Bab 19

2K 325 11
                                    

Alfons jelas akan mencarinya, who is she kidding? Saat Jacqueline sedang rapat bersama Adi dan beberapa staf petinggi lainnya, ada sebuah pesan masuk ke ponsel. Jantung Jacqueline langsung mencelus melihat nama Alfons di notifikasi. It's a big mistake to be checking the phone during meetings. Masalahnya, refleks Jacqueline sudah terlatih untuk langsung melongok jika layar ponselnya berpendar.

Alfons
Jacqueline, semalam kamu ke mana?

Jantung Jacqueline mulai berdebar cepat. Dia mendiamkan pesan Alfons, tetapi konsentrasinya langsung berkurang separuh. Jacqueline berusaha kembali mengikuti diskusi yang sedang dipimpin Adi. Baru lima menit, ponselnya berpendar lagi.

Alfons
Kamu masih berencana minggat malam ini?

Konsentrasi Jacqueline buyar lagi. Dia menelan ludah. Apakah dia masih berencana tinggal di apartemen Marshall malam ini? Jelas iya. Dia tidak mungkin kembali dan mengambil resiko dihajar Alfons habis-habisan. Jika Marshall meninjunya sekali, Alfons akan membalasnya seratus kali lipat kepada Jacqueline. Kalau Jacqueline tidak salah ingat, besok Alfons akan kembali ke Surabaya dan menghabiskan satu minggu penuh di sana. Saat itulah Jacqueline baru akan kembali ke apartemennya.

Alfons
Aku harus balik ke Surabaya besok dan stay di sana seminggu full. Kalau kamu masih nggak berniat pulang malam ini, at least talk to me for a while? Gimana kalau kita lunch bareng? Di mal gedung kantor kamu aja. We need to talk. Nggak mungkin kan kamu menghindari aku terus-terusan?

Jacqueline menggigit bibir. Dia meremas-remas jarinya dengan gugup, masih belum berani membuka notifikasi itu.

Alfons
Aku nggak marah sama kamu soal kemarin, Jacqueline. I just want to talk.

BRAK! Jacqueline tersentak kaget ketika tiba-tiba ada yang menyambar dan membanting ponselnya tepat di hadapannya.

"Kamu udah nggak niat kerja, Jacqueline?!" Adi membentaknya. "Dari tadi saya panggil nama kamu berkali-kali, kamu malah sibuk ngelihatin HP!"

"Maaf, Pak." Jacqueline langsung menunduk. Sekilas dari sudut matanya dia melihat wajah cemas Marshall yang duduk di sebelah kursi Adi yang kini kosong.

"Siapa yang lagi kontak kamu?"

"Su-suami saya."

"Suami kamu? Suami kamu ngerti kan yang namanya meeting?!"

"Iya, Pak. Maaf."

Adi menghela napas kesal. Mood-nya hari ini sepertinya sedang luar biasa jelek. Ketika Adi membalikkan badan, Jacqueline cepat-cepat menyimpan kembali ponselnya. Matanya sempat beradu pandang dengan Marshall, yang menggeleng kecil, memberi isyarat supaya Jacqueline jangan lagi coba-coba memancing kemarahan Adi. Setelah rapat selesai, Marshall segera menghampirinya.

"What the hell just happened?" Marshall mengerjap.

Jacqueline mengangkat bahu, sama bingungnya. "Saya juga nggak ngerti. Memangnya tadi Pak Adi beneran manggilin saya berkali-kali?"

Marshall mengangguk. "Yeah. Saya berusaha ngasih kamu isyarat, tapi gimana caranya kalau saya duduk jauh dari kamu? Papa hari ini lagi bad mood. Dari pagi aja saya udah kena semprot empat kali."

Jacqueline menggaruk pelipisnya.

"Kamu kenapa? Kelihatannya lagi bingung." Marshall mengamati raut wajah Jacqueline.

Jacqueline tidak menjawab. Otaknya masih mencari cara bagaimana harus menghadapi Alfons.

"Pasti Alfons."

WASTED LOVE (Completed)Where stories live. Discover now