ENAM PULUH

10.3K 748 7
                                    

Hai guys
Selamat datang kembali di my story

Btw, follow igku dong (ranipuspitasari246) nanti aku follback, tapi dm dulu ya

O iya beberapa part lagi cerita ini end. HOREEEEE..... Akhirnya weh, beban pikiran mulai berkurang....

Guys, aku sudah lulus SMA, menurut kalian happy or sad?

Happy reading
.
.
.

"FARAA!! AWASSSSS!!" Teriak Nathan dengan wajah pucat.

DOR

Deg

Deg

Deg

Fara memejamkan matanya rapat-rapat saat suara tembakan itu terdengar. Telinganya berdengung dengan pikiran kosong, tak tahu harus melakukan apa.

Sesaat perasaan pasrah datang. Fara ikhlas jika harus pergi secepat ini. Tapi, kenapa harus tertembak lagi?! Nggak ada yang lebih epic kah?

Namun, bukannya merasakan rasa sakit seperti pengalaman tertembak dulu, Fara justru merasakan tubuhnya tertarik hingga merasakan dekapan hangat.

"Fara, are you okay?" 

Fara dengan perlahan membuka matanya. Saat penglihatannya kembali normal, pemandangan yang ia tangkap adalah kaos hitam polos.

Seketika Fara langsung mendongak. Matanya bersitatap dengan tatapan penuh kekhawatiran Kenan. Pikirannya kosong kembali.

Fara merenung dengan pikiran berkelana. Perasaan tadi masih teringat jelas dikepalanya. Keras, tapi terasa nyaman. Apalagi jika dipeluk. Kira-kira roti sobeknya berapa ya?

Tunggu, sepertinya ia melupakan sesuatu?

"Fara, lo nggak papa kan?"

Fara langsung mengalihkan pandangannya ke saudara dan juga sepupunya yang datang dengan raut cemas. Segera, Fara melepaskan rangkuhan. Ia menganggukkan kepalanya kaku sebagai tanggapan.

Prok…prok…prok…

Suara tepukan tangan mengalihkan tatapan mereka.

Sesosok perempuan datang mendekati mereka dengan seringai di wajahnya. Tatapannya terus menatap 'targetnya' dengan perasaan membucah. Akhirnya setelah penantian yang begitu panjang, ia bisa membalaskan dendamnya.

"Pertunjukkan yang bagus." Kata perempuan itu menatap Fara, selang beberapa detik beralih ke lainnya.

"N-Naura?!" Mata Fara membelalak saat melihat sosok itu. Meskipun dirinya mengharapkan pertemuan dengannya, tapi tidak secepat ini!

Naura langsung menatap Fara dengan senyuman yang masih sama. Wajahnya menunjukkan kepuasan dengan ekspresi terkejut mereka.

"Miss me, Fara?" Tanya Naura.

Kenan langsung menarik Fara ke belakang tubuhnya. "Apa mau lo?" Tanyanya tanpa basa-basi.

Nathan juga tak mau kalah. Laki-laki itu langsung menempatkan diri disamping Kenan diikuti Samuel dan Fauzan untuk melindungi Fara.

"Kalian yakin mau melawan gue?" Tanya Naura dengan senyuman mengejek.

"4 banding 1, kenapa harus takut?" Ujar Nathan dengan tangan terlipat didepan dada. 

Naura tertawa mendengar ucapan Kenan yang terasa begitu sombong. "HAHAHAHA, kalian salah. Bukan 4 banding 1, tapi 4 banding 100."

Segera setelah ucapan Naura selesai, pasukan pria beebadan kekar datang berbondong-bondong berdiri di belakang Naura. Mereka langsung menempatkan diri di posisi masing-masing tanpa suara sedikitpun.

"Bagaimana? Takut?"

Naura semakin menyeringai saat melihat kelima targetnya berdiri kaku. Hahaha, ini yang ia harapkan. Wajah pucat mereka adalah sumber kebahagian yang paling sempurna. Haruskah ia membuat tumpengan untuk merayakan?

"Karena gue baik hati. Kalian cukup berlutut dihadapan gue, gue janji bakal—-"

"Lo pikir kita takut?" Sinis Samuel memotong ucapan Naura tanpa pikir panjang.

Tubuh Naura tersentak. Namun, hanya sesaat. Mereka tidak mungkin bisa mengalahkannya kan? Segera ia menyangkal pikiran buruk yang merayapi otaknya. Ia pasti menang!

"Coba saja."

"Serang mereka!" Perintah Naura pada anak buahnya.

Dalam hitungan detik, pertarungan pecah kembali. Pasukan Naura langsung mengepung kelompok Fara yang sudah terpojok.

Fara meneguk ludahnya susah payah dengan tatapan ngeri. Fara tak sepenuhnya yakin dengan kemampuannya sekarang. Ditambah dengan energinya yang sudah terkuras membuat Fara ingin mengangkat tangan.

"Ken…."

"Sam punya rencana, kita cukup mengulur waktu mereka." Gumam Kenan pelan.

Fara mengangguk paham, kali ini rencana Samuel yang menjadi harapan terakhirnya. Dirinya bersumpah, saat pulang nanti, ia akan langsung tidur di kasur kesayangannya. Harus!

"Naura, kita ada salah apa sama Lo?" Tanya Fara.

Naura mendengus pelan. "Lo tanya apa? Salah Lo?" 

"Banyak! Terutama Elo, Fara." Ucap Naura, matanya menatap Fara penuh dendam.

"Gue?" Beo Fara seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Gara-fara Lo, gue harus menanggung malu cuma karena semangkok bakso. Sialan, Lo bener-bener ngerusak harga diri gue!?"

'Lah, masing ingat dia?' Batin Fara tercengang.

Fara berdehem sejenak seraya menormalkan ekspresinya. Ia masih tak menyangka Naura akan mengungkit-ungkit kejadian memalukan itu. Ah, sial! Ia benar-bebar ingin kabur sekarang.

Fara mengalihkan pandanganya ke arah lain, otaknya tengah berkerja mencari alasan yang cocok untuk mengelak tuduhan Naura. "Itu juga salah Lo sendiri, lagian—"

"Yang paling penting, Lo udah ngerusakb  alur cerita ini, Fara." Potong Naura.

"Jangan menyesal karena Lo akan mengalami akibatnya." Lanjutnya dengan seringai yang menghiasi wajahnya.

"Akibat?"

"Anggap saja sebagai konjungsi kausalitas. Nggak akan ada akibat, kalau nggak ada sebab."

"Jadi Fara. Take care." Naura tersenyum manis, yang justru dimata Fara terlihat sangat menjengkelkan.

Naura tersenyum puas setelah tujuannya tercapai. Selang beberapa detik, ia mengangkat salah satu tangannya ke udara. "BERHENTI!!" Teriaknya lantang.

Secara serentak, semua pasukan yang dibawa Naura langsung menghentikan serangan mereka.

Naura melirik sekilas para anak buahnya lalu kembali menarap Fara yang masih sibuk dengan pikirannya. Sudut bibirnya kembali terangkat yang entah ke berapa kali.

"Kita kembali!" Titah Naura lalu berbalik dan beranjak dari sana.

Belum sempat langkahnya mencapai pintu, suara tembakan kembali terdengar. Namun, kali ini memiliki efek yang lebih besar dari tembakan Naura tadi. Bisa dikatakan, peran uang sangat berpengaruh didalamnya.

"BERHENTI!!"

"SIAPAUN YANG KELUAR AKAN SAYA PASTIKAN BESI PANAS INI MENEMBUS KEPALA KALIAN."

Teriakan penuh ancaman terdengar berbarengan dengan suara langkah kaki berpantofel yang semakin jelas hingga sosok itu terlihat.

"Opa?"

.
.
.

TBC

Transmigrasi FiguranWhere stories live. Discover now