19

488 95 56
                                    

Mobil yang dikendarai oleh Jungkook dan Yoojung akhirnya tiba disebuah panti jompo tempat Nenek Choi berada. Melangkahkan kaki beriringan menyamai langkah Jungkook, senyum Yoojung terus terkembang melihat para lansia di sekitarnya. Sangat menyenangkan datang berkunjung ke sini karena kunjungan ini untuk sejenak dapat membuat Yoojung melupakan masalahnya.

Seorang suster yang mengenali Jungkook langsung melambaikan tangan dan mendorong kursi roda yang diduduki oleh Nenek Choi. Tersenyum dan melangkahkan kaki lebar-lebar, Jungkook memeluk erat Nenek Choi.

“Nenek, aku merindukanmu.” Meski Nenek Choi tidak merespon dan hanya terdiam dengan tatapan kosong, Yoojung tetap menemukan gurunya terus tersenyum lebar.

Namun tatapan mata Jungkook tak dapat dibohongi. Tatapan itu sama saat terakhir kali mereka berkunjung kesana. Entah mengapa Yoojung dapat melihat sebuah luka dalam tatapan Jungkook ketika bertemu Nenek Choi.

Menitipkan Nenek Choi bersama Yoojung untuk beberapa waktu, Jungkook harus menemui kepala suster yang menjaga dan merawat Nenek Choi. Yoojung membawa Nenek Choi di tengah taman. Sebuah kolam jernih dengan berbagai macam ikan serta beberapa teratai yang tumbuh menghiasi taman. Suara gemericik air pancur dan juga desiran angin yang menelisik dedaunan bagaikan musik harmoni yang menenangkan jiwa.

Menggenggam kedua tangan Nenek Choi dan bersimpuh di hadapanya, atensi Nenek Choi akhirnya teralihkan pada Yoojung. Tatapan mata yang awalnya kosong, begitu melihat Yoojung binar matanya seolah muncul dengan segera.

“Soojin-a!”

Aku Yoojung, Nek.

Andaikan Yoojung bisa memperkenalkan diri demikian, pasti akan lebih menyenangkan daripada dianggap sebagai orang lain. Namun ia tidak mau jika ia mengelak bahwa dirinya bukan Soojin, ia takut sesuatu terjadi pada Nenek Choi.

“Astaga, nak! Nenek menunggumu begitu lama! Bukankah hari ini ulang tahunmu?”

“Ya?” Ulang tahun? Tak tahu menahu mengenai ulang tahun sosok Soojin ini, barangkali memang hari ini adalah ulang tahunnya, Yoojung hanya mengangguk. Mungkin itulah sebabnya Jungkook mengajaknya kesini.

“Ah, iya nek, hari ini ulang tahunku!” Yoojung merespon terpaksa berpura-pura menjadi Soojin.
Nenek Choi tertawa menunjukkan beberapa giginya yang telah hilang. “Nenek dengar suamimu membuatkanmu rumah impianmu! Ahaha, nenek turut senang!”

Ikut tertawa senang, Yoojung baru tahu bahwa Soojin yang dimaksud adalah seorang wanita yang telah menikah. Selama ini ia pikir Soojin adalah seorang gadis kecil atau mungkin seorang anak SMA seumurannya. Merasa penasaran Yoojung mencoba bertanya. “Suaminya Soo—, ah maksudku suamiku?”

Nenek Choi mengangguk. “Eoh! Jungkook memberitahuku bahwa kalian akan pindah segera!”

Jungkook? Wali kelasnya?

Tunggu dulu.

Jadi, alasan kenapa Jungkook menjadi wali Nenek Choi sebenarnya adalah karena mereka memang punya hubungan. Yoojung tak pernah tahu bahwa selama ini Jungkook adalah laki-laki yang pernah menikah. Tentu saja ia tak akan menyangka karena gurunya sendiri bahkan memiliki muka baby face layaknya pemuda berumur 20-an awal disaat umur Jungkook sebenarnya adalah 32 tahun.

Lelaki yang pernah menikah dan sekarang istrinya telah meninggal. Bukankah berarti Jungkook adalah seorang duda?

Astaga! Yoojung mengutuki dirinya atas pikiran buruknya yang sempat terlintas bahwa ia bersyukur jika istri Jungkook telah meninggal. Bagaimana bisa ia bersyukur di atas kematian seseorang?

Jika Soojin meninggal sekitar satu bulan lebih yang lalu, jangan-jangan itulah alasan Jungkook bunuh diri? Mendadak Yoojung merasa pupus harapan. Jika benar gurunya itu dahulu hendak bunuh diri karena istrinya meninggal, bukankah itu berarti Soojin adalah sosok wanita yang sangat dicintai Jungkook hingga lelaki itu merasa benar-benar kehilangan?

Save MeWhere stories live. Discover now