1

1.3K 150 12
                                    

GLOMMY

"Aku memutuskan mati hari ini."

___________________

Yoojung mengeraskan rahangnya. Air matanya terus turun melewati pipinya. Menetes kemudian meresap ke dalam tanah.

Ingatannya berpilin ke berbagai kejadian dalam hidupnya. Disaat seperti ini tak satupun kenangan indah yang dapat menghiburnya. Barangkali dapat menghentikan niatnya untuk mengakhiri hidupnya, namun seluruh kenangan indah itu tertutupi oleh semua pengalaman pahit yang ia miliki.

Papa, mama, Kak Taehyung.. maafkan aku..

Sekali lagi Yoojung mendongak, menatap tambang yang terikat kiat pada batang pohon. Menelan salivanya berat sekali lagi, Yoojung menunduk dan memejamkan matanya.

Mungkin dengan begini, penderitaannya akan berlalu. Mama dan papa pasti tidak akan menangis karena kepergiannya. Iya, kan?

Kecuali Kak Taehyung.

Entahlah, Yoojung ragu Taehyung akan menangis jika ia pergi. Namun setidaknya ia yakin jika kakak laki-lakinya itu pasti akan merasa sedih.

Maafkan aku...

Yoojung memegang erat simpul tambang yang kini sudah melingkari lehernya. Yang perlu ia lakukan sekarang adalah menendang tumpukan batang pohon yang menumpu tubuhnya. Dengan begitu ia akan meluncur jatuh, menggantung, tercekik secara bersamaan kemudian mati.

Sekali lagi, Yoojung menarik nafas panjang. Air matanya kini tak lagi keluar. Tatapannya menjadi lebih sendu.

Semuanya, maafkan aku...

.

.

.

.

.

.

.

.

Kratak!

Suara ranting patah tertangkap oleh indera pendengaran Yoojung. Gadis itu membuka matanya seketika. Ia yakin sekali baru saja mendengar suara langkah kaki memijaki dedaunan kering.

Yoojung melepaskan lehernya dari lilitan tambang yang akan mengantarkannya kepada kematiannya. Mengurungkan niatnya sementara, Yoojung merasa khawatir bila ada yang menyaksikannya bunuh diri.

Bisa-bisa orang itu menggagalkan aksinya dan ia berakhir harus berurusan dengan mama, papa, maupun Kak Taehyung. Tidak. Itu mengerikan.

Ia turun melompati tumpukan kayu pijakannya, meninggalkan tali tambang yang menggantung pada batang pohon di atas sana.

Siapa yang datang? Pikirnya.

Melangkahkan kaki dengan perlahan berusaha tak menimbulkan suara dari dedaunan kering yang terinjak, Yoojung mendongak menatap langit yang mulai gelap. Telunjuknya menyeka sisa air mata di pipinya, berdiri di balik sebuah pohon besar, bersembunyi, Yoojung dapat melihat sosok pria berdiri di ujung tebing sana.

Malam ini angin berhembus amat kencang. Menerbangkan anak rambut Yoojung, gadis itu sedikit menyipit dan bergidik dingin. Apa yang dilakukan pria itu?

Yoojung tahu, di bawah tebing itu berbatasan langsung dengan laut. Itulah mengapa ia dapat mendengar jelas deburan ombak menerjang sangat keras bebatuan di bawah sana.

Pria itu nampak mengepalkan tangannya. Entah apa yang tengah dipikirkan pria itu, Yoojung memutuskan kembali. Ia harus mati hari ini. Ia sudah merencanakannya sejak beberapa hari yang lalu.

Jika ia tidak mati hari ini, ia tak tahu hari buruk apa yang akan ia terima esok hari. Melangkahkan kaki mundur, Yoojung memutuskan meninggalkan pria tersebut.

Namun baru beberapa langkah ia berjalan, suara teriakan berat pria itu menggema, mengejutkannya. Yoojung membalikkan badannya seketika, namun sepersekon detik kemudian serangan ketakutan dan kepanikan menyerbunya.

Matanya membesar sedang mulutnya membuka lebar tatkala ia melihat pria itu terjun dari atas tebing menuju lautan dingin di bawah sana.

Buru-buru Yoojung berlari. Mengumpat kesal lantaran hari dimana ia memutuskan untuk bunuh diri malah menemukan sosok lain yang terjun ke lautan dingin dari atas tebing yang lumayan tinggi.

Apakah pria itu berniat bunuh diri? Yah, benar. Siapa pula orang normal yang mau terjun ke laut dari atas tebing di saat memasuki musim dingin. Ia tahu jelas air laut akan terasa dingin menusuk tulang. Siapa yang akan bertahan bila terjun ke bawah sana apalagi dengan ombak yang sedang kencang-kencangnya.

Namun Yoojung menjadi lebih gila lagi. Entah apa yang merasukinya, mengumpat marah, ia langsung berlari dan melompat terjun demi menyelamatkan pria tersebut.

Bahkan ia tak memiliki waktu berpikir rasional. Ah, namun jika dipikirkan, bagi seseorang yang hendak bunuh diri hari ini, Yoojung sudah tak bisa berpikir rasional.

Ketika tubuhnya terhempas, meluncur masuk ke dalam kedinginan air laut, dan hantaman ganas ombak, Yoojung baru sadar bahwa menyelam ke sini sama dengan bunuh diri. Lucunya, ia berpikir bahwa ia tak boleh mati sekarang. Merasakan betapa menyakitkannya ketika ombak mendorongnya keras menabrak bebatuan Yoojung seketika tersadar bahwa kematian sangatlah mengerikan.

Lengannya terluka, darah segar segera membaur pada keganasan ombak laut. Yoojung terus berusaha mengendalikan tubuhnya. Tangannya menggapai sosok pria yang kini bak marionette yang dikendalikan oleh lautan.

Yoojung berusaha menahan nafasnya lebih lama. Tangannya menggapai baju pria tersebut. Dan.. hap!

Berhasil!

"Huaah!" Kepala Yoojung muncul di permukaan. Menghirup oksigen rakus sedang tangannya berusaha mati-matian agar pria itu tak terlepas dari genggamannya.

Berenang susah payah ke tepian, Yoojung akhirnya berhasil menyeret pria tersebut. Yoojung bahkan tak sadar bahwa selain lengan kanannya, paha kirinya rupanya terluka akibat tergores entah sesuatu.

Dengan nafas tersenggal-senggal, Yoojung langsung duduk di atas tubuh tak berdaya pria tersebut. Mencoba memberi nafas buatan, Yoojung berusaha memompa dada pria tersebut. Menciumnya lagi untuk nafas buatan, Yoojung kesal dan memukul dada pria itu keras.

"Bangun bodoh!" Umpatnya.

"Uhuk! Uhuk!" Pria itu akhirnya terbatuk. Air laut keluar dari mulutnya. Yoojung meloloskan nafas lega dan menjatuhkan diri berbaring di sisi pria tersebut.

Mata Yoojung menyipit. Rasa lelah menjalar di sekujur tubuhnya.

Ia baru sadar bahwa hari telah petang. Bahkan bulan telah berada di atas sana bergemerlap bersama ribuan bintang.

Sialan.

Mengapa di hari menyebalkan ini langit terhampar begitu indah?

"Ough... Sial!" Sekali lagi Yoojung mengumpat.

Hari ini ia batal melakukan aksinya. Bahkan rasa untuk bunuh diri lenyap seketika.

Sejurus kemudian Yoojung tertawa lucu. Meletakkan lengannya menutupi matanya. Namun dalam tawanya, air mata turun.

Sial.



[]

Save MeOnde as histórias ganham vida. Descobre agora