3

774 127 14
                                    

NOT GOODBYE

"Kuharap aku tak akan bertemu dengannya lagi."

_______________

Mentari bersinar begitu cerah dan memancarkan kehangatan pagi ini. Cahayanya menelisik melalui celah dinding kayu Kuil Arang.

Menggerakkan kepalanya ke samping, Yoojung terbangun seketika. Kelopaknya mengerjap pelan dan mengamati setiap sudut kuil yang kini terlihat jelas.

"Kau sudah bangun?" Suara berat pria di belakang punggungnya sontak membuat Yoojung terkejut bukan main. Ia lupa bahwa semalam ia tidur berpelukan dengan pria asing yang hampir saja kehilangan nyawa bersamanya.

"Aish, kau membuatku terkejut, sialan!"  Umpat Yoojung lantas segera berdiri, menyingkir dari pelukan pria tersebut dengan sedikit rasa gugup dan canggung. Pria itu tertawa renyah. "Aku menunggumu bangun dari tadi. Kupikir kau tak akan bisa tidur karena gugup akibat pelukanku semalam. Namun matamu langsung terpejam tepat setelah aku merasakan degup jantung mu bak biji jagung yang meletup-letup menjadi popcorn."

Wajah Yoojung memerah. "Kenapa jantungku harus berdegup kencang?" Tanyanya gagap.

"Juga, kau mengorok saaaaaangat keras.. waaah.."

"Kapan?!" Yoojung mengelak. Malu bukan main karena godaan pria menyebalkan itu. Pria itu hanya tertawa dan bangkit dari duduknya.

Berjalan menuju pintu dan membukanya lebar-lebar, cahaya matahari langsung menerobos masuk dan membuat pria itu menyipit. "Sudah pagi. Kupikir saatnya kita turun. Aku yakin kau punya keluarga yang menunggumu."

Yoojung terdiam.

Keluarga? Yah, benar mama maupun papa pasti mencarinya mati-matian apalagi Kak Taehyung. Namun ia ragu jika malah sebenarnya mama dan papa lebih mengharapkan menemukannya mati.

Menghela nafas panjang, Yoojung berjalan melewati pria itu dan merentangkan tangannya untuk menyambut sinar matahari. Bajunya tidak lagi basah meskipun lembab dan masih sedikit memberikan rasa dingin pada tubuhnya, setidaknya tidak sampai membuatnya menggigil seperti semalam.

"Ayo turun!"

"Kau mengajakku?" Pria itu bertanya, berjalan mendekat dan berdiri di sisi Yoojung.

Yoojung menoleh dan menatap pria tersebut. Ini adalah kali pertamanya melihat wajah pria itu dengan jelas dalam jarak sedekat itu dibawah sinar matahari dan membuatnya sadar bahwa pria itu rupanya sangat tampan. Ia tidak bohong!

Benar-benar dalam sedetik Yoojung langsung tersihir oleh ketampanannya.

Yoojung segera tersadar dan segera mengerjap, mengalihkan pandangannya dan berdeham, "kenapa? Kau tidak mau turun dan akan kembali terjun kesana untuk mati?"

Terkekeh ringan, pria itu berjalan mendahului Yoojung sembari berkata, "tidak. Ayo turun!"

Mereka berdua turun dalam diam. Dinginnya tubuh yang mereka rasakan membuat keduanya tidak memiliki mood untuk berbicara. Beberapa kali pria itu membantu Yoojung karena terpeleset. Jalanan gunung menjadi licin sebab hujan semalam. Hingga akhirnya karena Yoojung telah terpeleset berkali-kali, pria itu pun memutuskan untuk menggandeng tangan Yoojung hingga tiba di kaki gunung.

"Ahh, dinginnya!" Pria itu segera berlari menuju sebuah mobil yang terparkir di kaki gunung. Yoojung rasa itu adalah mobil pria tersebut.

"Oh ya, kau mau aku mengantarkanmu pulang? Dimana rumahmu? Apakah di daerah sini?"

Yoojung menggeleng. "Tidak. Aku akan kembali ke hotel di dekat sini. Lagipula aku bukan orang sini. Aku dari Seoul."

Pria itu mengangguk. Seoul? Pikirnya. Entah apa yang membuat gadis itu datang ke Miryang dan hendak bunuh diri kemarin di gunung, pria itu hanya tersenyum dan berkata, "baiklah. Jaga dirimu! Aku akan pulang."

Yoojung melambai menatap pria itu masuk ke mobil. Perpisahan mereka pun  hanya berakhir singkat begitu saja. Selepas mobil itu menghilang dari pandangannya, Yoojung melangkahkan kaki pelan kembali ke hotel tempatnya menginap.

Berharap-harap cemas, Yoojung menyiapkan mental untuk menghadapi mama, papa dan Taehyung.

▪▪▪

3 hari kemudian...

Yoojung kembali berangkat ke sekolah setelah dua hari mengalami demam tepat setelah ia kembali ke Seoul. Melangkah malas memasuki kelas, ia dapat merasakan tatapan seluruh penjuru kelas.

Mendesah resah, menjatuhkan pantatnya di bangku, Yoojung segera menenggelamkan wajahnya di atas meja. Pergi ke sekolah adalah suatu hal yang paling ia benci setelah kedua orang tuanya. Tak ada yang bagus setiap ia berangkat ke sekolah.

Masih bagus jika ia hanya mendapat tatapan kebencian pagi ini. Biasanya akan lebih buruk lagi seperti Solbin dan kawan-kawannya yang selalu datang merisaknya.

Begitu bel masuk berbunyi, seluruh murid segera berlari duduk di bangku masing-masing. Yoojung menegakkan kepalanya dengan malas. Duduk di bangku paling belakang dan tidak mendapat teman sebangku menjadikannya benar-benar seperti orang buangan di kelas.

Membuang pandangan keluar jendela, mata Yoojung sedikit menyipit melihat melihat langit yang nampak cerah. Pikirannya kosong membuatnya tanpa sadar mulai melamun.

Seorang guru laki-laki memasuki kelas dan memukul meja menyuruh seluruh murid untuk diam. "Selamat pagi semua!" Ucapnya lantang.

"Mulai hari ini, bapak adalah wali kelas baru kalian!"

Sontak seisi kelas ricuh. Terlebih para murid perempuan yang bertepuk tangan senang.

"Perkenalkan, nama bapak, Jeon Jungkook."

Terdengar tepuk tangan meriah sekali lagi. Antusias para murid dan segala kericuhan kelas tak sedikitpun membuyarkan lamunan Yoojung.

Jungkook tersenyum lebar demi mendapatkan pertanyaan lucu dari murid-muridnya. Pandangannya mengamati seisi kelas. Namun terhenti seketika melihat sosok yang duduk di sudut ruangan tengah melamun.

Sontak senyum terkembang begitu lebar. "Kau!" Suara berat Jungkook membuat seluruh murid menanti siapa yang sedang Jungkook panggil.

"Kau, murid yang duduk paling pojok belakang!" Ulangnya lagi. Sontak seluruh murid mulai menatap Yoojung. Murid laki-laki yang duduk di bangku depan Yoojung pun mengetuk meja Yoojung membuyarkan lamunannya.

"Eoh?"

"Kau yang duduk di pojok belakang!" Ulang Jungkook lagi.

Yoojung langsung mendongakkan kepalanya. Ia mendapati wali kelas barunya berjalan mendekati bangkunya.

Mata Yoojung menyipit. Ia merasa pernah melihat wajah itu. Begitu Jungkook tiba di hadapannya, ia memasukkan kedua tangannya dalam saku celananya.

Senyumnya tak pudar dari wajahnya. "Hai, jumpa lagi gadis Kuil Arang."

Yoojung mengerjap beberapa saat.

Kuil Arang?

Miryang?

Bunuh diri?

Mata Yoojung melebar mengingat itu semua. Sontak ia terlonjak dari bangkunya.

Pria itu, pria yang tak pernah ia ketahui namanya, mengapa ada di sekolahnya?

"Sepertinya kau melamun sejak bapak datang. Bapak ulangi perkenalan bapak tadi, bapak wali kelas barumu. Jeon Jungkook."

"Wa..wali kelas?"

Jungkook mengangguk lucu melihat ekspresi Yoojung. Matanya melirik nametag di seragam Yoojung.

"Jika kau memiliki masalah, kau bisa datang ke ruang bapak, Kim Yoojung hagsaeng."






[]

Save MeWhere stories live. Discover now