udah kena muntah, jijik. Pakai baju saya aja." Marshall membuka kopernya.

"Mana baju saya?!" Jacqueline menjerit, membuat Marshall kaget.

"Oke, oke, oke." Marshall buru-buru memungut kemeja Jacqueline yang tergeletak di lantai. "Ini saya kembalikan. Tapi, sebaiknya kamu pakai baju yang bersih."

"Jangan mendekat!"

"Iya, iya!" Marshall mengangkat tangannya. Sedetik kemudian dia melemparkan baju Jacqueline ke atas ranjang, disusul dengan sehelai kemeja bersih miliknya.

"Kurang ajar kamu, betul-betul brengsek!!!" Jacqueline memaki lagi. "Saya akan lapor ke ayah kamu soal ini!"

"Jacqueline, sumpah! Saya nggak ngapa-ngapain sama kamu semalam. Saya bawa kamu ke sini karena kamu udah nggak sadar. Saya cuma buka kemeja kamu karena basah, takut kamu sakit. Setelah itu saya selimuti kamu. Saya nggak berbuat apa-apa, I swear!"

Jacqueline mengerang pelan. Antara marah dan takut, dia berusaha menahan tangis.

"Kalau saya macam-macam sama kamu, kenapa juga saya masih berpakaian lengkap?" Kedua tangan Marshall mengarah pada tubuhnya. "Saya bahkan tidur pakai jas karena kedinginan. Selimutnya kan saya kasih kamu."

WASTED LOVE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang