Chapter 41

66.4K 4.4K 689
                                    

Keysha sedang bersandar di balkon kamar. Wajahnya menengadah menatap langit gelap tanpa bintang. Sebuah bulan sabit tengah terpancar di atas sana. Pikirannya sedang berkecamuk saat ini. Keysha tidak tau harus melakukan apa untuk memenuhi permintaan Wijaya.

Bohong jika Keysha ikhlas melakukan itu semua. Bagaimana pun di dalam hati nya dia tetap ingin Dipta selalu ada di dekatnya. Rasanya emang sulit tetapi itu harus dia lakukan. Gadis itu memejamkan kedua matanya. Sepoi-sepoi angin menerpa wajahnya. Begitu sejuk rasanya tetapi tetap tidak bisa menenangkan perasaan Keysha.

    "Kenapa sih berat banget." Gadis itu kembali membuka matanya. Kali ini dia menatap ke arah bawah. Menghela napas berat Keysha kembali memejamkan matanya. "Lo harus bisa Sha, jangan egois, Kak Dipta punya masa depan dan kehidupan, lo gak seharusnya jadi prioritas."

Keysha mengangkat tangan kirinya melihat jarum pendek yang kini sudah menunjuk angka sepuluh. Keysha kembali mendongak menatap bulan yang saat ini mulai di tutupi oleh awan. "Apa yang harus gue lakuin."

   "Buat Dipta benci sama kamu."

Keysha reflek membalikkan badannya. Dilihatnya Marsha yang berdiri di ambang pintu balkon. "K-kak Marsha sejak kapan di situ?"

Menghela napas pelan Marsha melangkah dan berhenti di sebelah Keysha. Gadis itu mendongak menatap ke arah langit. "Aku cuma kasih saran, di saat Dipta benci sama kamu maka dia gak akan sulit untuk pergi ke Amerika."

Buat Dipta benci dengan nya? Keysha menggeleng pelan. Dia tidak akan mungkin sanggup di benci Dipta. "A-aku gak bisa, aku gak mau kak Dipta benci sama aku."

Marsha menoleh ke arah Keysha. Sebuah senyum tipis timbul di bibirnya. "Alasan Dipta gak mau pergi ke Amerika karena dia gak mau jauh dari lo, satu-satunya cara ya lo tinggalin Dipta."

Keysha diam dengan kerutan di keningnya. Lo? Dia tidak salah? tidak bisanya Marsha berbicara memakai lo-gue dengannya. Tetapi tidak ada waktu untuk Keysha memikirkan itu lebih baik dia memikirkan Dipta sekarang. Tetapi tunggu, kenapa Marsha tau tentang itu semua?

Seolah tau apa yang Keysha pikirkan, Marsha kembali bersuara. "Kakak gak sengaja denger obrolan kamu sama Papanya Dipta," kata Marsha. "Kakak cuma kasih kamu saran, mungkin awalnya sakit tapi itu semua demi impian Dipta kan?"

   "Emang gak ada cara lain selain buat kak Dipta benci sama aku?" tanya Keysha lirih. Ya siapa yang mau di benci oleh orang yang mereka sayang.

Marsha membuang napasnya cepat. Kedua tangannya terulur memegang bahu Keysha. "Mungkin kamu bisa paksa Dipta pergi ke sana dengan kalian menjalankan hubungan LDR, tapi apa kamu yakin Dipta bisa fokus di sana? Bagaimana jika Dipta tidak fokus dengan kuliah karena terus teringat kamu?"

Keysha diam menimbang semua ucapan Marsha. Mungkin benar apa yang di ucapakan gadis itu. Mungkin jika Keysha membuat Dipta benci dengannya dapat membuat lelaki itu tidak akan kepikiran akan diri nya lagi. Dipta akan fokus dengan kuliah nya. Dan semua yang lelaki itu persiapkan tidak akan sia-sia. Tetapi apakah Keysha mampu menerima itu? Di benci oleh laki-laki yang dia sayang setelah Papa dan saudara laki-lakinya.

   "Lo mau Dipta gak sia-sia kan semua yang udah dia persiapkan untuk kuliah di Harvard kan? ini salah satu cara Cha, dengan Dipta benci sama lo dia akan lebih fokus mengejar cita-cita nya. Ingat lo hanya orang asing yang masuk ke dalam hidup Dipta, jangan sampai kehadiran Lo adalah pengahalang mimpi dia."

Story For Dipsha (New Versi)Where stories live. Discover now