TIGA PULUH ENAM

22.6K 2.1K 4
                                    

Happy reading
.
.
.

"HUWAAAA, AKHIRNYA GUE BEBAS!!" Fara bernafas lega setelah akhirnya bisa keluar dari mansion dengan selamat.

Beruntung sekali disaat kekesalan nya masih mengudara, otak jeniusnya masih bisa dimanfaatkan. Setelah memikirkan resiko yang akan terjadi dan dengan tekad yang hanya setengah, Fara melaksanakan rencananya. Ia membuat tali dengan tumpukan selimut yang tertata rapi dilemarinya. And see, hebat bukan? Dirinya bisa bercosplay seperti orang yang sedang kabur dari penculik.

Berkali-kali Fara memuji dirinya sendiri karena pengorbanan waktu untuk membaca banyak novel dikehidupannya dulu sangat bermanfaat dikehidupannya kali ini.

Setelah usaha kerasnya berjalan lancar, Fara langsung bergegas pergi sesaat setelah kakinya menginjak tanah yang telah tertutup semen yang dicampur air dan pasir. Entah keberuntungan apa, gerbang depan yang biasanya dijaga puluhan orang berseragam hitam kini kosong, nihil.

Dengan cekatan Fara membuka gerbang yang tingginya 3 kali lipat dari tinggi badannya. Meskipun agak susah, tapi Fara berhasil membukanya setelah tanpa sengaja menginjak remote yang memang digunakan untuk membuka gerbang tersebut.

Saat berhasil keluar, Fara juga tidak lupa menutupnya. Jangan sampai rencananya gagal hanya satu kecerobohan. Biarkan saja Abang jeleknya itu frustasi memikirkan keberadaan. Egois? Serahlah, hidup-hidup Fara kok.

Setelah berada ditepi jalan, mata Fara memandang sekeliling untuk menemukan pangkalan ojek. Tapi nihil, yang dilihatnya hanyalah bangunan mewah yang nampak kosong. Fara mendengus. Gini amat jadi orang kaya ya??

Setelah menunggu hampir 5 menit, akhirnya sebuah taksi lewat dihadapannya. Dengan tak sabar Fara langsung menghentikan taksi tersebut. Saat posisinya telah menemukan rasa nyaman Fara langsung menyuruh bapak sopir untuk melajukan mobilnya.

Tujuannya adalah Cafe bernama Gabut yang letaknya berada tepat didepan sekolahnya. Katanya, makanan yang dijual disana memiliki cita rasa yang sangat menggugah selera.

Fara yang pada dasarnya penikmat kuliner tentu langsung tancap gas kesana. Lumayan kan bisa buat habisin uang jajan yang tiap hari beranak pinak.

Butuh waktu sekitar 20 menit dari mansion untuk sampai di Cafe tersebut. Saat sampai pun suasana di dalam Cafe sudah terlihat ramai. Beruntung dirinya masih bisa mendapatkan tempat yang strategis.

Fara menunggu pesanannya sembari memandang gedung sekolahnya yang bisa dilihat dari sana. Meskipun samar, ia bisa melihat siluet orang yang keluar dari gerbang dengan terburu-buru. Mengesampingkan rasa cemas yang tiba-tiba hadir, Fara memutuskan untuk menyantap sepotong cake red velvet pesanannya.

Manisnya kue tersebut sedikit bisa mengurangi rasa tidak nyaman itu. Satu suapan, dua suapan, tiga suapan, dan empat suapan, hingga akhirnya habis. Hati Fara kembali tenang saat itu.

"Sudah selesai kaburnya? Hm?"

Degg

Fara terpaku sejenak saat suara itu dengan lancang masuk ke pendengarannya. Dengan gerakan patah-patah ia melihat ke asal suara.

"K-kenan..."

"Puas buat aku dan kakakmu khawatir?" Kata Kenan dengan wajah yang masih mengeras.

Fara menunduk tanpa sadar.

"Maaf....." Cicitnya pelan.

Awalnya ia pikir jika Kenan tidak mungkin akan marah padanya. Bukankah jika abangnya marah, ia masih bisa bersembunyi dipelukan Kenan. Tapi tetap saja semua hal yang berada dipikirkannya jarang sekali sesuai dengan yang terjadi.

"Huft, dengar Fara! Meskipun kamu sudah sembuh, tapi kamu tetap harus istirahat, jangan sampai kejadian itu terulang kembali! Aku nggak mau lihat kamu pingsan dengan wajah pucat seperti dulu." Kata Kenan dengan wajah yang mulai melunak.

"Kenan...." Lirih Fara tanpa menatap wajah pemilik nama.

"Hm," Dehem Kenan pelan. Matanya masih terpejam guna menetralisir rasa lelahnya beberapa saat lalu.

"Kamu marah?" Tanya Fara pelan. Dengan perlahan, ia mulai berani menatap mata yang masih terpejam itu.

"Marah kenapa?" Tanya Kenan lalu membuka matanya.

Mata mereka saling pandang. Baik Fara maupun Kenan sampai lupa caranya berkedip karena aksi saling pandang itu.

"Permisi Kak, ada yang mau dipesan?"

Seorang pelayan tiba-tiba menghampiri meja Fara dan Kenan.

Sial!

Kenan langsung mengumpat kasar dihatinya saat kegiatannya terganggu. Tatapan tajamnya langsung menghunus manusia lancang itu.

Si pelayan yang tidak mengetahui apa-apa hanya tersenyum sopan dengan tanpa dosa. Terlebih tatapan pelayan itu pada Fara yang penuh dengan kekaguman.

Melihat pandangan Kenan yang tidak menyukai sosok pelayan itu, Fara langsung mengusirnya secara halus.

Kenan mendengus, pandangannya ia alihkan ke arah lain. Matanya jelas ogah melihat pemandangan memuakkan itu.

Saat pelayan itu pergi, Kenan langsung memegang tangan Fara dan menariknya keluar. Fara yang pada dasarnya bertubuh mungil hanya mengikuti Kenan dengan kepuntal-puntal.

"Kenan....."

Kenan menghentikan langkahnya saat suara itu terdengar. Seolah tersadar, Kenan langsung melepaskan tautan tangannya.

"Maaf, pasti sakit ya?" Katanya dengan raut bersalah.
.
.
.
TBC.



26-10-2022

Transmigrasi FiguranWhere stories live. Discover now