18

489 87 21
                                    


Yoongi memandang simpati raut wajah Jungkook yang terlihat begitu frustasi. Meski ia pun juga merasa begitu frustasi, namun ia paham betul bahwa Jungkook lebih menderita darinya.

Ada lingkaran hitam besar di bawah mata Jungkook. Anak itu pasti selalu tidur larut malam. Padahal Yoongi selalu mengingatkannya untuk tidur cepat. Ia tahu bahwa Jungkook mengkhawatirkan Namoo, namun kesehatannya juga penting. Jelas Yoongi juga tak mau repot mengurusi dua orang yang sakit.

Pulang-pergi dari Daegu ke Seoul sudah cukup membuatnya kelelahan. Bukan berarti ia tidak tulus menjaga Namoo, namun ia juga memiliki kehidupan di Daegu. Jadi, Jungkook juga harus terus sehat untuk menjaga Namoo.

Namun melihat situasi sekarang, ia tentu memahami Jungkook. Dirinya saja sudah cukup marah mendengar kabar barusan, apalagi Jungkook.

"Mengapa mereka membatalkan donor sumsum tulang belakangnya?" Jungkook bertanya resah. Helaan nafasnya cukup untuk membuat orang-orang di sepanjang koridor rumah sakit menoleh dan menatap bingung. Yoongi menepuk pundak Jungkook penuh prihatin.

"Dokter tidak mengatakannya. Katanya itu adalah privasi bagi pendonor." Yoongi menggigit bibirnya. Ia tak tega melihat adik sepupunya ini harus kembali menderita. Padahal baru saja kemarin sore dokter menyampaikan berita gembira tersebut, namun sekarang mereka dihempas begitu mudah. "Jangan khawatir, pasti akan segera datang pendonor yang lain. Teruslah berharap."

"Kau benar. Aku tidak boleh putus asa."

Yoongi mengangguk cepat, sedikit merasa lega. Tangannya menepuk pundak Jungkook mantap, memberikan sedikit kekuatan untuknya agar kembali berharap. Ia memikirkan cara agar Jungkook tidak terus menerus terlarut dalam kesedihan dan keresahannya.

"Hei, kau tahu, aku melihat ada tempat makan enak saat pergi kesini. Ayo kita makan! Kau belum makan sejak kemarin, kan?"

"Sudahlah. Aku sudah terlambat untuk bekerja." Jungkook menepuk pundak Yoongi, tersenyum kemudian berjalan menjauh sambil melambaikan tangan. "Hyung, aku berangkat kerja dulu! Tolong jaga Namoo, oke?!"

Menarik sudut bibirnya, tersenyum tipis. Yoongi memasukkan kedua tangannya dalam saku celananya. "Tidak kau minta juga aku tetap akan suka rela merawat Namoo. Ck, dasar!"

•••

Jungkook merapikan meja kerjanya usai mengajar. Ditatapnya tumpukan kertas tugas yang baru saja selesai ia koreksi. Selang beberapa detik kemudian, seorang murid laki-laki datang. Ia membungkuk hormat dan memberikan senyuman hangat pada Jungkook.

Ini adalah waktu sekolah usai. Dan ia telah menyuruh Sungwoon untuk datang menemuinya di kantor sebelum pulang sekolah. Beberapa guru lainnya sudah pulang, hanya tersisa dirinya

"Mengapa ssaem memanggilku?" Tanya Sungwoon.

"Tidak, bapak hanya ingin bertanya sedikit hal padamu."

Kedua alis Sungwoon terangkat. Beberapa hari belakangan ini banyak sekali kekacauan terjadi, terlebih kematian Hyunwoo yang dari rumor yang ia dengar Hyunwoo telah dibunuh. Seisi kelas tentu saja heboh. Sebagai ketua kelas, tentu saja ia terus menyuruh kawan-kawan untuk berhenti bergosip dan menghormati mendiang.

Ia yakin, maksud wali kelasnya memanggilnya sepulang sekolah pasti untuk menanyai sesuatu terkait hal tersebut.

"Jadi, bagaimana keadaan di kelas?"

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang