14

658 111 25
                                    

"Wah, luar biasa sekali kau hidup dengan tenang setelah semua yang ku alami." Suara serak Hyunwoo begitu jelas dan sangat dekat di sisi Yoojung. Gadis itu bergetar ketakutan demi melihat amarah dari pemuda yang telah menyimpan dendam padanya. Ia tak tahu jika Hyunwoo akan begitu se marah ini karena masalah buku catatan itu.

Setengah wajah Hyunwoo ditutupi oleh masker hitam. Kerut di keningnya serta mata yang seolah hendak keluar dari tempatnya menunjukkan betapa Hyunwoo membencinya. "Ma-maafkan aku. Aku.."

BRUAK!

Dengan gerakan kasar, Hyunwoo menarik kerah Yoojung dan mendorongnya lebih keras pada meja di belakangnya sehingga beberapa kursi terjatuh menimbulkan sura yang cukup nyaring di gudang se sepi ini. Namun suara nyaring itu tak cukup untuk menarik perhatian orang-orang di luar sana karena gudang ini memang jauh dari keramaian.

"Ada apa denganmu? Aku minta maaf telah mengambil buku catatan mu. Aku.."

"Kau pikir aku marah karena buku catatan sialan itu?" kilat mata Hyunwoo menatap tajam dua mata hazel Yoojung. Gadis itu tak mengerti akan pemuda di hadapannya. Jika Hyunwoo tidak marah karena buku catatan itu, lantas mengapa sekarang dia menyerangnya?

"Lalu apa lagi?" Yoojung berusaha meredam rasa takutnya. Meski ia tahu bahwa Hyunwoo terkenal mengerikan ketika sedang marah, namun gadis itu tetap tak memiliki ide akan apa yang pemuda itu lakukan kepadanya. Hyunwoo jelas terlihat benar-benar amat marah. Amarah yang terlihat bukan karena masalah buku catatan itu.

Lalu apa? Apakah ia telah melakukan kesalahan lain?

"Kau sungguh tidak tahu apa salahmu? Wah, benar-benar!"

Kemudian sekali lagi, Hyunwoo menarik kerah Yoojung dan mendorongnya jatuh tersungkur hingga roknya tersingkap. Tangan gadis itu cekatan membenarkan kembali roknya dengan kepala menunduk.

"Ah, kau benar-benar membuatku frustasi." Hyunwoo duduk berjongkok di hadapan Yoojung dan menariik dagu gadis itu hingga kedua pasang mata itu bertemu. Lantas dengan kasar Hyunwoo melepas masker yang sedari tadi dipakainya. Yoojung membulatkan matanya sedikit terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Ia dapat melihat dua sisi mulut Hyunwoo yang luka dan terdapat beberapa jahitan di sana. Mulut itu tampaknya telah robek karena sesuatu, di kedua sisinya robek dengan bekas jahitan disana. "Sepertinya dia benar-benar menyayangimu, iya, kan?"

Yoojung mengerjap tidak paham.

"Ah, atau bahkan lebih sekedar dari itu?"

"Apa yang kau maksud?"

Terkekeh kesal, Hyunwoo membuang ludahnya ke arah samping. "Kau tak juga paham. Kalau begitu aku akan membuatmu paham, jalang!"

Lantas dalam satu sentakan Hyunwoo mendorong bahu Yoojung hingga gadis itu terbaring di lantai dingin gudang. Kemudian pemuda itu menindih tubuh Yoojung dan mulai melepas seragam gadis itu dengan paksa. Meronta keras, Yoojung malah mendapat tamparan berkali-kali dari Hyunwoo.

Sungguh ia pun tak masalah jika Hyunwoo memukulinya atau bahkan mendorongnya jatuh dari atas gedung. Namun ia benar-benar tidak menyukai jika seseorang menyentuhnya dan melecehkannya.

Untuk pertama kalinya, Yoojung merasakan ketakutan kepada orang lain selain keluarganya. Ia terus berusaha keras menampik tangan Hyunwoo yang terus berusaha menelanjanginya. Bahkan pemuda itu mulai mencoba menciumnya secara paksa.

"Hentikan!" Yoojung mulai menangis. Dengan putus asa sembari memejamkan matanya ia memukul Hyunwoo dengan pasrah. Melihat bagaimana Yoojung menangis dan memukul dadanya lemah, Hyunwoo menghentikan tindakannya.

Ia terkekeh melihat bagaimana tidak berdayanya Yoojung. Lantas tanpa berkata apa-apa pemuda itu berdiri, memakai maskernya kembali dan keluar dari gudang meninggakan Yoojung sendirian di dalam gudang gelap itu menangis pilu.

Menangis selama beberapa menit, Yoojung merasa tak berdaya untuk bangkit dan melangkah keluar dari dalam gudang. Ia merasa untuk takut keluar dan bertemu dengan siapapun. Seragamnya berantakan, wajahnya terluka, ia tak siap menjadi perhatian bagi orang-orang yang akan ia lewati.

Maka, dengan putus asa ia mencoba menghubungi seseorang untuk menolongnya. Tentu ia tak akan menelpon kedua orang tuanya karena ia tahu mereka tak akan menolongnya. Tidak juga dengan taehyung karena ia tidak ingin kakaknya melihatnya tak berdaya. Ia ingat pernah menyimpan nomor wali kelasnya, Pak Jungkook.

Tak ada pilihan lain karena memang ia tidak memiliki teman satu pun, akhirnya ia menelpon Jungkook, satu-satunya orang yang dapat ia percaya sekarang. Menangis sesenggukan, ia dapat mendengar suara wali kelasnya itu terus menenangkannya. Ia yakin Jungkook tidak mematikan panggilannya selama menyetir mobil.

Selama 20 menit menuggu, pintu gudang pun terbuka menampilkan sosok lelaki dewasa dengan balutan jas kerja lari dengan panik. Meski Yoojung tak berani menatap wajah Jungkook karena malu, ekspresi Jungkook begitu menunjukkan kekhawatiran.

"Apa yang telah terjadi?"

"Pak... hiks.. hiks..."

"Ayo kita ke rumah sakit!"

Yoojung menggeleng pelan. "Aku tidak mau."

"Lalu bagaimana dengan lukamu? Kalau begitu aku antar kau pulang." Sekali lagi Yoojung menggeleng keras. Gadis itu masih menangis sesenggukan dan begitu terlihat sangat rapuh. Jungkook melepas jasnya demi melihat seragam gadis itu yang koyak dan menutupi tubuh Yoojung dengan itu.

Yoojung tidak ingin ke rumah sakit maupun pulang ke rumah. Lalu kemana yang gadis itu inginkan? Kondisi gadis ini benar-benar tak baik-baik saja.

"Ayo berdiri!" Jungkook berusaha memapah Yoojung, namun nampaknya gadis itu terlalu syok atau sepertinya kakinya terluka sehingga Yoojung tak beranjak dari duduknya dan masih terus menangis. Jungkook melirik jam tangannya. Di luar sudah mulai gelap, dan Yoojung harus segera di tangani.

Tanpa pikir panjang, Jungkook langsung membopong Yoojung ala bridal style membuat gadis itu tersentak kaget. "Aku tidak mau ke rumah sakit! Aku juga tidak mau pulang ke rumah, Pak!"

"Tidak. Malam ini kau boleh tidur di rumah Bapak."

Yoojung terdiam seketika. Bahkan ia tak lagi menangis dan berusaha mencerna perkataan Jungkook. Tidur di rumah Pak Guru? Dia?

"Berhenti menangis. Malam ini Bapak akan menjagamu. Jangan khawatir." Tambah Jungkook mendekap erat Yoojung dalam gendongannya.

"Bapak juga akan mengobati lukamu."

Lukaku?




[]

Save MeWhere stories live. Discover now