Chapter 61

4.1K 522 84
                                    

Dipta melangkah keluar dari ruangan Aliska membiarkan dokter menangani gadis itu. Ia mengambil duduk di kursi tunggu depan ruangan. Mengusap wajahnya kasar lalu mengacak-acak rambut nya. Dadanya turun ketika ia menghela napas berat. Dipta menoleh ketika sebuah tangan menyentuh bahunya.

    "Tenang Dipta, semuanya akan baik-baik saja," ujar Wijaya kepada Dipta. Tatapan laki-laki itu terlihat begitu sendu melihat keadaan Dipta.

Dipta tidak menjawab. Dia hanya bisa diam dengan perasaan tidak tenang.

Pintu ruangan terbuka. Seorang dokter perempuan keluar. Dengan segera Dipta dan Wijaya menghampiri dokter tersebut.

   "Dokter bagaimana keadaan nya?" Tanya Wijaya membuka suara.

   "Saya sudah memberi suntikan kepada pasien, sekarang dia sedang istirahat," kata dokter. "Apakah pasien mengidap depresi berat?" Pertanyaan Dokter membuat raut wajah Dipta berubah.

Lelaki itu mengangguk pelan. "Iya."

   "Boleh saya beri saran? Sebaiknya pihak keluarga mencarikan dokter psikologi untuk pasien. Melihat bagaimana kondisinya tadi mengkhawatirkan pasien bisa menyakiti orang-orang di sekitarnya," kata Dokter menyerankan.

   "Nanti kami akan coba mencari dokter psikologi terbaik." Wijaya tersenyum tipis.

   "Maaf sebelumnya, apakah saya boleh tau siapa Ellard dan Elvana? Kenapa sejak tadi pasien terus menyebut kedua nama itu?"

   "Ellard suami nya, Elvana selingkuhan Ellard," jawab Dipta dengan rahang terlihat mengeras dan juga tatapan dingin.

    "Siapa nama panjang pasien?"

Dipta diam sejenak. "Friska Aliska."

Dokter itu mengangguk paham. Sekarang dia tau pemicu apa yang membuat Aliska despresi. "Oh__" Dokter mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam saku bajunya. "Kebetulan teman saya pernah menangani kasus seperti ini, dan pasien nya berhasil sembuh. Kalau kalian berminat bisa hubungi dia." Dokter itu mengulurkan kartu nama tersebut.

   "Terimakasih," ujar Dipta menerima kartu nama itu.

   "Baik kalau begitu saya permisi," ujar sang Dokter kemudian meninggalkan dua pria itu.

   "Jadi benar dugaan gue kalau Aliska itu adalah Friska?"

Suara yang tiba-tiba muncul dari arah belakang membuat Dipta langsung berbalik. Betapa terkejutnya ia melihat Raffa berdiri di satu lorong yang sama dengan nya. Apakah Raffa mendengar perbincangan nya?

   "Dipta ke toilet dulu," Dipta langsung melangkah pergi meninggalkan Raffa dan juga Wijaya.

   "Dipta tunggu gue!" Raffa baru saja melangkah untuk mengejar Dipta tetapi Wijaya menghalangi nya.

Raffa menatap Wijaya penuh pertanyaan. Sementara Wijaya hanya tersenyum tipis. "Ikut Om sebentar."

∆∆∆

Wijaya mengajak Raffa ke kafe yang terletak tidak jauh dari rumah sakit. Mereka berdua duduk di meja dekat pojok yang terletak tidak jauh dari pintu masuk. Di hadapan mereka sudah tersedia dua cangkir mocha latte panas.

Story For Dipsha (New Versi)Where stories live. Discover now