10

627 116 33
                                    

LIE

"Jika ia berkata bahwa ia baik-baik saja, berarti ia berbohong. Pada nyatanya dia bahkan lebih rapuh dari kayu  yang digerogoti oleh rayap."

_____________________

"Darimana saja kau?" Tanya mama begitu Yoojung masuk ke dalam kamar. Membasahi bibirnya Yoojung memikirkan apa yang seharusnya ia jawab.

"Itu..." Mengerjap beberapa kali, Yoojung memikirkan jawaban yang tepat. Tidak mungkin ia mengatakan pada mama bahwa ia baru saja pergi ke panti jompo bersama gurunya. "Wali kelasku menyuruhku membantunya."

Meski seharusnya alasan itu tidak cukup untuk membuat mama puas, anehnya mama hanya mengangguk. "Begitukah? Baiklah. Segera mandi dan turunlah untuk makan malam."

Hanya itu. Padahal Yoojung pikir mama akan bertanya banyak hal dan mencurigainya. Kemudian akan mulai mengomel tentang nilainya dan mengatainya pemalas seperti biasanya.

Meski melegakan tidak mendengar omelan mama sepulang sekolah, Yoojung tetap merasa aneh. Mungkinkah sesuatu akan terjadi?

Rasanya seperti waktu tenang sebelum bom meledak tiba-tiba. Atau mungkin itu hanya perasaanya saja. Menggelengkan kepala mengusir pikiran buruknya, Yoojung segera menyambar handuk dan bergegas mandi.

Setelah setengah jam, akhirnya Yoojung turun. Ia sudah mendapati mama, papa dan juga Taehyung duduk disana. Meski suasana makan malam memang terasa sama, hanya saja Yoojung merasakan atmosfer yang berbeda.

Menatap Taehyung yang terdiam tak seperti biasanya, Yoojung merasakan firasat aneh. Entah buruk atau baik, namun rasanya tetap tak nyaman.

"Jadi, mama dan papa berencana menjodohkan Taehyung dengan putri Grup Hansung." Suara mama nyaris seperti tombol yang mengaktifkan mood buruk seseorang. Menoleh menatap kakaknya, rasanya Taehyung sudah mengetahui rencana ini sebelumnya.

"Aku sudah bilang kan Ma, aku..."

"Turuti saja keinginan mamamu. Ini juga papa dan mama lakukan untuk kebaikanmu." Papa berkata tegas. Menghela nafas keras, Yoojung dapat melihat bahwa Taehyung sangat menentang ide ini.

Terlebih daripada fakta masalah pernikahan tanpa cinta, sepertinya Taehyung lebih terbebani akan hal lain. Seperti dirinya mungkin?

Yoojung menggigit bibirnya. Apakah Taehyung akan baik-baik saja?

Menemukan bahwa kakaknya terlihat menahan emosi, Yoojung tahu, Taehyung tidak akan baik-baik saja. Bahkan lelaki berumur 33 tahun itu bangkit dari duduknya, mengabaikan teriakan tegas mama dan papa untuk kembali duduk.

Makan malam kali ini berlangsung cepat dan sungguh membuatnya tak nyaman. Papa bahkan sampai menggebrak meja marah sehingga mama berlari menyusul untuk menenangkan suaminya.

Perjodohan ini mungkin penting bagi mama dan papa. Tapi memikirkan perasaan Taehyung, kakaknya pasti akan baik-baik saja kan? Ah, bukan. Bukankah jika benar Taehyung akan dijodohkan, itu adalah kabar baik bagi Yoojung?

Benarkah kabar baik? Namun mengapa perasaannya menjadi tak menentu?

Melangkahkan kaki memasuki kamar, Yoojung terkejut melihat kakaknya telah duduk di sisi ranjangnya. Menundukkan kepala dan menautkan kedua jemarinya. Nampaknya Taehyung tidak benar-benar baik saja.

Gejolak di dada Yoojung terasa aneh. Bukan masalah perjodohan Taehyung, namun ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Pasti ada tujuannya ayah dan mama menjodohkan Taehyung secara tiba-tiba.

Memejamkan matanya mencoba mengusir perasaan aneh tak menentu dalam dadanya, suara mama sontak membuatnya terkejut. Membalikkan tubuh dengan cepat, ia kembali menemukan sosok mama yang sebenarnya.

"Ayah memanggilmu. Cepat!" Mama berkata tegas, ekspresi wajahnya seolah memendam kekesalan. Bukan. Bukan kekesalan yang selalu mama tujukan padanya, namun pada hal lain.

Entah apapun itu, Yoojung mengerti artinya. Apa yang ia rasakan setiba ia di rumah tadi benar-benar terwujud. Rasa tenang sebelum bom meledak tiba-tiba.

Sedangkan Yoojung berjalan penuh dengan bayangan mengerikan dalam benaknya menemui ayahnya yang menunggu di ruang bawah tanah, Taehyung berada di kamar di penuhi emosi akan perjodohan yang ayah dan mama rencanakan.

Ini bukanlah rencana yang bagus. Taehyung tidak akan menikah, itu sudah menjadi keputusan absolut sejak lama. Tidak bisa dirubah.

Perjodohan ini membuat benaknya kacau. Menarik rambutnya frustasi, satu hal yang ia pikirkan saat ini adalah adiknya. Hanya Yoojung yang bisa memberikan ketenangan absolut dalam dirinya di setiap saat-saat terunyam dalam hidupnya.

Maka, dengan langkah cepat ia berjalan menuju kamar Yoojung. Namun yang ia temukan hanyalah mama yang berdiri di sisi ranjang adiknya, menatap keluar jendela langit malam di luar sana.

Kening Taehyung berkerut. Kemana Yoojung?

"Kenapa mama disini? Yoojung dimana?"

Mama tak bergeming. Hanya menghela nafas panjang dan seolah hanya seperti itu cukup memberikan jawaban. Sorot mata Taehyung berubah dengan cepat, menyiratkan kemarahan yang memuncak serta kekhawatiran yang dalam.

Berlari cepat menuruni anak tangga, Taehyung segera memutar kenop pintu ruang bawah tanah. Terkunci dan Taehyung tahu bahwa ayah serta Yoojung ada di dalam sana.

"YOOJUNG-A!!!" Ia berteriak panik menggedor pintu. "Ayah hentikan!"

Berusaha mendobrak pintu, usaha Taehyung hanya sia-sia belaka. Suara gaduh di dalam ruangan semakin membuat Taehyung menggila. Ia mengumpat berkali-kali, mendobrak pintu bak orang kesetanan tak peduli seberapa sakit bahunya menghantam pintu.

"BRENGSEK! AYAH BUKA PINTUNYA!"

"HENTIKAN! SIAL!"

Selama 30 menit Taehyung terus berusaha mendobrak pintu bahkan memakai tongkat golf, pada akhirnya tak satupun berhasil. Ayah membuka pintu kemudian, melangkah acuh melewati Taehyung.

Sementara Taehyung berlari cepat menyusul adiknya di dalam, ia menelan salivanya berat menemukan Yoojung tergeletak di lantai kayu. Tubuhnya kembali mendapatkan luka baru. Taehyung dengan cepat memeluk Yoojung, mengusap pipi adiknya dan segera berlinang air mata.

"Maaf. Maaf tak bisa menolongmu lagi." Maaf.

Yoojung membuka kelopak matanya perlahan. Tangannya bergetar mengusap air mata kakaknya.

"Tidak apa. Aku baik-baik saja."

Bohong. Nyatanya Yoojung tak sekalipun baik-baik saja. Bagaimana bisa ia baik-baik saja setiap ayahnya menjadikannya samsak tinju ketika suasana hati ayahnya buruk?



[]

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang