nishinoya yuu - sembuh

736 79 26
                                    

Aku selalu penasaran kenapa dia berada di sini.

Ia memiliki bakat yang bagus sekali dengan voli dan penerimaannya terhadap bola yang datang untuk menghantamnya bertubi-tubi, tapi meski begitu ia selalu berhasil melambungkan bola nya. Meski ia berada di lantai sepersekian detik kemudian ia sudah berdiri di lapangan, ia menjadi sayap untuk teman-temannya; bukan untuk terbang melainkan untuk menjadi penjaga. Ia memang benar-benar malaikat penjaga; versiku.

Tapi kenapa di usia matang nya sekarang, aku malah melihatnya disini. Bukan di lapangan megah dengan sorot lampu lampu terang.

Ia malah di sini.

Di perahu dengan latar biru di mana-mana; biru laut maupun biru langit.

Dan seperti sekarang, ya malah sibuk menatap horizon yang menampilkan matahari yang hendak pulang. Orang-orang suka menyebutnya senja. Aku baru tahu sekarang sekarang ini kalau dia adalah salah satu bagian dari pemuda Indie yang suka menikmati sendunya senja bersama segelas kopi. Sambil mendengarkan lagu hindia mungkin?

"Nggak bosan apa liatin langit terus?" Aku memutuskan mendekat ke arahnya, sebagai satu-satunya wanita di perahu ini, dan sebagai orang yang seumuran dengannya, aku termasuk sering mengobrol dengan pemuda ini; nishinoya yuu.

Dulu ketika SMP maupun SMA, Aku suka menonton pertandingannya, bukan sengaja. Kebetulan aku adalah salah satu anak klub voli yang wajib untuk mendukung klubnya ketika bertanding. Ya, benar. Aku memang bukan tim inti. Aku payah dalam melakukan serve, recieve, apalagi spike. Aku tidak bisa. Tapi aku menyukai voli.

"Loh kamu juga nggak bosen liatin laut terus?" Nishinoya langsung menyambutku dan mempersilakan tempat untuk melihat sunset yang indah itu.

"Aku lebih suka liatin airnya sih."

"Anggap saja langit dan laut itu tetanggaan." Nishinoya tersenyum nyaris tertawa.

"Padahal kalau dideketin mereka itu kejauhan loh. Langit sama laut. Jauh banget." Katamu.

Perlahan tawa nishinoya mengecil menjadi senyum miris, "ya seringnya begitu yang kelihatan dekat sekali ternyata jauh banget."

"Jauh banget?" Ulang ku.

"Enggak tergapai."

Lucu, aku tidak bisa melihat ekspresi nishinoya ketika mengatakannya, Ia membelakangi matahari senja dan membuatnya terlihat seperti siluet. Apakah ia sedang membicarakan dirinya sendiri? Ia terlihat dekat namun tidak tercapai.

Aku langsung menggeleng tidak membiarkan lamunan sesaatku menguasai diri, cepat-cepat aku mengajukan tanya, "Voli? Jauh dari mananya? kamu kan pemain hebat. Kamu bisa jauh lebih luar biasa lagi kalau melanjutkannya. Bukan malah di sini."

"Aku suka voli. Aku juga suka di sini." Kata nishinoya.

Sialnya Aku berharap Ia suka di sini karena ada aku. Terlalu berlebihan, tapi berharap sedikit juga tidak berdosa kan?

"Jangan bilang karena disini ada langit dan laut?" Aku mendelik sambil tersenyum jahil, ingin menggodanya tapi malah aku tergoda sendiri. Miris.

"Iya." Suaranya lirih, "karena di sini ada langit dan laut."

"Apa kamu pernah melewati patah hati yang begitu dalam?" Aku melihat ke matanya yang menatap sinar jingga kemasan.

"Kenapa kamu bertanya begitu?" Aneh sebuah tawa dipaksakan dari nishinoya, aku mengetahuinya betul. Apakah aku salah bertanya?

"Dalam sebuah buku yang kubaca, katanya kombinasi langit dan laut itu itu adalah media penyembuhan dari dalam yang sangat bagus bagi Sukma dan pikiran." Jelasku, "jadi apa kamu patah hati?"

Nishinoya menatapku.

Aku menyesal karena aku takut mengetahui jawabannya. Aku takut mengetahui alasan yang selama ini sangat membuatku penasaran. Tapi bagaimana jika aku mengetahui sesuatu yang mungkin akan menyakitiku?

Seperti badut, Aku berharap sendiri dan patah hati sendiri.

Semoga Nishinoya mengatakan sesuatu itu yang tidak ingin aku dengar.

"Mana mungkin atlet sehebat dirimu melarikan diri jauh di perairan Eropa, yang dimana-mana hanya digenangi laut dan langit, dan kamu tidak akan pernah bisa memainkan voli kesukaanmu itu disini. Sangat sulit diterima akal kamu meninggalkannya; meninggalkan sesuatu yang sangat kamu cintai." Cerocohku, "jadi patah seperti apa yang pernah kamu lalui sehingga kamu lari ke sini?"

Anehnya nishinoya tertawa, "apa Kamu pernah mendengar konsep tentang pergi, tidak?"

"Yang seperti apa?"

Lagi-lagi nishinoya di pandanganku hanya berupa siluet, matahari mengaburkannya, "hanya dua hal yang membuat seseorang pergi, yang pertama patah hati yang terlalu sakit atau kedua cinta yang terlalu dalam."

Ketika waktu itu tubuhku membeku. Entah harus merespon apa. Entah harus mengatakan apa.

"Jadi karena patah hati yang terlalu sakit?"

"Bukan." Jawab nishinoya, "karena aku terlalu mencintainya."

"Kamu terlalu mencintai voli?" Aku sedikit ragu-ragu untuk bertanya.

Nishinoya lagi-lagi hanya memamerkan senyumnya, itu menandakan kalau jawabannya tidak. Aku sibuk mengira-ngira apa yang dicintainya lebih dari voli?

"Apa kamu sudah sembuh?" Aku Aku berusaha melihat ke dalam matanya, mencari sisa-sisa yang mungkin masih ada.

Ia pura terkaget, "Lho memang aku sakit?"

Dengan tulus ku katakan, "Syukurlah kalau begitu."

"Lagipula tugas kita kan hanya; sembuh." Nishinoya mengatakan hal itu lebih kepada dirinya sendiri.

"Iya, langit dan laut memang selalu berhasil menyembuhkan semua luka, segala sakit." lalu kuhempaskan pandanganku kembali ke langit dan laut yang seperti sedang tertawa mengejek ku

🎶
Langit dan laut saling membantu
Mencipta awan hujan pun turun
Ketika dunia saling membantu
Lihat, cinta mana yang tak jadi satu?
🎶

Lagu gerimis kecil turun, beberapa orang awak menurunkan layar aku dan kamu pun bergegas membantu. Hari ini kami tidak menurunkan jaring, kami hanya menikmati langit di lautan yang cepat sekali berubah-ubah, tadi sore nan cantik, seketika menjadi gemuruh awan yang menurunkan rintik-rintik gemas.

Saat yang bagus untuk jatuh cinta. Mungkin Tuhan memilihkannya untukku, waktu yang tepat, suasana yang mendukung.

Tapi saat itu aku menyadari satu hal; untuk yang waktu yang lama, Aku tidak akan bisa menggantikan posisi siapapun yang terpatri di hatinya.

Tidak apa-apa.

Melihat senja bersama setiap sore, itu lebih dari cukup.

"Ah," nishinoya mengeluarkan suara ketika ia menatap langit sendu lalu bertanya ke arahku, "kamu pernah ditinggal menikah?"

🎶
Kau dan aku saling membantu
Membasuh hati yang pernah pilu
Mungkin akhirnya tak jadi satu
Namun bersorai pernah bertemu
🎶

Nadin amizah - sorai

HALUKYUU! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang