(Shirofuku Yukie) - Dear Bokuto

1K 95 12
                                    

Dear Bokuto...

Sejujurnya aku penasaran apa yang kamu pikirkan. Selalu. Aku selalu menduga-duga dan menakar-nakar jawaban apa yang kamu harapkan dari pertanyaan-pertanyaan absurdmu tentang hidup, tentang voli, tentang pelajaran, tentang cinta, tentang kita--tentang semua hal.

Kamu tahu nggak?

Setelah kita memutuskan berhenti di sini--lebih tepatnya aku, ya aku yang memutuskan pergi darimu saat itu--orang-orang menanyaiku macam-macam hal tentangmu. Dan yang paling kubenci adalah pertanyaan, 'Kenapa kamu putus sama Bokuto? Dia kan Ace hebat dan lain-lain dan lain-lain.' Aku malas menjawab. Kadang aku akan permisi keluar untuk cari angin untuk menghindari percakapan menyebalkan orang-orang mengenaimu.

Lucu kan?

'kenapa putus?', putus apanya coba. Kita bahkan nggak pernah jadian, kita bahkan nggak pernah ciuman, kita bahkan nggak saling menyukai--bohong. Aku menyukaimu, Bokuto. Selalu. Masih. Kamu.

Aku mengingat keputusan kita untuk bersama, karena aku manejer klub voli dan kamu si Ace yang punya kebutuhan extra untuk latihan, sehingga mau tidak mau aku selalu dipaksa lebih memperhatikanmu diantara orang-orang lain.

Bokuto, apa kamu ingat? Jam delapan malam, di gymnasiun tiga SMA Fukurodani, kamu yang bermandikan keringat dan terlentang di lapangan sambil tertawa-tawa sendiri. Ingat nggak? Selanjutnya kamu bilang apa, ingat nggak?

Waktu itu kita cuma berdua.

Waktu itu, aku pikir, main-main pun tak apa. Toh kamu jomblo kuadrat dan aku alumni jomblo semenjak hari itu. Kita akan baik-baik saja meski bersama-sama tapi tidak sama-sama suka.

Aku pikir, pacaran tanpa cinta itu nggak apa-apa.

Tapi setelah berpisah seperti ini, setelah berhenti bersamamu seperti sekarang, sejujurnya aku merasa kehilangan semua hal yang dulunya memang bukan punyaku. Oh ayolah, apa salah aku rindu makan siang yang dicuri olehmu? Apa salah kalaua tiba-tiba ingat saat-saat yang kit habiskan berdua di bawah rumput musim panas dekat keran air sebelah gymnasiun? Apa salahnya kangen menjitakmu karena lupa mengembalikan catatanku karena besok libur?

Aku rindu itu, apa aku salah?

Aku sibuk mengenang kebersamaan kita setelah sepi sendiri, apa itu salah?

Aku tau dari awal kita memang sepakat mengawali hubungan yang bukan karena cinta tapi karena saling butuh ini, aku tau aku salah malah membiarkan perasaan ini tumbuh terlalu tinggi, aku salah.

Tapi apa memang benar ini benar-benar salahku, Bokuto?

Aku memang mencintaimu dan kau tidak, apa kau boleh melakukan hal yang sebegini menyedihkannya padaku, Bo?

Kenapa rasanya begitu sakit kalau memang kau bukan siapa-siapa?

Kenapa rasanya harus sesakit ini ketika sadar kamu tidak pernah menganggap segala sesuatu yang kita lakukan dibelakang itu adalah hal yang tidak seserius itu?

Bokuto, aku bertanya-tanya kenapa kamu tidak tampak sakit dan selalu baik-baik saja semenjak kita memutuskan sendiri-sendiri lagi.

Kenapa kamu tidak se kalut aku?

Bayanganmu dimana-mana ada, muncul, kamu tidak disini tapi kamu menjadi apapun yang ada di hadapanku. Kamu menjadi jaket Fukurodani, catatan matematika, kotak bekal, semua hal mengingatkanku padamu. Aku harus bersembunyi kemana lagi? Aku harus berhenti sebagaimana lagi?

Bokuto, kenapa aku hancur sementara kamu tetap utuh?

Apa kalau tanpa rasa kamu bebas menjadi baik-baik saja? Tapi aku bagaimana?

Bokuto-san, apa kita memang cuma masa lalu?

----------------

Resah ku menepis rasa
rindu yang mendera jiwa
Kau buat aku tersiksa
Bayangnya terus menghampiri
Ke manapun ku coba pergi
Di mana harus sembunyi?

Lemah ku lemah tak berdaya
Salahkah bila ku tak henti mengharapkannya
Meskipun akhirnya
Ku tahu dia hanya membuatku terluka

Bayangnya terus menghampiri
Ke manapun ku coba pergi
Adakah dia perduli?

Lemah ku lemah tak berdaya
Salahkah bila ku tak henti mengharapkannya~

Cokelat - Salah

[Pause] • [Play] • [Stop]

HALUKYUU! Where stories live. Discover now