DUA PULUH

46.2K 4.1K 6
                                    

_Happy reading_
.
.
.

Fara terbangun dari tidurnya dengan tampilan acak-acakan. Sungguh, Fara sangat merasa kesal karena diberi clue yang sangat...sangat...tidak memuaskan. Apalagi saat melihat wajah sok misterius Fara asli novel.

Disisi lain, Fara juga merasa cemas tentang clue dari jiwa Fara asli. Tokoh baru? Yang benar saja, masalah abangnya saja belum selesai. Fara merasa kepalanya akan meledak saat mendapat info mengejutkan sekali lagi.

Tepat pada mimpinya tadi malam.
Fara bertemu dengan jiwa Fara asli novel. Persis seperti scene pertemuan antara jiwa asli dengan jiwa pengganti pada setiap cerita bergenre transmigrasi.

Mari kita flashback.

Flashback on

Disebuah Padang rumput tak berujung, dibawah satu-satunya pohon yang berdiri kokoh disana, Fara duduk dengan santai sambil msngamati keadaan sekitarnya. Sekitar hampir dua jam sudah Fara disana, namun sosok yang ditunggunya belum juga menampakkan diri.

"Hai."

"Akhirnya Lo datang juga." Fara menatap sosok itu kesal.

Sosok itu tertawa kecil. "Sudah aku duga, kamu pasti mengetahui ini dimana?"

"Alam bawah sadar, right? Gue udah sering baca cerita transmigrasi bro." Fara menjawab dengan angkuh.

"Ya, kamu benar." Ujar sosok itu membenarkan.

Sosok tersebut terdiam sesaat.

"Ada apa emm......"

Fara menggantung ucapannya, memandang sosok itu dengan bingung. "Gue bingung mau manggil Lo apa? Nama kita sama kan?" Ujarnya.

Sosok yang ditemuinya adalah jiwa tokoh Fara novel asli.

"Panggil aku Fa, dan aku akan memanggilmu Ra. Bagaimana?" Sosok itu mengatakan pendapatnya.

"Not bad." Ujar Fara menyetujui. Sebarnya itu tak penting, karena Fara tetap menggunakan lo-gue dalam berbicara.

"Jadi, ada apa?" Tanya Fara.

Raut Fa berubah serius sebelum berbicara.

"Sebelumnya aku mau mengucapkan terimakasih, karena kamu mau menepati ragaku disana. Sedikit info, aku diciptakan oleh penggemarmu, dan karena itu nama kita agak sama, bahkan semua tokoh mempunyai nama yang hampir sama di duniamu."

Fara mengetuk dagunya dengan raut seperti berfikir. "Gue udah mikir kek gitu sih." Ujarnya.

"Ada tokoh baru di cerita yang kamu masuki." Ujar Fa, Ra serius mendengarkan.

"Tokoh baru yang bisa menjadi lawan maupun teman, tergantung pandanganmu tentangnya." Lanjutnya yang menambah beban pikiran Fara.

"Lo gak mau balik?" Tanya Fara.

Fa memandang ke arah lain, arah dimana berdiri sepasang paruh baya yang menatap Fa lembut. Jujur, Fara merasa iri saat melihat itu.

"Aku bahagia disini. Jaga Bang Jo. Aku sangat menyayanginya." Ujarnya dengan tersenyum.

Fa kembali menatap Fara.

"Kamu bisa kembali setelah menyelesaikan cerita ini. Ada sedikit kejutan kecil yang menunggumu disana." Ucap Fa penuh misteri.

"Dan aku harap, cerita ini berakhir bahagia." Ujarnya tulus.

Setelah Fa selesai mengatakan itu. Tubuh Fa menghilang dari pandangan Ra. Dan setelahnya hanya ada kegelapan hingga akhirnya Fara terbangun dari tidurnya.

Flashback of

Untuk mencegah hal-hal buruk yang akan terjadi, Fara akan memutuskan akan menjadi siswi baik. Ya, setidaknya untuk hari ini. Dan karena itu, Fara sudah duduk tegap dibangkunya sejak sampai sekolah dengan beberapa buku yang terbuka dimejanya.

Rautnya dibuat seserius mungkin agar terlihat natural dan tidak mencurigakan. Tapi, tetap saja semua teman sekelasnya memandang heran Fara. Terlebih, Afri yang menjadi teman sebangku.

Mulut Afri sudah sangat gatal untuk bertanya. Tapi, suasana yang hening membuatnya segan.

"L-lo baik-baik aja Far?" Tanya Afri setelah sekian purnama.

"Hm." Fara berdehem tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Serius Far!! Ini bukan Lo banget!!?" Ujar Afri, Fara hanya menatapnya jengah.

"Kenapa?" Tanya Fara.

Namun, belum sempat mendengar jawaban Afri, keadaan kelas menjadi hening. Guru yang terkenal killer memasuki kelas mereka dengan seorang siswa berparas rupawan.

Fara hanya menatap guru itu sekilas tanpa memandang siswa disampingnya. Fara memilih mendengarkan lagu melalui earphone nya. Bukan bermaksud tidak sopan, hanya saja Fara sedang dalam mood buruk, dan ia membutuhkan healing.

"Selamat pagi anak-anak." Ujar Bu Siti, Nama guru killer itu.

"Pagi buuu." Jawab serentak siswa-siswi kecuali Fara tentunya.

"Hari ini kita kedatangan murid baru."

"Silahkan nak, perkenalkan dirimu."

Siswa tersebut dengan perlahan mengangkat wajahnya. Raut datarnya memindai kelas yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu. Pandangannya terpaku pada seorang siswi yang nampak duduk dengan tak acuh dibangkunya. Fara, nama siswi itu.

"Eh anjirr itu cowo kemarin kan?"

"Gans banget ngab."

"Kek oppa-oppa Korea."

"Kenalin guys, dia ayang beb gue."

"Ga usah halu Lo!"

"Ssstt dah ada pawangnya."

"Kenan." Ujar siswa itu datar dengan pandangan yang tak pernah lepas dari Fara.

"Baik nak Kenan, kamu duduk disampingnya Doni."

"Doni angkat tanganmu."

Seorang siswa berwajah kalem mengangkat tangannya. Kenan hanya melihatnya sekilas lalu berjalan menuju bangku yang dituju.

Bukanya duduk disamping Doni, Kenan justru berjalan ke arah bangku Fara. Dengan aura dinginnya, ia mengusir Afri yang duduk disamping sang pujaan hati.

Afri yang mentalnya senormal manusia pada umumnya langsung pergi dengan tubuh bergetar. Dalam hati ia berdoa untuk keselamatan sahabatnya dan meminta maaf karena telah meninggalkannya dalam kesulitan.

Fara yang tak sadar hanya diam dibangkunya dengan mata terpejam menikmati alunan musik yang mengalun indah ditelinganya.

Setelah cukup lama, Fara mengernyit heran karena belum mendengar ocehan Afri. Setaunya Bu Siti sudah keluar kelas sekitar 10 menit lalu, karena ia sudah tak mendengar suaranya.

Fara sangat penasaran, tapi sayang ia terlalu malas untuk sekedar membuka mata, terlanjur nyaman dengan posisinya saat ini.

"Fri.....Lo tau nggak?" Fara memulai perbincangan dengan mata yang masih terpejam.

"Gue...."

Huft

"....gue takut Kenan pergi. Gue dapet firasat bakal ada masalah yang bakal muncul dihubungan kami." Curhat Fara.

"Kayaknya gue udah jatuh cinta sama dia." Ujar Fara.

"Kenan itu....gue nggak bisa kabarin sama kata-kata. Pokoknya dia sempurna!" Lanjut Fara dengan senyuman manis yang tersungging di bibirnya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, sayang. Kamu adalah cahaya dalam hidupku, poros duniaku. Trust me."

Alih-alih mendengar suara khas sahabatnya, Fara justru mendengar suara asing yang sangat familiar diingatannya. Anehnya, suara itu mampu menenangkan hati gundahnya.

Dengan perlahan, Fara membuka matanya. Pandangannya terpaku pada sosok rupawan yang menatapnya lembut. Sosok laki-laki yang sempurna dan sangat suami-able.

"Mengagumi wajahku honey."

.
.
.
TBC.

Transmigrasi FiguranWhere stories live. Discover now