31

163 40 3
                                    

Sudah 2 hari Taehyung mempercayakan Yoojung pada Jungkook. Ia meminta adiknya itu untuk sementara tidak pulang ke rumah. Ayah dan mama jelas tidak akan peduli pada adiknya itu. Ia mengetahuinya lebih dari siapapun. Sementara itu Taehyung mempunyai rencana besar dalam kepalanya.

Dua tahun yang lalu, ayah dan mama membawa Yoojung pulang ke rumah dan memperkenalkannya pada Taehyung bahwa dia akan menjadi adik angkat Taehyung. Namun sebenarnya jauh sebelum itu, Taehyung sudah mengenal Yoojung.

Dia adalah gadis pemalu dan salah satu anak tertua di panti asuhan Hansung. Karena mengikuti kegiatan sosial untuk mengisi waktu luangnya, Taehyung sering mengunjungi Panti Asuhan Hansung. Kebanyakan anak-anak disana masihlah kecil, bahkan belum ada yang menginjak SMP. Yang tertua satu-satunya adalah Yoojung yang baru saja masuk SMA.

Gadis itu pendiam, bahkan cenderung menutup diri dari banyak orang. Ia hanya akan terlihat tersenyum saat bersama suster Erin, sang pengurus panti. Sustet Erin mengatakan bahwa gadis itu memiliki trauma masa lalu.

Ibunya meninggal saat melahirkan Yoojung, dan ayahnya menimpakan seluruh amarah atas kehilangan istrinya itu pada Yoojung. Tumbuh tanpa mendapatkan cinta ditambah kekerasan yang ia dapatkan dari ayahnya membuat Yoojung tumbuh tanpa tahu arti dari rasa dicintai. Bahkan hingga suatu hari ia menemukan ayahnya gantung diri di kamar, gadis itu tidak menjerit. Ia menelpon polisi dan mengatakan dengan tanpa emosi bahwa ayahnya telah bunuh diri. Bahkan selama pemakaman ayahnya, Yoojung sama sekali tidak menangis.

Kemudian, karena tak ada satupun kerabat yang mau mengurusnya, Yoojung dibuang ke Panti Asuhan Hansung. Disanalah Yoojung kemudian mulai belajar apa itu mencintai dan dicintai. Meskipun prosesnya lambat, setidaknya hanya kepada Suster Erin lan Yoojung sedikit membuka dirinya.

Hingga kemudian Taehyung datang ke panti itu dalam rangka kegiatan sosialnya. Awalnya, ia tak begitu tertarik. Namun, setelah melihat gadis itu melamun begitu lama saat melihat salah satu anak panti dijemput untuk diadopsi, Taehyung tertarik mendekatinya.

Yoojung bertanya saat itu, "apakah memiliki ayah dan ibu akan membuat bahagia? Mengapa dia tertawa senang?" Sambil menunjuk dengan sorotan matanya kepada Kyumin, bocah 6 tahun yang memeluk ayah dan ibu angkatnya dengan riang.

Taehyung berdiri di sisi Yoojung mengikuti arah pandang gadis itu dan berdeham. "Tidak selalu. Tapi untuk anak yang beruntung ia pasti bahagia."

"Bagaimana rasanya bahagia?"

Taehyung terdiam. Ia ingin saja menjawab, namun dirinya sendiri tidak terlalu memahami makna kebahagiaan. Jadi, hari itu mereka berdua hanya berdiri diam menatap Kyumin dengan senyuman lebarnya melambai dari balik kaca mobil dan berangsur menghilang di telan jalanan.

Gadis ini menarik, pikir Taehyung. Ia merasa ada kesamaan diantara mereka berdua.

Kesepian.

Jadi, ketika suatu hari ayah dan mama membawanya ke rumah tiba-tiba dan mengatakan bahwa Yoojung mulai hari itu akan bergabung dalam keluarga kecil mereka, Taehyung senang bukan main. Ia memaknai kebahagian pertamanya dengan masuknya Yoojung dalam kehidupannya.

Namun, kebahagiaan yang ia dapatkan tentu saja ada harganya. Yoojung tidak benar-benar menjadi anak dari ayah dan mamanya, itu hanyalah sebuah frame untuk membungkus image ayah dan mama pada publik.

"Mulai saat ini, apabila kau berbuat salah, adikmu yang akan menanggung akibatnya."

Ultimatum ayah di malam pertama Yoojung bergabung dalam keluarganya. Seolah tahu maksud dibalik pengapdosiannya, Yoojung hanya memasang wajah tanpa ekspresi. Sementara Taehyung hanya diam dan percaya diri bahwa ia tidak akan pernah menimbulkan masalah yang akan berakibat pada adiknya nanti.

Namun, ia salah besar. Seharusnya ia tahu dari awal bahwa sejak awal kelahirannya adalah sebuah kesalahan. Jadi, tanpa Taehyung melakukan suatu kesalahan pun, keberadaannya sudah cukup untuk membuat ayah menghukum Yoojung.

Kekerasan yang ia terima dari ayahnya sejak kecil, didikan keras serta cacian yang ia terima kini beralih kepada adiknya, Kim Yoojung. Sejak awal Taehyung dilahirkan, ia di didik untuk menjadi penerus perusahaan ayahnya, dididik untuk menjadi kebanggaan ayahnya. Dididik untuk menjadi sosok tak berperasaan sehingga akan mampu bertindak tegas tanpa ragu-ragu. Cinta adalah hal bodoh yang tidak boleh dimiliki dalam keluarga Kim. Ayah mereka percaya bahwa cinta hanya akan melemahkan seseorang.

Begitulah kehidupan Taehyung tanpa mengenal makna mencintai dan dicintai. Dan bagaimana Yoojung kemudian selalu mendapat kekerasan dari ayahnya menggantikan Taehyung. Sebab bagaimana pun juga, ayah hanya tak ingin meninggalkan bekas luka pada tubuh putranya tersebut, sebagai gantinya ia akan mendidik mental putranya itu menggunakan Yoojung.

***

"Adikmu sudah 2 hari belum pulang. Kemana dia?" Tanya ayah saat mereka bertiga—ayah, mama, dan Taehyung berkumpul untuk makan malam.

Taehyung hendak menjawab, namun mama dengan cepat menyela. "Pertunangan Taehyung lebih penting sekarang. Tidak perlu memikirkan yang tidak perlu saat ini."

Tidak perlu, katanya. Cih! Taehyung menggenggam erat sendoknya menahan amarah.

Ayah mengangguk. "Kau benar. Meskipun begitu, Yoojung tetap akan menjadi hambatan bagi Taehyung." Pria paruh baya itu melirik putranya yang masih diam. Ia jelas tahu bahwa Taehyung menyukai Yoojung. Bukan sebagai adik, namun sebagai seorang wanita.

Pria itu kemudian menenggak habis wine nya. Gelas kosongnya kemudian dengan segera dituangkan kembali dengan isi wine baru oleh pelayan wanita yang sejak awal berdiri untuk melayani keluarga itu.

"Selagi kita membahas ini, ayah ingin memperingatkanmu untuk tidak mengacau. Kau harus bertunangan sesuai dengan rencana ayah. Dan juga ayah sudah mencarikan tunangan untuk Yoojung."

Seketika gerakan sendok Taehyung berhenti. Ia mendongakkan kepalanya menatap ayahnya. "Dengan siapa? Yeo Jingoo?"

"Bukan. Yeo Jingoo tidak pantas untuknya. Ayah sudah membatalkan rencana pertunangan Yoojung dengan Jingoo. " Pria itu terlalu banyak memendam amarah, sehingga ia bahkan tak ingin putri adopsinya mendapat kehidupan yang baik. Jika bisa, ia harus membuat Yoojung menderita bahkan setelah lepas dari keluarga ini. Ia selalu berpikir bahwa Yoojunglah yang membuat Taehyung menjadi pembangkan.

"Kang Seunghoo, direktur WM Group."

"Aku menentangnya." Taehyung menentang tegas.

"Kau tidak memiliki hak untuk itu."

"Bukankah dia seorang duda? Kudengar dia senang bermain di club X. Kudengar itu club para gay. Itulah kenapa ia bercerai dengan istrinya. Selain itu kudengar ia sering melakukan kekerasan pada mantan istrinya. Ayah ingin Yoojung bertunangan dengan pria semacam itu?!"

Ayah kemudian meletakkan gelasnya dengan keras ke atas meja membuat suara hentakan yang cukup untuk membuat seluruh pelayan di ruangan tersebut tersentak. Dengan aba-aba gerakan tangan nyonya mereka, seluruh pelayan mengangguk dan segera pergi meninggalkan ruang makan.

"Bukan urusanku. Ayah sudah cukup merawat Yoojung dan membiayai kehidupannya hingga sekarang. Kupikir ia akan berguna, ternyata ia malah menggodamu. Jadi, melepaskannya ke pria kaya adalah tanggung jawab terakhirku sebagai ayahnya. Setelah pertunangan mereka ayah akan memutus pengapdosian Yoojung."

Taehyung menganga tak percaya. Sudut bibirnya ditarik membuat senyuman jengah. "Hah! Baiklah, aku mengerti." Memutus pengabdosian, katanya. "Itu lebih baik. Lanjutkan saja rencana ayah, aku juga akan melakukan apa yang harus kulakukan."

Taehyung meraih sapu tangan kemudian mengusap mulutnya pertanda bahwa ia sudah mencukupi untuk makan malam kali ini. Pria itu beranjak dari duduknya dan menatap ayahnya tajam.

"Silakan menikmati makan malam anda, ayah." Ucapnya sebelum pergi meninggalkan ruang makan.

"KIM TAEHYUNG! KEMBALI KE TEMPAT DUDUKMU! AYAH BELUM SELESAI BICARA!"

Taehyung menyeringai dan menaruh tangan ke dalam saku celananya.

"Maaf ayah, aku kehilangan nafsu makan."





To be continued.

Save MeWhere stories live. Discover now