LIMA BELAS

57.9K 5.2K 37
                                    

_Happy reading_
.
.
.

"Bagaimana keadaanmu Far?" Tanya Wiji pada ponakannya.

Ya, Fara sudah sampai di rumah sepupunya 30 menit lalu dan sekarang mereka baru saja menyelesaikan dinner bersamanya.

"Baik om." jawab Fara agak canggung. Maklum, baru pertama kali bertemu.

"Loh, kok Om, biasanya kan panggil Papa." ujar Wiji dengan wajah cemberut.

"Daddy gimana sih, Fara kan amnesia." Celetuk Fauzan dengan tangan yang masih fokus memotong dessert.

"Wajahnya tolong dikondisikan Dad, inget umur." Celetuk Sam dengan malasnya.

Wiji tambah kesal mendengar respon anak-anaknya.  "Ck, kalian ini nggak ada sopan-sopannya sama orang tua." Ucapnya.

"Bagus, akhirnya Daddy sadar juga kalo udah tua." Sambung Fauzan yang membuat wajah Wiji semakin tertekuk.

Sarah terkekeh melihat pertengkaran Suami dan anak-anaknya. "Maaf ya Far, maklum salah minum obat mereka." Ucap Sarah dengan tersenyum manis.

"Nggak papa kok Ma, justru ini seru. Apalagi liat wajah Papa yang teraniaya sama anak sendiri." Ucap Fara yang justru memancing tertawa mereka semakin keras.

"Nanti malam nginep disini aja, Far." Ucap Sarah mengajak Fara menginap dirumahnya.

"Fara terserah bang Jo, Ma." Jawab Fara sambil menatap abangnya.

"Gimana Jo? Izinin nggak?"

"Kalau Fara bahagia, aku izinin kok Ma." jawab Nathan.

Fara tersenyum. "Makasih bang." Ucapnya.

"Cieee yang udah baikan." Ejek Fauzan.

Ekspresi Fara langsung berubah datar. Ia menatap Fauzan tajam. Syalan, Umpatnya dalam hati.

***

"Ssst pelan-pelan jalanya nanti ketauan."

"Hm."

"Ck, gue punya dosa apa sih sampe punya kembaran kaya Lo."

"Diem!"

"Kalian lagi ngapain?"

"Eh."

Fauzan dan Samuel terperanjat kaget saat ada orang yang memergoki mereka. Terlebih orang itu adalah Fara, orang paling menyebalkan Dimata Fauzan. Kalau bukan sepupu, mungkin Fauzan sudah menyatakan perang padanya.

"Gue tebak, pasti mau keluar kan?" Ujar Fara menatap mereka curiga.

"Ng-nggak kok Far kita cuma mau ke dapur." Ucap Fauzan dengan wajah gugup.

Sam? Dia hanya diam.

"Alah nggak usah boong, gue tau Lo pada mau balap motor kan." Tuduh Fara yang masih keukeh dengan tuduhan awalnya.

"Suer Far, kita cuma mau ke dapur." Ujar Fauzan dengan wajah dibuat seserius mungkin. Syalan sekali Sam tidak membantu dirinya untung saja kembaran, pikir Fauzan.

"Gue bukan anak kecil yang mudah diboongin. Btw, arah dapur bukan kesana tapi kesitu." Ujar Fara dengan melipat tangannya didepan dada.

Skakmat. "Hehehe jangan kasih tau bonyok ya Far, please." Ucap Fauzan dengan puppy eyesnya yang justru terlihat menjijikan Dimata Fara.

"Lo jangan gitu deh Bang, gak cocok ama body." Ujar Fara.

"Gue bakal tutup mulut, tapi.........."

"......ikut ya." Ucap Fara. Ini adalah kesempatan bagus untuk bisa melihat surga dunia, pikirnya.

Fauzan dan Samuel saling tatap sebentar, mereka seolah sedang berbicara melalui mata.

Fauzan mengangguk menyetujui setelah bertatapan dengan kembarannya. "Tapi, Lo jangan jauh-jauh dari kita." Ucapnya.

"Kalo itu rebes lah." Ujar Fara dengan menunjukan ibu jarinya.

"Let's go."

Setelah berkendara sampir 20 menit. Akhirnya Fara, Fauzan, dan Samuel sampai di tempat tujuan mereka. Sirkuit balap motor terkenal di ibu kota. Tenang, sirkuit yang mereka datangi adalah sirkuit resmi.

"Wah ramenya." Ucap Fara saat sampai di sirkuit. Matanya berbinar saat melihat cogan bertebaran dimana-mana. Nikmat mana yang kau dustakan Fara.

"Tatapannya dijaga Far, inget Lo udah punya tunangan." Ucap Fauzan saat melihat raut berbinar sepupunya. Inilah yang ia takutkan, mengingat sifat Kenan yang sangat posesif membuatnya takut, takut ketauan membawa Fara ketempat yang banyak laki-lakinya.

Fara merenggut kesal mendengar ucapan Fauzan. "Gue nggak peduli wlee." Ucapnya lalu pergi dari samping Fauzan.

"Mau kemana Far?" Tanya Fauzan tapi tidak mendapat respon dari Fara.

"Far!"

"FAR!!" Teriak Fauzan kesal. Tau gini ia nggak bakal bawa Fara. Kalo keluarganya tau bisa habis dia.

"Hahaha waktunya bersenang-senang." Ucap Fara setelah jauh dari jangkauan Fauzan. Matanya menatap jalanan dihadapannya dengan antusias.

Tanpa sadar, Fara sudah jauh dari sirkuit tempat balapan malam ini. Bukannya takut, Fara justru merasa bahagia. Untuk pertama kalinya Fara bisa merasakan rasanya tersesat, terlebih dimalam hari.

Membayangkan bertemu dengan sosok yang sangat menakutkan membuat Fara semakin bersemangat. Kalian tau kan apa maksudnya? Ya, Fara ingin melihat hantu tanpa membuka mata batin. Rasanya Fara sangat iri pada teman-temannya yang sudah pernah melihat sosok tersebut meskipun hanya sekali, sedangkan dirinya? Nol.

Bugh

Bugh

Kreek

Bugh

Ditengah kesunyiannya, Fara mendengar suara ribut. Wajahnya menjadi kusut saat melihat ke asal suara. Bukannya melihat sosok yang diinginkannya, Fara justru melihat orang berantem, mana nggak seimbang lagi. Pengin tolong, tapi males buang energi. Jadi, gimana dong???

Menghela nafas kecil, akhirnya Fara membantu orang tersebut yang mulai terpojok. "Butuh bantuan om." Ucap Fara.

Orang itu menatap Fara sejenak. "Tidak." Ucapnya dengan wajah datar.

Fara bersmirk. "Gue nggak nanya Om, tapi ngomong." Ujar Fara, tanpa ba-bi-bu Fara langsung bergabung melawan musuh orang itu.

Dalam waktu kurang dari 10 menit, semua musuh tumbang dengan bantuan Fara. Fara tersenyum puas saat merasakan skill bertarunya tidak berkurang sama sekali, masih sama seperti dulu.

"Terimakasih." Ucap orang itu. Bohong rasanya saat mengatakan tidak membutuhkan bantuan Fara, nyatanya ia sudah sangat lelah untuk meladeni para musuh yang tiba-tiba menghadang mobilnya saat pulang.

Fara tersenyum. "Membantu sesama manusia yang membutuhkan adalah perbuatan yang mulia." Ucapnya sok bijak.

'Anjayy bisa bijak juga gue' batin Fara bersorak.

Orang itu mengangguk lalu menatap punggung Fara yang menjauh dengan sendu. "Kenapa saya merasa bersalah?"
.
.
.
TBC

Transmigrasi FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang