6

688 120 9
                                    


"Aku akan menganggap semua ini tidak akan pernah terjadi. Jadi, kuharap kau mengerti batasmu."

______________________

Selama bertahun-tahun Yoojung selalu menjaga dirinya. Menahan emosinya agar tidak menangis. Meski dalam beberapa kesempatan ia tidak berhasil menahan dindingnya, namun setiap kali menangis tidak akan pernah seorangpun yang mengetahuinya.

Setelah bertahun-tahun lamanya menangis dalam diam, ini adalah kali pertama ia menangis begitu keras seolah dinding yang selama ini ia bangun roboh begitu saja. Namun, Yoojung dengan cepat mengendalikan dirinya.

Begitu ia tenang dan kesadarannya telah kembali, ia mendorong tubuh Jungkook. Menyeka air matanya, Yoojung berhenti menangis seketika. Saat itu juga ia merasa menyesal telah menangis. Dengan melihatnya menangis, Jungkook akan semakin penasaran akan dirinya.

Kenyataannya memang benar seperti dugaan Yoojung. Begitu Yoojung berkata, "ssaem, tolong lupakan kejadian malam ini dan anggaplah tidak pernah terjadi." Jungkook hanya tersenyum. Menatap Yoojung yang kemudian pergi menjauh menaiki sepedanya, Jungkook masih terus tersenyum.

"Dia pikir aku akan melupakannya begitu saja padahal aku adalah gurunya?"

•••

Hal terbodoh yang pernah Yoojung lakukan seumur hidupnya adalah kejadian semalam. Ia tidak tahu apa yang merasukinya, namun mengutuki dirinya semenyesal mungkin, Yoojung masih saja bertanya-tanya—bagaimana bisa ia menangis dan memeluk gurunya tadi malam?

Mau ditaruh mana mukanya nanti?

Bahkan melangkahkan kaki memasuki gerbang sekolahan saja sudah membuat jantungnya berdegup kencang. Sumpah, ia tak ingin bertemu dengan Jungkook hari ini. Opsi untuk membolos sebenarnya menarik untuk dicoba, namun ia tidak akan pernah diperbolehkan untuk melakukannya.

Kalian tidak akan tahu seberapa mengerikannya mama dan papa jika tahu ia  membolos sekolah.

Yoojung meloloskan nafas lega karena pada akhirnya hingga ia menjatuhkan pantatnya di bangku, ia sama sekali tidak bertemu dengan Jungkook. Meski tidak sepenuhnya lega, toh, beberapa menit lagi begitu bel berbunyi si guru tampan menyebalkan itu akan masuk ke dalam kelasnya.

Oh, sial.

Jungkook memasuki kelas tepat begitu bel berbunyi. Wajah tampannya kini bagaikan tombol play teriakan histeris dan senyum-senyum tebar pesona dari para murid perempuan. Bahkan Yoojung dapat melihat Solbin mengerjapkan matanya genit beberapa kali. Apakah dia kelilipan sesuatu? Entah apa yang ditaruh di bulu matanya, itu terlihat seperti bulu mata unta bagi Yoojung.

Terlalu panjang dan seolah memberatkan kelopak mata.

Jungkook dan Yoojung bertatap selama beberapa detik sebelum Yoojung memutuskan untuk membuang mukanya disertai decihan kesal. Melihat Jungkook menyeringai membuatnya teringat apa yang telah terjadi semalam.

Mendadak Yoojung ingin membolos sekolah saja.

•••

Yoojung melarikan diri ke atap begitu bel istirahat berbunyi. Namun gagal begitu Solbin tiba-tiba menarik rambutnya dan membawanya ke belakang gedung sekolah. Bersama 2 kawannya, Solbin menekan Yoojung ke tembok dan menunjuk dadanya beberapa kali.

"Kau harus ingat posisimu!" Sentak Solbin memegang dagu Yoojung. "Kau budakku dan aku majikanmu! Berani-beraninya kau menolak perintahku?!"

Membuang dagu Yoojung, Solbin mendecih dan berkacak pinggang. "Ambilkan catatan itu untukku! Kau harus memberikannya padaku besok."

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang