LIMA PULUH ENAM

12.1K 1K 17
                                    

Happy reading
.
.
.

"Kenan, Lo kenapa?" Tanya Fara. Tangannya menepuk sekali pundak sosok itu.

"Fara?" Gumam Kenan pelan.

Laki-laki itu perlahan membalikkan tubuhnya, menatap Fara dengan tatapan sedihnya.

"Lo beneran Fara?" Tanya Kenan memastikan. Matanya fokus memandang wajah cantik Fara yang beberapa jam lalu menatapnya kecewa.

Mengingat kembali kenangan beberapa jam lalu, Kenan mengepalkan tangannya. Hatinya kembali terluka. 

Grep

Tanpa izin, Kenan langsung menubruk tubuh Fara dengan pelukannya. Tangannya dengan erat melilit pinggang mungil Fara.

Sejenak, wajah Kenan rileks. Meskipun ia belum mendapat respon, hatinya cukup tenang dengan hanya mencium aroma Fara yang sangat dirindukannya. Sudah berapa lama ia tidak mencium ini? Air mata kembali meleleh di wajah Kenan.

"Fara, hiks….hiks…. Gue cinta mati sama Elo," ujar Kenan dengan deraian air mata.

"Tapi, kok Lo tega ninggalin gue sih?" 

Fara menghela nafasnya pelan seiring dengan isak tangis Kenan yang semakin sendu. Tangannya perlahan turun mencapai tautan tangan Kenan yang melilit pinggangnya.

'Ini lepasnya gimana, njiirrrr? Kenceng banget!' Batin Fara saat mencoba melepas tautan tangannya.

Setelah beberapa usaha, tautan tangan Kenan melemah. Fara langsung menggunakan kesempatan itu. 

"Lo kayaknya mabuk deh Ken." Ucap Fara. Tanpa  dijawab pun Fara yakin dengan ucapannya. Sebab, ia bisa mencium bau menyengat alkohol di sekitar Kenan. Tetapi, apakah efek alkohol sebesar ini? 

"Nggak! Gue nggk mabuk, Gue cuma cinta sama Elo hiks … hiks…" pelukan Kenan kembali mengerat. Namun, hanya sesaat karena Fara berhasil melepaskannya kembali.

Berbeda dengan Fara yang tersenyum bahagia, Kenan merasakan kehampaan saat jarak diantara mereka semakin melebar.

"Hiks… Fara jahat! Fara nggak cinta sama Kenan." Tangis Kenan semakin pecah saat pelukan mereka terurai.

Dengan tangis yang masih sesegukan, Kenan memandang Fara cemberut, marah, dan melas. Semuanya bercampur membuat Fara sendiri bingung arti tatapan Kenan.

"Pokoknya Kenan mau pergi, Kenan nggak mau ketemu Fara lagi!"

"Ken awas itu di depan ada—---"

"Gue nggak peduli, Fara!" Ketus Kenan.

Mata tajamnya melirik-lirik Fara dengan harapan gadis itu menghentikan langkahnya. Tetapi, selang beberapa detik harapannya hancur. Fara masih saja diam di tempat tanpa peduli dengannya. Dalam sekejap matanya kembali mengembun, siap meluncurkan tembakan air mata. Sebelum…..

Dugh

"----- pohon rambutan," ucap Fara telat.

"HUWAAAAA, FARA JAHAT!! hikss."

'Salah apa lagi Gue ya Tuhan……' batin Fara menatap Kenan lelah.

Beberapa saat setelah tangis Kenan reda, Fara pikir Kenan akan kembali anteng. Namun, itu hanyalah harapan kosong. Kenan masih saja 'mabuk' bahkan lebih parah, karena laki-laki itu terus menjauhinya dengan mulut yang tak bosan mendumel.

"Jauhi aku Fara!" Sentak Kenan dengan mata berkaca-kaca.

"A-aku … aku kecewa sama kamu." Kenan memalingkan wajahnya, enggan menatap Fara yang tengah frustasi.

"Ken, Lo punya alter ego?" Tanya Fara. Sekarang hanya hal itu yang bisa otaknya tebak. Itupun, karena khayalannya yang masih berterbangan di novel-novel yang pernah dibacanya.

"Fara, aku udah bilang, aku cuma cinta sama kamu!" Kata Kenan, menatap Fara sendu.

Nggak ada hubungannya bangsul!! Ingin sekali Fara meneriaki kalimat itu. Namun, rasanya sangat sulit. Energinya telah terkuras habis. 

Fara menatap CCTV yang terpasang epik di tiang listrik. Dengan tenaga tersisa, ia berusaha mengangkat kedua tangannya. Ia menyerah!

Beberapa saat kemudian…..

"....7….8….9….10…."

Fara membuka matanya perlahan. Saat pandangannya terlihat jelas, ia mulai celingak-celinguk menatap sekitarnya dengan cermat. Mencari sesosok manusia yang entah bersembunyi dimana.

Ya, kini Fara tengah bermain petak umpet. Dan sialnya, ia harus mendapat bagian penjaga. 

"Kenan?"

Krik….krik….krik….

Nihil. Tidak ada jawaban. Disini, Fara merasa bodoh sendiri karena berusaha mengelabuhi Kenan.

Pada akhirnya, Fara harus mengarahkan usahanya sendiri untuk mencari Kenan. Tau gini, ia tidak akan mengajaknya bermain petak umpet. 

Fara mendengus pelan saat tatapannya kembali menatap sekeliling. Suasana yang sunyi ditambah dengan rasa malasnya membuat ia enggan beranjak dari sana.

HELL, TUJUAN AWALNYA ADALAH BERSANTAI, BUKAN BERMAIN PETAK UMPET!!

"Kenan, kalau Lo muncul. Gue janji bakal kasih Lo coklat." Fara masih berusaha menyogok Kenan agar segera keluar. Tapi tetap saja si pemilik nama tidak memunculkan batang hidungnya.

Dengan terpaksa, Fara mulai melangkahkan kakinya ke semua tempat yang ia anggap sebagai tempat persembunyian.

"Kenan?"

"Kenan?"

"Kenan?"

Fara mengacak-acak rambutnya frustasi. Hampir semua tempat sudah ia kunjungi. Tapi, sosok yang dicarinya tetap tidak tertangkap pandangan. Apakah skillnya telah berkurang?

Fara menarik nafasnya dalam-dalam, lalu memejamkan matanya sejenak sebelum membuka mulut.

"KENANNNN LO DIMAN—eemmhhh"

Mata Fara membulat sempurna saat seseorang membekap mulutnya. Belum sempat ia melihat si pelaku, tatapannya melemah hingga ia tenggelam dalam kegelapan.

'WHAT THE HELLL, KENAPA GUE DI CULIK WOYYYY' batin Fara berteriak.

Kenan yang sedari tadi mengamati Fara dari atas pohon mengerjapkan matanya polos.

"Fara diculik?" Beo laki-laki itu menatap Fara yang tengah dibopong beberapa orang misterius.

*****

BRAK!

"Fara diculik!!" Ucap Samuel, lalu terdiam, mencerna kembali ucapannya. 

Beberapa detik yang lalu saat ia tengah sibuk dengan komputernya, salah satu bodyguard yang ia suruh untuk mengawasi Fara mengabarkan bahwa Fara diculik oleh sekelompok orang misterius. Reflek, ia langsung mengabarkan berita itu pada kembaran dan juga sepupunya. Meskipun, dirinya sendiri masih syok.

Hening. 

Suasana langsung hening setelah semua orang mendengar berita itu. Sama seperti Samuel, mereka sibuk mencerna. 

"Carilah, ogeb!!" Sentak Fauzan yang lebih dulu tersadar. Matanya menatap jengah kembaran dan juga sepupunya yang tampak linglung. 

"Kita buat rencana," ujar Nathan lalu memandang sepupunya satu persatu.

"Nggak usah. Kalau Fara dimutilasi, bahaya!!" Tolak Samuel mentah-mentah lalu segera keluar. Berniat menyiapkan mobil.

Nathan sendiri langsung menyiapkan peralatan yang dibawa. Di mulai dari makanan, minuman, baju ganti, dan beberap senjata.

Sementara Fauzan, ia hanya berdiri disana. Memandang kembaran dan juga sepupunya miris.

'Gini nih kalau otak jenius jarang digunain. Karatan semua!' Batin Fauzan. 

.
.
.
TBC

Transmigrasi FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang