Candy

7.5K 1K 79
                                    


"Eomma, Oppa jahat. Oppa mencubitku lagi ㅠㅠㅠ"

Aku terkekeh melihat seorang anak perempuan mungil berlari kecil menuju pelukan ibunya. Sedangkan Oppa-nya tertawa puas melihat tingkah adik kecilnya itu. Aku merogoh isi tasku dan mengambil beberapa buah permen tamarind yang selalu aku sediakan di tas. Lalu aku mendekati gadis mungil itu. Ia sedang mengusap matanya yang tidak basah dengan air mata.

"Hai gadis kecil, Eonni punya ini."

Aku mengambil tangannya dan meletakkan beberapa buah permen. Gadis kecil itu mulai menurunkan tangannya yang satu lagi dan tersenyum lebar sambil menatapku.

Aah tatapan itu. Hatiku meleleh setiap melihat seseorang tersenyum karenaku. Atau lebih tepatnya karena permen dariku. Apalagi hari ini aku memberikan permen kepada seorang gadis kecil yang menangis karena perbuatan Oppa-nya. Sedangkan Oppa-nya masih saja tertawa kecil melihat tingkah adiknya itu.

"Kau suka? Jangan lagi berantem dengan Oppa-mu, percayalah dia sebenarnya sayang padamu."

Aku jadi kangen Oppa.

"Eonni, wae uro?" (Kenapa menangis?)

Aku sedikit tersentak ketika merasakan mataku sedikit basah. Ada apa denganku? Dengan cepat aku mengusap air mataku.

"Ani, Eonni tidak menangis. Hmm bagaimana kalau kita buat perjanjian?"

"Perjanjian apa, Eonni?"

"Berjanjilah kepada Eonni, kau tidak akan pernah membenci Oppa-mu."

Gadis itu hanya tersenyum.

"Ne, Eonni."

"Gadis pintar. Eonni pergi dulu ya."

"Annyeong, Eonni."

"Annyeong."

Aku melambaikan tanganku kepada gadis manis itu. Perasaan setelah membuat seseorang bahagia adalah hal yang sangat luar biasa membahagiakan.

Aku melangkah riang sambil bersenandung. Dari kecil aku selalu membawa banyak permen di dalam tasku. Kenapa? Karena aku ingin membahagiakan setiap orang yang sedih. Setiap aku menemukan orang yang tampak sedih, aku akan memberikannya permen. Agar mereka tau, sesedih apapun hidupnya, semenyedihkan apapun kisahnya, mereka tidak boleh lupa untuk berbahagia. Karena kita hidup untuk bahagia. Aku percaya itu.

Malam mulai terasa dingin. Aku lingkarkan syal coklatku ke leher hingga menutupi setengah mukaku. Benar-benar dingin, namun aku bisa melupakan rasa dingin itu karena Sungai Han tepat berada di depanku sekarang.

Sungai Han sangat indah. Apalagi kalau dilihat secara langsung. Aku segera mengambil ponsel dari tas dan mulai membidik beberapa foto. Kenang-kenangan sekaligus buat pamer ke Jae Oppa nanti. Hehehe. Aku mengambil dari segala angle. Kiri. Kanan. Landscape. Potrait. Uaah ini benar-benar indah.

Ketika aku ingin membidik foto lagi, aku melihat di ujung layarku seorang lelaki dengan jaket, topi, dan masker hitam yang sedang menghembus napasnya dengan kasar. Aku menurunkan ponselku.

Satu orang lagi yang sedang bersedih hari ini.

Aku tersenyum simpul. Segera aku mengaduk isi tasku, mencari permen tamarind yang masih tersisa. Untunglah. Masih ada satu permen yang tersisa.

Kudekati lelaki malang itu.

"Mau permen?" Aku menawarkan.

Ia melihat telapak tanganku yang berisi sebuah permen.

"Ambilah."

Ia diam saja. Tak bergeming.

Aku segera meraih tangannya dan meletakkan permen itu dengan paksa.

"Kau harus bahagia. Tidak baik pergi ke Sungai Han ketika hati sedang sedih. Bisa-bisa kau malah berakhir di halaman depan koran esok hari"

Lelaki itu tetap diam. Mungkin ia terlalu larut dalam kesedihannya. Akupun turut prihatin jadinya.

"Hei kenapa kau diam saja. Aku di sini bermaksud baik. Kau malah diam saja."

Ia tetap diam. Pria ini memang benar-benar aneh.

Aku menyerah.

"Na galge! Hengbokhaja! Aku harap besok aku tidak memdapatkan berita seorang pria bunuh diri di Sungai Han." (Aku pergi! Bersenanglah!)

Akupun pergi menjauh dari pria itu. Dia aneh. Pria yang dirundung kesedihan memang selalu bertingkah aneh. Mungkin dia baru saja diputuskan oleh pacarnya.

Hari sudah pukul 8.15 malam. Rasanya sayang kalau aku langsung pulang ke rumah Sungmi Eonni. Namun tampaknya aku harus pulang. Udara dingin kota Seoul semakin menusuk tubuhku.

***

Author's POV

"Sudah kuduga, Hyung pasti di sini." Namjoon menghampiri Yoongi yang sedang menatap Sungai Han.

"Hyung, aku dengar dari Jimin Ahjumma masuk rumah sakit. Hyung yakin tidak pulang ke Daegu?" Namjoon bertanya dengan hati-hati, takut Yoongi marah. Ia tau Yoongi Hyung memang sedikit sensitif kalau membahas sesuatu yang berhubungan dengan Eomma-nya

Yoongi hanya diam. Kemudian ia memandang permen tamarind yang ada di tangannya.

Sungai Han memang tempat yang tepat untuk menenangkan pikiran ternyata. Batin Yoongi.

"Hyung, kalau kau tidak pergi karena kami, aku tidak setuju. Kesehatan Ahjumma harus kau prioritaskan dari pada kami." (Tante)

Yoongi tersenyum simpul di balik maskernya.

"Kalau kau berkata begitu, baiklah, besok aku akan ke Daegu."

Sebenarnya Namjoon merasa sedikit aneh. Dia yang selama perjalanan menyiapkan hati dan mentalnya untuk bertemu Yoongi, malah menemukan Yoongi dalam keadaan mood yang baik. Tidak seperti yang Namjoon pikirkan. Tapi itu berarti kami tidak perlu bersitegang, bukan?

"Kaja! Kita pulang! Member lain pasti khawatir kau sampai menjemputku ke sini. Aigoo, uri leader memang sangat baik." (Ayo!) (leader kita)

Yaah ini memang sedikit aneh. Pikir Namjoon. Tapi selama Yoongi Hyung senang, yaa berarti semuanya baik-baik saja.

__________

Annyeong yoreobeundel ^^

Its me, kieyaa
Aku cuma mau bilang, big thanks buat yang mau nge-support, baca, vote, dan comment
Kalau otakku ga kena block, aku up ff nya tiap hari ✌🏻️

Please vote and comment yau ~

LOL,
Kieyaa 💜

Dawn in Daegu • 1/7Where stories live. Discover now