(Oikawa Tooru) - ATAP

1.5K 173 43
                                    


SEQUEL : MENUNGGU HUJAN.
boleh di tengok dulu cerita itu di beberapa chapter sebelum ini. Hihi. Promosi.

•••


Membuat ini karena kemarin pagi sehabis bangun tidur melihat notifikasi komentar berisi request SyifAdzhr24 Menunggu Hujan agar dilanjutkan, jangan lupa followback ya. Hehe.

•••

“Iwa-chan, apa kau beneran nggak kenal sama ketua basket cewek?”

Oikawa Tooru, dua hari sebelum kelulusan mereka, sedang merengaek pada salah satu manusia paling sabar di dunia karena mau bersahabat dengannya—Iwaizumi Hajime, yang kini sepertinya bersiap menabok Oikawa saking berisiknya. Bukannya apa, Iwaizumi sudah bisa diberisiki tapi hari, tapi kebiasaaan Oikawa jadi duaratus persen lebih menyebalkan dari biasanya.

“Siapapun orang yang kau maksud itu, dia pasti sudah bukan ketua klub lagi kalau sudah kelas tiga.” Jawab Iwaimumi, pada akhirnya.

Dengan muka polos dan kedipan sebanyak tiga kali, Oikawa bertanya, “Eh, memangnya kenapa?”

“Besok lusa kita sudah lulus, goblok.”

***

Tapi memang dasar Oikawa, lagi-lagi ia muncul dihadapan Iwaizumi, di kelas, di toilet, dikantin, di lorong. Dimana-mana.

“Apa sih, maumu?” iwaizumi jengah sendiri mendapati makluk ini lagi dan lagi.

“Info tentang ketua basket cewek.” Oikawa tersenyum, lima jari.

Tidak disangka, yang dilakukan Iwaizumi malah membuang napas dan menatap  Oikawa dengan tatap sulit dipahami, “Kenapa kau penasaran banget dengannya? Bukannya biasanya kau nggka pernah menaruh perhatian sama cewek-cewek?”

“Penasaran saja sih sebenarnya.” Oikawa mengangkat bahunya, memberi gestur tidak perduli.

“Setauku dia itu nggak tertarik soal percintaan.”

“Yang benar?”

“Begitulah.”

“Tahu darimana?”

“waktu kelas satu aku pernah nembak dia.”

“Oh iwa-chan pernah—HEI APA? NEMBAK DIA?” kali ini, pemuda itu, menajamkan pendengarannya.

“dan ditolak.” Sambung Iwaizumi, tidak ada beban saat mengatakannya.

Tapi tunggu dulu, bagaimana mungkin seorang iwaizumi—yang sependiam ini dan secupu ini masalah perempuan—sudah pernah menyatakan cinta. Waktu kelas satu. Terluka harga diri Oikawa sebagai playboy.

“Oh iya,” Iwaizumi mengeluarkan suara lagi, “Matsukawa juga menembaknya dua bulan lalu.”

“terus?”

“Ditolak, lah.”

***

Atap di jam pulang sekolah adalah tempat paling lengang, hening, dan nyaman. Aktivitas pulang sekolah dan orang-orang yang sedang berkegiatan klub selalu menampilkan suasana berbeda. Dan lagi pula, kenapa juga ia sekarang ada disini?

“Nishimura Deria, terima kasih sudah datang kemari.”

Suara bariton rendah itu serta merta membuat si gadis langsung menoleh ke sumber suara, pintu masuk atap. Dan siapa lagi yang akan berdiri disana kalau bukan ‘dia’?

Gadis itu mengangkat bahu, “Mana ada orang yang mengundang datang ke atap tapi malah datang terlambat.”

“Ada.” Jawab Oikawa—rambut cokelatnya tertimpa sinar keemasan cahaya mentari sore. “Aku orangnya. Hehe.”

“Kupikir kita sudah sepakat yang di halte itu adalah pertemuan terakhir.” Deria—mantan ketua klub basket putri itu menjawab. Suaranya tegas, mencerminkan sosoknya yang kuat dan pantang menyerah. Persis seperti yang Oikawa kenal beberapa minggu lalu.

Ah, kenangan itu.

Lelaki itu mendekat beberapa langkah. Cukup banyak langkah yangia ambil hingga ia bisa berdiri tepay di depan Deria, tapi gadis itu kokoh tak beranjak dari tempatnya berdiri. Luarkan senyum terbaiknya, meski mustahil membuat gadis dihadapannya ini berekspresi.

“Padahal kamu cantik kalau tersenyum seperti kemarin itu.”

“Aku memang cantik, asal kau tahu.”

“Panggil namaku.” Perintah Oikawa.

“Tidak ingat.”

“Bohong.”

“Apa maumu?” Deria gerah, ternyata lelaki ini memang semenyebalkan itu, tahu begitu waktu di halte tidak usah ajak bicara deh.

Tapi aroma mint menguar hebat dari tubuh Oikawa, apa memang lelaki itu pada dasarnya se-harum ini ya? Deria mulai menyukai aroma lelaki ini. Suka. Suka sekali.

Oikawa menaikkan dagu Deria agar pandangan gadis itu tertuju padanya, setelah tersenyum, ia membisiki sesuatu, “Mauku? Ini.”

Semua terjadi begitu cepat dan ketika sadar, bibir lelaki voli itu sudah menyapu keseluruhan milik si gadis. Lihai meski tidak panas. Ia seperti masih mencoba sesuatu yang baru saja di lakukannya. Tipikal anak lelaki baik.

“Deria-chan.”Oikawa menjauhkan bibirnya sedikit dan berbisik tepat di telinga perempuan itu, “Universitas terlalu lama.” Ia membuat jeda, “bagaimana kalau pacarannya mulai sekarang saja?”



***

Note :
Kalau dilanjut  takut jadi rate dewasa jadi ku stop sampai sini aja. Terimakasih yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca :*

HALUKYUU! Where stories live. Discover now