Lucky

12.7K 1.2K 158
                                    


"Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, BTS."

Tanganku berayun-ayun mengikuti irama lagu sambil memegang army bomb. Here I am. Diantara para ARMY, meneriakkan nama idola kami, sambil tak henti-hentinya ber-fangirling ria. Suara ricuh terdengar dari segala arah.

Sekarang aku berada di salah satu music show untuk menyemangati boyband idolaku. Bangtan Sonyeondan. Well, as you see. Aku penggemar berat mereka. Alasannya? Sederhana. Karena mereka keren. Simple.

***

Aku menenggak sebotol air mineral yang kubeli di toko kecil pinggir jalan. Acara tadi sudah berakhir sekitar setengah jam yang lalu. Namun nyawaku seperti masih berada di depan stage. Bagaimanapun ini adalah kesempatan langka. Siapa sangka aku disuruh ibu untuk menjemput paman ke Seoul bertepatan dengan minggu comeback mereka.

Ini adalah kali keduanya aku menginjakkan kakiku di Seoul. Sebelumnya 5 tahun yang lalu ketika kami mengantar paman ke bandara. Tentu saja aku tidak akan meyia-nyiakan kesempatan ini.

Aku berangkat sehari lebih cepat dari kedatangan paman, dengan merelakan liburanku yang sangat berharga untuk bisa melihat BTS secara langsung, yang sekian lama hanya kulihat mereka dari layar televisi.

Dan tentu saja aku tidak menyesal. Sedikit pun tidak. Melihat mereka dengan mata kepalaku sendiri adalah anugerah yang tak akan pernah kulupakan.

Drrrt...

Ponselku berbunyi. Aku merogoh isi tasku, melihat tulisan Eomma di layar ponselku dan segera mengangkatnya.

"Ne Eomma?" (Ya ibu?)

"....."

"Eoh aku menginap di rumah Sungmi Eonni." (Kakak perempuan)

"....."

"Arasseoyo, mana mungkin aku melupakan makan." (Aku mengerti)

"....."

"Yaa akan kusampaikan nanti."

"....."

"Ne Eomma, kau jangan terlalu khawatir. Aku hanya ke Seoul bukan ke Miguk." (Amerika)

"....."

"Arasseo... Arasseo... Nado saranghae." (Aku juga mencintaimu)

Kumatikan ponselku.

Dengan langkah ringan kuayunkan kakiku menyusuri jalanan Seoul.

Seoul tampak sangat berbeda dengan kampung halamanku, Daegu. Malam hari di Seoul begitu indah, seluruh kota tampak bersinar. Lampu-lampu yanf berwarna-warni menghiasi setiap pinggiran jalan.

Uaaaaah, Hari yang indah, sungguh.

Bukankan hari yang indah harus dirayakan? Bagaimana dengan sedikit memalak Sungmi Eonni untuk membeli sekotak ayam? Aah bukan memalak. Maksudku meminta tolong kepada Sungmi Eonni untuk membeli sekotak ayam. Ide bagus bukan?

Ketika pikiranku sedang berdansa dengan ayam, tiba-tiba ponselku bergetar. Ah menganggu saja. Dengan kesal kulihat layar ponselku.

Satu pesan dari Jae Oppa.

Aah aku baru ingat belum mengabari Oppa kalau aku sudah sampai di Seoul. Ia pasti akan marah besar. Belum sempat aku membuka pesannya, ponselku bergetar lagi.

Jae Oppa menelpon.

Dengan hati-hati aku mengangkat panggilannya.

"Ne Oppa?"

"Ya Lee Kyunghee! Kenapa kau tak mengabariku!"

Sudah kubilang dia pasti akan memarahiku -_-

"Mianhae Oppa, kau tau kan aku terlalu bersemangat, jadi aku lupa mengabarimu. Jeongmal mianhae." (Aku sungguh minta maaf)

"Lee Kyunghee kau memang hobi membuat orang khawatir. Neo arra? Aku tadi sampai salah meletakkan garam ke dalam teh untuk pelanggan." (Apakah kamu tau?)

"Ya Oppa, kenapa itu juga salahku? Kau yang meletakkan garam di dalamnya. Jangan menyalahiku karena perbuatanmu."

"Tentu saja itu salahmu. Kalau kau mengabariku, aku bisa fokus melakukan pekerjaanku."

Yaaa inilah Jae Oppa. Oppa tergalak plus tersayang yang tinggal di samping rumahku.

Ia memiliki restoran kecil milik orangtuanya. Mungkin karena Jae Oppa anak tunggal, tidak memiliki saudara untuk diajak berantam, ia sesuka hatinya memarahiku setiap hari setiap saat.

Seperti sekarang ini.

"Aaah molla, tetap saja itu bukan salahku."

"Tentu saja itu salahmu, Nona Lee."

Percayalah, jika sudah begini tak ada gunanya mempertahankan jawaban lagi. Jae Oppa pasti tidak akan mau kalah.

"Ne.. Ne.. salahku."

"Ya! Mengakui kesalahan tidak cukup. Belikan aku oleh-oleh."

"Ne.. Ne.. Oppa mau apa?"

Sungguh aku sedang tidak ingin bertengkar. Seharusnya hari ini aku bersenang-senang, menikmati udara kota Seoul yang sejuk.

"Aku ingin kau bawa dirimu dengan selamat sampai Daegu."

"Yaa oleh-oleh macam apa itu."

"Aku serius. Bawa dirimu utuh-utuh jangan sampai ada yang tinggal."

Kenapa perkataan Jae Oppa menyeramkan.

"Yaa tentu saja aku akan pulang dengan selamat. Oppa hanya ingin itu? Tidak ingin aku belikan kaos baru?"

"Emangnya kau punya uang? Sudahlah, bawa saja dirimu utuh-utuh sampai Daegu. Aku putus ya."

"Oke Oppa, jaljayo." (Selamat malam)

Huuuuuh. Aku menghembuskan napas dengan kencang. Sunggung menyebalkan.

Gwenchana. (Tidak apa-apa)

Rugi jika aku memikirkan kejadian tadi. Malam ini aku berada di Seoul, kota yang sama di mana Bangtan berpijak dan bernapas.

Bagaimana kalau jalan-jalan ke sungai Han? Hari masih pukul 6.34 malam. Belum terlalu malam untuk sedikit menikmati angin kota Seoul.

__________

Annyeong yoreobundeul ^^

Dikit yaah?
But please support me
Jugeumman gidarimyeon (langsung nyanyi spring day wkwk) 🎶
Vote + comment sangat membantu
See ya guys, please anticipate my fanfiction ^^

LOL,
Kieyaa 💜

Dawn in Daegu • 1/7Où les histoires vivent. Découvrez maintenant