23

427 68 20
                                    

Yoojung menggeliat. Badannya terasa pegal, sebab Taehyung benar-benar tak membiarkannya beristirahat. Entah apa yang telah terjadi pada kakaknya, agaknya itu membuat Taehyung begitu frustasi dan melampiaskannya padanya.

Begitu membuka mata, Yoojung masih menemukan Taehyung di sisinya memeluknya. Lengan kekarnya menjadi bantal bagi kepala Yoojung. Dada bidang Taehyung yang terekspos membuat Yoojung sedikit gugup.

Meski ini bukanlah yang pertama kali, tetap saja Yoojung selalu merasa gugup jika Taehyung menyentuhnya begitu intim. Otaknya sendiri masih memiliki kewarasan, sehingga ia tahu bahwa apa yang ia dan kakaknya lakukan adalah sebuah dosa besar.

Jadi, berusaha untuk tak membuat pergerakan besar, Yoojung perlahan turun dari kasur. Ia meraih pakaian-pakaiannya yang berserak di lantai kamar dan segera menutupi tubuh telanjangnya dengan handuk.

Gadis itu berlari kecil menuju kamar mandi dan begitu menutup pintu ia menghela nafas panjang.

Ah, apa yang sudah kulakukan?

***

Jungkook sedang merapikan dokumen-dokumen di atas meja kerjanya, ketika Hoseok salah satu rekan kerjanya yang merupakan guru sastra korea memanggilnya. "Kau sudah selesai? Ayo kita makan siang bersama."

Namun Jungkook menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Kau duluan. Ada yang masih harus aku kerjakan."

Bohong.

Sebenarnya, Jungkook hanya tidak bernafsu makan saja. Rasa sedih kehilangan putra semata wayangnya tentu masih menyelimuti dirinya. Meski begitu, kedatangan Yoojung tempo hari di rumahnya untuk membuatkan makanan sedikit meringakan bebannya. 

Pria itu lantas berjalan keluar dari ruang guru untuk berkeliling sekolahan.  Namun langkahnya terhenti tatkala ia menemukan sosok Yoojung di halaman sekolah tengah duduk sendirian dengan roti di tangannya dan sebuah kotak susu.

Dari lantai 2 gedung sekolah, Jungkook berdiri di balik jendela memperhatikan Yoojung. matanya tak berkedip, dan sudut bibirnya ditarik membuat sebuah senyuman kecil. Namun sejurus kemudian Jungkook mengerjapkan matanya dengan cepat dan menggelengkan kepalanya.

"Apa yang kupkirkan? Dasar gila!" umpat Jungkook pada dirinya sendiri dengan wajah tersipu merah. Buru-buru ia berjalan cepat meninggalkan posisinya untuk kembali ke ruang guru membenarkan pikiran serta perasaanya yang tak wajar yang barusan muncul ketika melihat Yoojung,

Apa yang kau pikirkan Jeon Jungkook! Dia adalah muridmu, jangan melampaui batas!

Jungkook menarik rambutnya dan menampar pipinya. Sejurus kemudian ia menghela nafas panjang dan kembali tersenyum kecil begitu mengingat bagaimana gadis itu datang ke rumahnya tempo hari untuk membersihkan rumahnya. 

Ah, mungkin aku harus membalas kebaikannya.

***

Malam ini, Jungkok dalam mood yang bagus. Seharian berada di sekolah, ia habiskan untuk memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk membalas Yoojung karena telah membantunya membersihkan rumah. Jadi, sambil bersenandung riang, melupakan kesedihan yang ia rasakan selama beberapa hari, Jungkook pergi menuju jembatan tempat biasa ia merenung untuk mencari ide mengenai apa yang harus Jungkook lakukan untuk membalas Yoojung.

Seperti yang lalu, Jungkook dan Yoojung sering kali bertemu di jembatan ini, sehingga tempat ini terasa spesial. Dan itulah mengapa selain karena alasan mencari ide untuk membalas kebaikan Yoojung, kedatangan Jungkook ke jembatan ini adalah berharap bahwa ia bertemu dengan gadis itu disana.

Namun, menghela nafas pendek dan mendecakkan lidah kecewa, ia tak mendapati gadis itu di jembatan. Ah, apa yang sebenarnya aku harapkan?

Jungkook kemudian kembali bersenandung riang dan memikirkan ide untuk membalas kebaikan Yoojung. "Haruskah aku mentraktirnya makanan?"

Save MeNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ