DUA PULUH ENAM

30.2K 2.9K 24
                                    

Happy reading
.
.
.

Suara monitor EKG menggema di sebuah ruangan VVIP Rumah sakit. Di atas kasur terbaring sesosok perempuan dengan alat penunjang kehidupan yang menempel ditubuhnya.

Disampingnya, Kenan duduk dengan wajah sendu yang terus menatap sosok itu.

Sepasang tangan kokoh memegang tangan dari sosok yang terbaring lemah itu dengan hangat. Hatinya tak pernah berhenti untuk terus mendoakan sosok itu agar segera sadar.

Fara, manusia itu masih tidur dengan nyaman di brankar VVIP Rumah sakit keluarga Grisham. Tentu saja fasilitas yang Fara tempati adalah terbaik dari yang terbaik.

"Sayang.....jangan tidur terlalu lama ya....aku......aku takut kehilanganmu," ujar Kenan.

"Nggak usah lebay Ken, adik gue nggak selemah yang Lo pikir," sinis Nathan tapi berbeda dengan matanya menatap Fara sendu.

Sudah tiga hari sejak kejadian na'as itu terjadi, tapi Fara masih belum juga sadar dari komanya. Padahal, Naura-orang yang terluka hari itu sudah bisa melakukan aktivitas dengan normal. Tentu saja, Kenan tidak membiarkannya begitu saja. Harus ada hukuman yang ia berikan untuknya yang pasti sangat tak terlupakan. Hanya menunggu waktu yang tepat saja......

Kenan tidak bergeming di tempatnya, matanya masih menyorot sosok tercintanya yang masih terpejam dengan damai. Matanya tak henti-henti terpesona dengan sosok di hadapannya itu. Meskipun sudah lebih dari tiga hari sosok itu.....ekhem tidak mandi, tetap saja wajahnya terlihat sangat cantik. Berbeda dengan dirinya yang......

"Than, suruh adek Lo bangun please......" Pinta Kenan dengan wajah memelas.

Di mata Nathan, keadaan Kenan sangat memprihatikan. Wajahnya kusam karena jarang dicuci, bajunya pun masih memakai seragam sekolah tiga hari lalu. Tapi anehnya paras pemuda itu masih sangat rupawan. Setiap dia dan Kenan berjalan di kolidor rumah sakit, banyak pengunjung maupun perawat-perawat yang masih memiliki status jomblo melirik malu-malu ke Kenan.

"Kalo gue bisa, udah lama gue nyuruh gitu Ken......." Ucap Nathan lirih.

Ceklek

"Than, ajak Kenan pulang," Ujar seorang paruh baya yang baru memasuki ruang inap.

Nathan mengangguk singkat lalu menatap Kenan agar mengikutinya.

Kenan menggeleng. Ia masih ingin berada disamping Fara. Bagaimana jika Fara sudah siuman tapi dirinya tidak berada disampingnya? Pikir Kenan dalam hati.

"Opa, saya akan tetap disini," Putus Kenan.

Opa menghela nafasnya pelan. "Dengar nak, pulanglah. Kamu harus membersihkan diri dahulu. Jangan sampai Fara tidak mengenalimu gara-gara tampilan yang seperti gembel itu," ujarnya sedikit prihatin.

"Kamu tenang saja, saya yang akan menjaga Fara disini," lanjut Opa.

Dengan berat hati, Kenan nenganggukkan kepalanya. Ia langsung keluar dari ruang inap Fara dengan wajah tak rela. Tapi mau bagaimana lagi, bisa-bisanya ia di blacklist dari calon mantu kalau terus menolak.

*****

"RA.........."

Seorang gadis yang sedang bersantai di dahan pohon apel langsung mengalihkan pandangannya ke asal suara saat mendengar namanya dipanggil. Gadis itu menatap si pemanggil dengan alis yang terangkat satu seolah bertanya ada apa?

"Nggak ada.....cuma aku mau tanya......." Fa terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya, tapi karena tekadnya ia berusaha memberanikan diri mengungkapkan isi hatinya.

"......kapan kamu pulang?" Lanjut Fa dengan senyuman yang....ekhem sedikit jelek di mata Ra.

Jleb! Kok nyesek ya!?

"Lo ngusir gue?" Decak Ra kesal.

Fa lantas menggelengkan kepalanya cepat, "nggak....bukan gitu, cuma kasian aja bang Jo sama Kenan yang nungguin kamu." Dan ya, orang yang di panggil Ra, adalah Fara.

"Kenapa nggak Lo aja sih? Kesel tau nggak gue, banyak drama," ujar Ra dengan kesal. Apalagi kejadian terakhir yang di alaminya sangat lah drama-able.

"Aku nggak bisa, jadi aku------

"Fa, please izinin gue nginep semalem di sini.....abis itu janji deh, gue bakal balik," ujar Ra berusaha menawar.

Fa langsung mendatarkan wajahnya. Kalau tempat yang sekarang ditempati memiliki waktu yang sama dengan bumi, dia sih oke-oke aja. Masalahnya dia sendiri nggak tau kapan malamnya?! Dari dulu ia tidak pernah menikmati malam di tempat itu.

"Serah deh," ujar Fa pada akhirnya.

Dengan langkah lesu, Fa berjalan meninggalkan tempat Ra berdiri. Sudahlah.....hancur sudah kedamaian.

"Tunggu....."

Fa berhenti melangkah lalu membalikkan tubuhnya dengan senyuman manis. Semoga saja Ra mau pu--

"Gue titip seblak ya, sekalian es teh. Makasih" ucap Ra yang sedang bergelantungan di dahan pohon.

--lang.

Sialan!
.
.
.
TBC.











Transmigrasi FiguranWhere stories live. Discover now