The End

4.5K 579 67
                                    


3 Years Later.

"Dokter Lee, segera ke ruangan pasien, Dokter Min sudah menunggumu!!"

Aku yang baru saja hendak mengisi cup dengan air segera menghentikan aksiku dan segera berlari. Masa magang, artinya masa di mana kau menjadi budak pembimbingmu. Oke, itu terdengar kasar, namun jika aku saat ini tidak segera pergi aku benar-benar akan mati di tangan Dokter Min. Min Kyunghoon, Dokter yang menjadi pembimbingku.

Aku segera mencarinya di salah satu ruangan pasien yang ia tangani dan mendapatkannya sedang mengecek pasien tersebut. Aku berhenti di depan ruangan itu dan mengontrol napasku yang terengah-engah karena berlari.

Setelah napasku kembali normal segera aku masuk ke dalam ruangan itu.

Dokter Min yang sedang mengecek pasien itu segera berpaling ke arah pintu, mendapatiku berdiri dengan canggung.

"Ya! Kau mau membiarkanku mengerjakan hal kecil seperti ini," katanya dengan wajah kesal.

Aku segera mengambil alih pemeriksaan, sedangkan dia berdiri di belakang memperhatikan kerjaku.

Setelah selesai mengecek detak nadinya dan beberapa pemeriksaan lainnya, kami berdua pamit dan segera keluar dari kamar tersebut.

Tepat setelah kami berdua keluar dari ruangan itu, Dokter Min menyodorkan sebuah roti isi yang ia keluarkan dari kantung jasnya.

"Makanlah, aku tau kau tadi dari kafetaria," katanya tidak sedikit pun melihat ke arahku.

Aku tersenyum kecil.

Dokter Min adalah seorang dokter muda yang sangat populer di antara para karyawan. Dengan usia yang sangat dini ia dapat menyelesaikan studinya dengan cepat. Padahal ia seumuran denganku.

Sebenarnya kalau masalah populer, ia lebih dikenal karena wajahnya yang tergolong tampan. Hahaha. Jujur saja, banyak perawat wanita yang mengucapkan selamat padaku ketika mengetahui ia adalah dokter pembimbingku.

Daripada selamat, sepertinya mereka harus banyak-banyak memberiku dukungan. Menjadi anak bimbingannya sangat sulit. Dokter Min sangat disiplin dan pendiam. Sehingga aku sedikit kesulitan berkomunikasi dengannya. Dan lagi aku sudah beberapa kali ia tegur secara pribadi, hanya karena aku lupa membawa tag namaku.

Namun satu hal yang membuatku betah adalah sifatnya yang membuatku selalu teringat oleh dia.

Ia dia. Min Yoongi.

Sifat mereka yang cuek namun peduli itu membuatku ingin mencubit pipi mereka. Aigoo, kenapa aku harus selalu dipertemukan dengan lelaki seperti itu. Belum lagi nama marga mereka yang sama. Entahlah, mungkin mereka kakak adik yang terpisahkan.

Setelah melihat Dokter Min menghilang di ujung lorong, aku kembali berjalan menuju kafetaria. Berniat untuk melanjutkan istirahatku yang sempat tertunda tadi.

Aku mengambil sebuah cup dan mengisinya dengan air, lalu bergabung ke salah satu meja bundar yang berisi teman-temanku. 2 dokter magang yang dulunya adalah kakak tingkatku.

Aku meghempaskan napas sembari menjatuhkan badanku dengan kasar ke atas kursi.

Kedua temanku memandangiku dengan tatapan heran.

"Ada masalah dengan Dokter Min?" Tanya salah satu dari mereka.

Aku hanya menggeleng lemah.

"Aku hanya lelah," jawabku sambil membuka bungkusan roti isi yang diberikan Dokter Min tadi.

"Aigoo, jangan terlalu banyak mengkerutkan dahi, kecantikanmu nanti bisa pudar," katanya.

Aku hanya tertawa hambar. Siapa yang peduli dengan penampilan di saat seperti ini.

Dawn in Daegu • 1/7Where stories live. Discover now