22

384 64 18
                                    

Jungkook berangkat sekolah setelah 3 hari absen. Kedatangan Jungkook tidak lantas membuat perasaan Yoojung lega. Bagaimanapun ia paham bagaimana perasaan Jungkook. Dibalik senyuman gurunya itu, Yoojung masih dapat merasakan kesedihan yang mendalam.

Selama pelajaran berlangsung, pikiran Yoojung terus berkelana memikirkan Jungkook. Gurunya itu sebenarnya masih sangat rapuh. Ia yakin setelah malam yang lalu Jungkook menangis dalam dekapannya.

"Ah, apakah dia dapat bertahan?" Yoojung berguman begitu pelan. Tangannya menumpu dagunya. Pandangan matanya menatap keluar jendela kelas.

Teringat bagaimana pertemuan Jungkook dan Yoojung dahulu, gadis itu penasaran apakah Jungkook masih memiliki keinginan untuk mengakhiri dirinya. Memang benar Yoojung belum mengetahui lebih banyak mengenai alasan, selain spekulasinya bahwa mungkin gurunya itu bunuh diri karena ditinggal mati oleh istrinya, Soojin, alasan kedua mungkin adalah putra semata wayangnya, Jeon Namoo.

Hanya saja, bayangkan saja kau baru saja ditingga mati oleh istrimu dan kau memiliki anak yang sedang sekarat. Memikirkannya, Yoojung hanya bisa membayangkan betapa putus asanya Jungkook.

Yah, tapi itu hanyalah spekulasi Yoojung semata. Tidak ada yang tahu alasan sebenarnya mengapa Jungkook ingin mengakhiri hidupnya kala itu.

Jadi, menghela nafas panjang, Yoojung mengangkat kepalanya dari atas meja untuk melihat jam dinding.

Jam menunjukkan pukul 10. Saatnya istirahat pertama.

Begitu bel berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar kelas. Sementara itu, seperti biasa Yoojung meraih roti isi dan sekotak susu dari dalam tasnya, kemudian bangkit dari duduknya dan pegi keluar kelas untuk menuju ke atap sekolah.

Namun, ketika ia tiba di atap sekolah, ia menemukan Jungkook tengah berbaring menatap langit. "Ssaem, apakah kau baik-baik saja?"

Mendengar suara Yoojung tiba-tiba, Jungkook segera bangkit dari tempatnya dan memukul pantatnya dari pasir. "Eh.. rupanya kau Kim Yoojung. Sudah waktunya istirahat ternyata. Bapak melamun hingga tak sadar waktu. Kalau begitu.."

Jungkook melambaikan tangannya. "Bapak pergi kembali dulu."

Namun Yoojung melontarkan pertanyaan yang sedikit mengejutkan, sehingga Jungkook seketika berhenti melangkah dan terdiam.

"Pak, bolehkah aku ikut ke rumah bapak sepulang sekolah nanti?"

***

Benar dugaan Yoojung. Rumah Jungkook sangat berantakan. Kepergian Namoo pastilah memberikan pukulan hebat bagi Jungkook.

Beberapa botol soju tergeletak di atas lantai dan meja. Bungkus mie instan tidak terbuang di tempat sampah, beberapa piring makanan antar pun berserakan di atas meja. Agaknya Jungkook tidak makan secara teratur beberapa hari terakhir ini.

Jadi, menghela nafas panjang, sementara Jungkook menggaruk tengkuknya yang tak gatal menahan malu, Yoojung mulai membersihkan  rumah Jungkook.

"Ee.. bapak akan membersihkannya sendiri. Kau tidak per.."

"Kapan terakhir kali bapak makan nasi?" tanya Yoojung sembari memasukkan sampah-sampah makanan ke dalam kantong kresek.

"Eeh.. entahlah.. mung.."

Yoojung bangkit dari duduknya. "Nah, sekarang lebih baik bapak pergi keluar belanja. Kulihat isi lemari es bapak kosong. Jadi biarkan aku yang membersihkan rumah dan bapak pergi berbelanja."

Jungkook mengerjapkan mata dan mengangguk patuh. Lantas tanpa banyak bercakap lagi, lelaki berumur awal 30 tahun itu mengambil kunci mobil untuk pergi berbelanja seperti perintah Yoojung. "Kalau begitu, bapak pergi belanja dulu."

Save MeМесто, где живут истории. Откройте их для себя