Bab 31

2K 307 6
                                    

Rasa marah Adi semalam sudah melebihi ubun-ubun. Dia dibuat malu oleh para petinggi lainnya lantaran mereka semua harus menunggu Marshall yang menghilang. Setelah Jacqueline diutus untuk membawa Marshall kembali pun, Jacqueline juga tidak kembali. Keduanya pergi seolah hilang ditelan lubang hitam. In fact, lebih baik jika keduanya sungguhan lenyap ditelan bumi ketimbang Adi harus menghadapi mereka lagi. Beruntung bagi Marshall dan Jacqueline, niat Adi yang siap melabrak mereka berdua luntur ketika bertemu dengan Winahyu, public relations director Wardhana Group, di dalam elevator pagi itu.

"Pagi, Pak Adi."

"Pagi." Adi menjawab dengan wajah kusut.

"Pak, Pak Marshall nggak mau ditaruh di PR aja?" celetuk Winahyu, dengan semangat mengeluarkan ponselnya. "Traffic medsos kita biasanya nggak setinggi ini, lho. Semua karena Pak Marshall."

"Ada apa memangnya?" balas Adi tak acuh. Sulit baginya menangkap isi layar ponsel Winahyu tanpa mengenakan kacamata baca.

"Kemarin Pak Marshall main basket sama anak-anak MT." Winahyu menerangkan. "Bareng sama Jacqueline juga."

"Jacqueline siapa?" Kening Adi berkerut. Kali ini Winahyu berhasil menarik perhatiannya.

"Jacqueline Finance lah, Pak. Memangnya kita punya Jacqueline mana lagi?" Winahyu tertawa hambar. "Pak Marshall sama Jacqueline main basket bareng anak-anak MT. Ada yang—"

"Main basket?!"

"I-iya, Pak. Tapi mereka—"

"Jadi kemarin anak itu kabur dari rapat buat main basket?!" Adi menggeram. "Dan saya nggak nyangka Jacqueline malah ikut-ikutan dia! Saya pikir kalau Marshall saya titipkan ke Jacqueline, dia bisa berhenti main-main. Tapi ternyata malah dia ikut menyeret Jacqueline jadi sama bodohnya dengan dia!"

"Pak Adi, maaf. Tapi, sebetulnya it's a blessing in disguise. Kemarin ada yang foto dan rekam, masuk Instagram pakai hashtags, nge-tag akun Pak Marshall sama Wardhana Group, lalu nggak tau gimana traffic kita naik, Pak. Kemudian saya minta admin Instagram Wardhana Group buat repost dan hasilnya banyak banget profile views akun kita setelahnya."

Adi tidak mengerti satu kata pun yang diucapkan Winahyu.

"Intinya, Pak Marshall nggak sengaja bikin good publicity tentang Wardhana Group yang bikin orang-orang tertarik dengan kita."

"Hah?"

"Bahkan nggak sedikit yang komentar, mereka nggak nyangka Wardhana Group yang dikira kaku dan very corporate-like ternyata punya petinggi-petinggi muda yang merakyat. Pak Adi harus lihat video Pak Marshall yang telanjang kaki dunking di ring basket sampai kemejanya sobek."

Adi melotot.

"But it's good, Pak Adi. Orang-orang suka hal-hal yang mereka bisa relate. Melihat calon penerus grup perusahaan sebesar Wardhana tampil begitu apa adanya selayaknya orang biasa, nyeker main basket sampai bajunya sobek, that's a lot of modest, good publicity." Winahyu buru-buru menanggalkan senyum dan menjelaskan kepada Adi.

Good publicity. Ketika sudah dua kali kata itu disebut, barulah Adi mulai menyimak ucapan Winahyu dengan lebih seksama.

"Bukan cuma Pak Marshall. Dengan adanya Jacqueline di sana, especially dia ninggalin Louboutin-nya begitu aja di pinggir lapangan, kita juga lebih dapat exposure. Saya baca banyak banget komen yang bilang bakal seru kalau kerja dengan petinggi muda yang ganteng dan cantik, tiba-tiba mahasiswa pada mau magang di sini dan tentunya traffic official website kita juga naik."

"Apa artinya buat kita?"

"Artinya kita harus support Pak Marshall dan Jacqueline untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini lagi. Kita bisa bikin acara-acara resmi. Saya yakin Pak Marshall punya banyak ide. This is cost-free publicity, Pak, luar biasa baik untuk departemen PR dan saya yakin juga departemen lain serta seluruh Wardhana Group akan merasakan manfaatnya."

WASTED LOVE (Completed)Where stories live. Discover now