(Akaashi Keiji - Shirofuku Yukie) - 11:23 PM

1.7K 119 22
                                    

Disclaimer : ハイキュー!! tentu saja punya Haruichi Furudate-sensei, saya cuma pinjam Yukie dan Akaashi sebentar untuk disakiti. Maap.

 Maap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Gelap dan dipenuhi rasa kesepian.

Itulah perasaan yang selalu terulang ketika gadis itu pertama kali membuka pintu, ketika kembali ke-apartemen yang belakangan ia tinggali sendiri. Udara luar seakan ikut masuk bersama angin musim gugur di Kyoto pada ujung September itu. Dengan menghela napas, ia melangkahkan kaki masuk dan menyalakan lampu. Ia memandang kesekeliling, menemukan ruangan yang sama seperti tempat sebelumnya yang ia singgahi. Bedanya, kini ia sendirian.

Sejak pertengkaran besar dua Minggu lalu, Keiji pergi dari rumah di jam 23.23 malam, dan mungkin pemuda itu tidak berencana kembali lagi ke apartemen ini. Atau ia sudah lelah tinggal serumah dengan gadis itu―Shirofuku Yukie―sehingga ia memutuskan menyudahi semua yang tak sengaja dimulai. Akaashi selalu punya pilihan lebih banyak dari Yukie. Selalu. Dan itu dari dulu.

Pulang menjadi kegiatan yang tak begitu ia sukai, dan untuk beberapa saat mempertengkarkan banyak hal lebih baik ketimbang disuguhkan rumah kosong yang hening ketika ia kembali.

Seperti Yukie yang menemukan lemari pakaian Keiji sudah kosong keesokan harinya setelah badai itu terjadi. Dan juga tas laptop yang berisi pekerjaan-pekerjaan Keiji, juga beberapa bungkus makanan kesukaan Keiji. Semua sudah tidak ada.

Ketika itu, Yukie tau, ia sudah ditinggalkan.

Semua selalu lebih mudah untuk Keiji, ia bisa pergi kemana pun, ia punya banyak teman yang dengan senang hati menampungnya, atau mungkin beberapa gadis yang dengan rela menawari tempat tinggal, dan yang paling mungkin, Keiji selalu mempunyai cukup uang untuk menyewa apartemen lagi atau sekedar menginap di hotel. Ia punya pekerjaan dan uang. Semesta selalu menawari hal-hal baik pada pemuda itu, berkebalikan dengan Yukie yang selalu tanpa disadari 'bergantung' dengan laki-laki yang sekarang entah dimana rimbanya.

Yukie mengusap kedua tangannya ke wajah, seraya melihat sebentar kearah smartphone-nya. Ada sedikit rasa berharap kalau-kalau Keiji sudi berkabar. Tentu saja sekedar harapan karena Yukie tidak pernah menemukan apa-apa kecuali chat dari atasannya menanyakan beberapa pekerjaan. Ia tak akan pulang.

Akaashi Keiji tak akan pulang.

Yukie tentu saja tak sebebas Keiji. Sekalipun ingin sekali pergi, ia tidak punya tempat tujuan lagi di kota ini. Sebagai 'imigran Tokyo' yang niatan awalnya menuntut ilmu dan bekerja karena bertengkar dengan keluarga dan memilih melarikan diri ke Kyoto, ia tak punya cukup modal untuk sekedar 'foya-foya' mencari apartemen baru yang lebih mahal. Karena ini adalah apartemen paling murah dan sesuai dengan budget, yang awalnya dibayar urunan berdua.

Ia telah tiga tahun menetap disini, tinggal bersama Keiji dan membagi biaya hidup yang memang mahal di kota impiannya ini. Termasuk tugas piket bersih-bersih, gantian memasak, mengantri untuk bayar tagihan listrik, atau lomba ke minimarket membelanjakan kebutuhan hidup.

HALUKYUU! Where stories live. Discover now