DUA PULUH DELAPAN

30.5K 2.6K 17
                                    

Happy reading
.
.
.

Ceklek.

"Astaga Nathan, bukanya manggil dokter malah bengong disana!? Fara harus di periksa dulu!" Omel Oma Kinan yang baru memasuki ruang rawat Fara. Awalnya ia terkejut sekaligus bahagia saat melihat cucu kesayangannya bangun dari koma, namun, tak lama rasa kesal muncul karena melihat ketidakpekaan cucu yang lain. Mana langsung diajak bicara!!.

Nathan meringis dengan tubuh kaku saat melihat tatapan tajam wanita paruh baya yang tak lain Omanya. Sadar akan kesalahannya, Nathan langsung memanggil dokter dan tak lupa memberikan air minum untuk adiknya.

Dengan penuh haru, Fara menatap Omanya. Hatinya bisa bernafas lega karena kedatangannya.

Sesaat kemudian, seorang dokter dengan beberapa perawat dibelakangnya datang memasuki ruang rawat Fara. Mereka langsung memeriksa keadaan Fara secara keseluruhan. Sebelumnya, Nathan dan Omanya telah keluar dari ruangan dengan inisiatif sendiri agar tidak menggangu pemeriksaan itu.

Setelah beberapa saat menunggu, dokter itu keluar dengan wajah sumringah, seakan beban berat yang selama kurang lebih 4 hari berada di pundaknya telah musnah.

"Alhamdulillah, keadaan nona Fara telah membaik. Hanya butuh pengecekan rutin sebelum keluar dari rumah sakit," kata dokter itu dengan binar bahagia. Setelahnya ia segera pamit untuk memeriksa pasiennya yang lain.

(Fyi, aku ngasal)

Baik Nathan maupun Oma Kinan, mereka sangat bahagia setelah menunggu jutaan detik, akhirnya keadaan Fara membaik. Mereka langsung masuk ke ruang rawat Fara dengan penuh haru. Tak lupa, Oma Kinan mengabari suaminya agar segera datang. Hati mereka benar-benar telah merasa tenang sekarang. Namun sayang, Fara tak melihat itu semua karena kembali terlelap akibat efek dari obat bius yang sengaja diberikan dokter, agar istirahat katanya, padahal mah Fara sendiri udah tidur terlalu lama.

Setelah beberapa menit berlalu, Opa Fajar datang dengan senyuman yang mengembang meski nafasnya terengah-engah. Namun, senyum itu langsung luntur saat melihat Fara terlelap. Padahal dirinya sangat merindukan iris mata Fara yang begitu ceria.

Pada keesokan paginya, Fara terbangun dengan hati yang bahagia. Tatapannya langsung terpaku pada sosok yang duduk disamping kasur sambil menyenderkan kepalanya di kasur. Tangan sosok itu masih memegang tangan Fara dengan hangat. Meski tidak melihat wajahnya, Fara tau betul siapa sosok itu.

"Kenan," panggil Fara pelan.

Entah karena suasana yang begitu sunyi atau indra pendengaran yang tajam. Sosok itu yang tak lain adalah Kenan terbangun dari tidurnya karena suara Fara yang begitu pelan.

Kenan menatap Fara penuh binar bahagia. "Sayang, bagaimana keadaanmu?" Tanya Kenan cepat.

Fara tidak langsung menjawab pertanyaan Kenan, ia masih menatap sosok rupawan itu dengan tatapan lekat penuh arti yang mana membuat sang empu salah tingkah. Namun, pertanyaan yang keluar dari sang pujaan hati justru membuatnya membeku.

"Kenan, seharusnya kau tidak begini?! Kenapa kau berubah!?"

Kenan tidak menjawab pertanyaan itu. Dirinya masih terpaku karena syok. Namun, ada bagian di hatinya yang tidak paham dengan maksud dari pertanyaan itu.

"Seharusnya kau tidak bersikap seperti ini padaku Ken, harusnya kamu mendekati Naura bukan--------"

"Siapa yang memberimu omong kosong itu Fara!?" Potong Kenan dengan rahang yang mengeras.

"Ken......"

"Dengarkan aku! Kamu adalah tunanganku, istriku dimasa depan, dan calon ibu anak-anakku nanti! Jangan pernah mengucapkan kata-kata itu lagi. Paham!" Jelas Kenan dengan wajah serius.

"Tapi gue takut Ken..." Lirih Fara.

"Apa yang kamu takutkan, hm?" Tanya Kenan penuh perhatian.

"Gue takut jatuh kedalam pesona Lo!"

"GUE TAKUT JATUH CINTA, KENAN!!"

Kenan mengulum senyum saat mendengar pernyataan Fara. "Sayang, kamu tak perlu takut jatuh cinta padaku. Karena pada akhirnya kamu akan selalu menjadi milikku. Only mine," kata Kenan.

"Justru karena itu Ken. Mungkin tubuh Fara akan ditakdirkan untukmu, tapi aku tidak, karena aku bukanlah jiwa Fara yang kamu kenal." Ujar Fara dengan menunduk.

"Apa yang kamu.........."

"Aku hanya jiwa asing yang menempati tubuh Fara, Kenan!" Ujar Fara pelan yang hanya bisa di dengar oleh mereka berdua.

Nathan mematung dengan pikiran kosong. Ia tidak melanjutkan ucapannya karena telah kehabisan kata-kata. Jiwa asing......jiwa asing........dua kata itu terus berputar di kepalanya. Nathan menggelengkan kepalanya tak percaya segera lalu pergi dari hadapan Fara.

Fara tersenyum sendu melihat Kenan yang langsung pergi setelah mendengar kebenaran yang selama ini ia sembunyikan. Fara menghela nafas yang sekarang ini terasa berat. Dengan perlahan ia memejamkan matanya berharap bisa menghadapi hari esok yang mungkin akan berat.

Setelah dipikir-pikir ini juga salahnya karena terlalu menikmati hidup di dalam novel. Karena kenikmatan sesaat itu, ia melupakan fakta pedih tentang orang yang mengisi hari-harinya saat ini hanyalah karakter fiksi.

Semoga saja ini mimpi!!

*****

Suara ketukan sepatu menggema disalah satu kolidor rumah sakit swasta terbaik di kotanya. Langkah yang sangat teratur itu mengisi kesunyiaan di malam hari yang begitu cerah.

Saat tujuannya sudah dekat, sosok itu memelankan langkahnya agar tidak menghasilkan bunyi.

Tuk!

Sosok itu menghentikan kakinya tepat di depan pintu ruangan termewah dan terbaik dirumah sakit itu. Matanya melirik dari jendela untuk melihat keadaan didalamnya.

Sosok itu langsung menghembuskan nafasnya lega saat melihat target tatapannya dalam keadaan membaik.

Setelah tujuannya selesai, sosok itu langsung berbalik dan meninggalkan rumah sakit tanpa meninggalkan jejak.

Maaf, saya tidak bisa membalas jasamu dulu......tapi, akan saya pastikan tikus itu tidak kabur dari hukumannya.
.
.
.
TBC.

Transmigrasi FiguranWhere stories live. Discover now