DUA

97.7K 7.2K 139
                                    

Happy reading
.
.
.

Setelah hampir menghabiskan waktu 1 jam untuk membaca novel, Fara menyerah di pertengahan cerita. Gadis itu meletakkan novelnya kasar. Emosinya benar-benar terpancing kali ini.

"Dah lah males gue." Ucap Fara, tatapan penuh kebencian tak terelakkan mengarah pada novel yang tergeletak tak berdosa di atas meja.

"Gue mau ke kantin Lo ikut nggak." Ucap Fara, gadis itu langsung bangkit dari tempat duduknya.

"Ikut dong." Jawab Elin yang dengan semangat mengekori Fara dari belakang.

Berhubung saat ini masih dalam jam belajar, suasana di kolidor sekolah terasa sangat sunyi. Tak ada satu pun siswa maupun guru yang berpapasan dengan mereka. Di saat itu pula perasaan Fara tiba-tiba menjadi gelisah tanpa alasan.

"Lin, kalau gue nggak ada Lo jangan nangis ya." Ucap Fara tiba-tiba.

Elin mengerutkan dahinya tak nyaman, "Kok Lo ngomong gitu sih? Far, Lo nggak lupa kan kita udah janji buat terus bersama?" ucap gadis itu.

Fara menghela nafasnya kasar, "Gue inget kok. Tapi perasaan gue mendadak nggak enak Lin."

"Tenang, gue sama abang-abang Lo bakal jagain Lo meskipun nyawa taruhannya." Ujar Elin, tangannya menepuk bahu Fara penuh keyakinan.

Tak terasa Fara dan Elin telah sampai di kantin. Fara menghentikan langkahnya sejanak, tatapannya memandang sekeliling kantin. Setelah matanya menemukan sosok familiar, Fara langsung berlari menuju sosok itu penuh semangat.

"BANG JOOOO!"

Di sela-sela larinya, mata Fara menangkap sosok mencurigakan yang tengah mengatur sebuah sniper. Terlebih saat moncong seniper mengarah pada Jonathan yang tak lain abang angkatnya.

Fara langsung panik. Tanpa pikir panjang ia langsung memeluk Nathan erat. Matanya terpejam erat seiring dengan tubuhnya yang menegang.

Dor!

Degg

"FARA!" Teriak semua orang saat melihat Fara yang sudah terkulai dipelukan Jonathan dengan darah merembes keluar.

"A-aku ng-nggak p-papa kok." Ucap Fara susah payah. Lalu melepaskan pelukannya dari Bang Jo. Gadis itu tersenyum lembut pada abangnya.

"F-Fara jangan tinggalin gue...." Kata Elin dengan tangan yang gemetar.

"G-gue b-belum mati, njirr." Fara menatap Elin dengan senyuman ceria, persis seperti ekspresi bercanda. Tangannya menamplok pelan pundak sahabatnya itu.

"Oh Gue kira." Ucap Elin yang kembali santai lalu sedetik kemudian cemas kembali. Kali ini dengan ekspresi lebih kacau dari sebelumnya.

Perlahan, Fara memandang semua orang-orang disana lemah, nafasnya semakin berat. Gadis itu memejamkan matanya sejenak.

"K-kalian jangan sedih ya."

"PANGGIL AMBULANCE! CEPAT!" Teriak salah satu anggota Capricorn.

"Dek, jangan tinggalin Abang hiks hiks." Pinta Nathan dengan derai air mata.

"Fa-Fara ng-gak bakal ning-galin Aba-ng kok. Ta-pi Fara ngan-tuk. Fara mo bo-can du-lu b-bang." ucap Fara terbata-bata. Sedetik kemudian mata itu terpejam seiring dengan tubuh yang terjatuh lemas.

"FARA!!"

***

Eungggg

Fara mengerjap-ngerjapkan matanya lalu sedetik kemudian kerutan muncul di dahinya.

"Bukanya gue tadi di sekolah ya?"

"Mungkin bang Jo bawa gue ke rumah sakit, gue kan ketembak."

Fara kembali tenang dan memilih untuk melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.

30 menit kemudian~

Ceklek

Tiba-tiba sesosok wanita paruh baya memasuki kamar Fara. Wanita tersebut tampak menatap Fara sendu lalu dengan penuh kasih sayang dia mengelus rambut Fara yang membuat sang empu terbangun.

Eugh

Fara mengerjap-ngerjapkan matanya lagi.

"Fara, bagaimana keadaanmu sayang?" Tutur wanita paruh baya penuh kekhawatiran.

Fara yang mendengar suara yang asing langsung menoleh ke sumber suara. Matanya membola saat melihat seorang wanita paruh baya yang menatapnya khawatir.

"S-siapa kau?" Ucap Fara gugup sekaligus waspada.

'Nih nenek-nenek cantik banget njir! Kok gue insecure ya.' batin Fara mengiri.

Oma Kinan tersenyum dengan tangan yang tak berhenti mengelus rambut Fara penuh kasih sayang, tapi hatinya terasa tercabik-cabik saat mendengarkan nada waspada cucunya.

Sebesar apapun usahanya menerima kondisi Fara yang divonis amnesia. Oma Kinan tetap merasa sedih. Rasanya sangat sesak saat melihat Fara memandangnya asing.

"Fara sayang, aku Kinan, Omamu, nak." Jelas wanita paruh baya tersebut.

"O-oma?" beo Fara.

Fara terdiam membeku. Bukankah dia anak panti? Masa iya tiba-tiba ada orang yang mengaku bahwa ia adalah keluarganya?! Hei ini bukan dunia novel!

Tiba-tiba pertanyaan konyol terlintas di pikiran Fara.

'Siapa aku? Dimana ini?'

Oma Kinan yang melihat wajah bingung cucunya langsung menjelaskan identitasnya.

"Namamu Refara Anggita Grisham nak, kamu adalah cucu perempuan satu-satunya keluarga Grisham. Kamu punya satu Abang kandung yang bernama Jonathan Rizky Grisham, dan dua Abang sepupu yang bernama Samuel Enggar Grisham dan Fauzan Angga Grisham, mereka sekarang ada di Indonesia dan sekarang kita ada di London. Kamu tinggal disini sejak kejadian menyedihkan itu terjadi. Dua tahun lalu Orangtuamu meninggal karena kecelakaan yang disebabkan oleh musuh bisnis keluarga kita." Ucap Oma Fara panjang lebar.

Tiba-tiba dada Fara terasa sesak mendengar penjelasan Oma Kinan. Air matanya juga mengalir tanpa izin. Meskipun begitu, Fara masih belum paham akan kondisi nya.

Hiks

Lalu tanpa dicegah, sekelebat ingatan masuk kedalam kepalanya seperti kaset rusak.

"Shhh...." Fara langsung memegang kepalanya karena rasa nyeri yang muncul tanpa undangan.

Melihat cucunya yang merasa kesakitan, Oma Kinan langsung memanggil dokter.

Dengan cepat dokter menangani kondisi Fara. Sementara Oma Kinan langsung keluar ruangan dengan mandiri karena takut mengganggu pemeriksaan.

Setelah melewati waktu yang cukup lama, dokter tersebut keluar dengan nafas lega.

"Nona Fara cukup baik sekarang, dua hari kedepan Nona Fara sudah diperbolehkan pulang." Ucap dokter tersebut.

( Bayangkan kalau dokter sama oma Kinan pake bhs.Inggris ya)

"Terimakasih dokter." Ucap Oma Kinan dengan senyuman tipis.

"Kalau begitu saya permisi, nyonya."

"Nak, kamu istirahat dulu ya. Nanti Oma sama Opa akan menemui lagi." Ucap Oma Kinan lembut.

"I-iya." Ucap Fara lalu dengan patuh ia  memejamkan matanya meski otaknya kini terasa terbakar.
.
.
.
TBC.

Transmigrasi FiguranWhere stories live. Discover now