TIGA PULUH

28.2K 2.3K 12
                                    

Happy reading
.
.
.

"Fara, gue juga punya rahasia yang mungkin bakal buat Lo kaget,"

"Gue sama kayak Lo,"

"Gue bukan Kenan yang asli,"

Kalimat itu terus berputar di kepalanya. Rasanya ia ingin bertanya banyak hal pada laki-laki itu, tapi sayang dia belum punya waktu. Saat itu Kenan langsung pergi setelah mengucapkan kalimat yang mengguncang raga serta jiwanya. Sialan sekali Tunangannya itu!!

"Ini bukan kebetulan kan? Pasti masih ada orang lain selain gue dan dia," kata Fara mantap. Alisnya menukik tajam ala-ala ilmuwan yang sedang berfikir keras.

"Entah perasaan gue doang, gue ngerasa dunia ini makin aneh," lanjutnya dengan dahi yang merengut. Tangannya mengetuk dagu secara lambat agar lebih terlihat memukau saat berfikir.

"Btw, keadaan tubuh gue dimana ya? Moga aja gue masih hidup disana, gue rindu dunia gue," mata Fara menerawang langit-langit ruangan dengan pikiran yang terus memikirkan keadaan tubuhnya disana.

Huft

Fara menghela nafasnya kasar. Arggghhhhh ia beneran ingin segera pulang ke dunianya. Ia tidak mau terjebak terlalu lama disini!. TIDAK MAU POKOKNYA!.

"Bang Jo...." Panggil Fara.

"Hm," Dehem Nathan dengan mata yang masih terpejam.

"Beliin gue seblak dong!" Titah Fara mutlak.

Nathan membuka sedikit matanya, sedetik kemudian ia menutupnya kembali. Mager!.

"Udah malem Far, besok aja" kata Nathan malas.

Wajah Fara langsung memerah karena marah. Huft.....tarik nafas.....hembuskan........tarik nafas....... hembuskan........

"MALEM PALA LO!? BANGUN BANG! UDAH PAGI INI!!" Teriak Fara marah. Untung saja ruangannya kedap suara.

"Apasih, dek"

"Bang gue laper, HUWAAAA!" Frustasi Fara. Energinya telah habis setelah banyak berfikir tadi. Perutnya juga mulai berisik karena cacingnya terus berdemo. Lambungnya bergejolak didalam untuk segera diisi. Sialan, dia tersiksa sekarang!.

Dengan kesal, Nathan membuka matanya. Dia langsung menatap adiknya sinis. Namun, tak urung dirinya juga segera menuruti permintaan adiknya.

Senyuman Fara merekah, "Thanks bang, love-love pokoknya deh," katanya dengan mata yang menyipit.

"Apasih, gelay Lo dek" ucap Nathan dengan kekehan kecil. Adiknya sungguh imut!!.

Sungguh suasana yang mengharukan........

Dilain tempat, didalam gubuk reyot di tengah hutan belantara, seorang perempuan dalam posisi duduk dengan tangan dan kaki yang terikat perlahan membuka matanya.

Rasa pusing dan pegal sedikit menyerangnya karena terlalu lama terpejam dan posisi yang kurang nyaman.

Mata itu langsung menatap sekitarnya waspada dengan dahi yang mengernyit bingung saat melihat tempat yang terlihat asing diingatannya.

"LEPASIN GUE, SIALAN!!?" Teriak perempuan itu, namun hanya ada keheningan yang menyapanya. Hatinya menebak bahwa dirinya saat ini berada di daerah yang terisolasi.

Tuk

Tuk

Tuk

Suara sepatu bergema di depan gubuk. Suaranya terdengar seram ditelinga perempuan itu. Perempuan itu langsung menatap sekitarnya lebih waspada.

Air mukanya berubah pucat saat melihat seseorang membuka pintu gubuk. Kepalanya sedikit pening saat cahaya matahari menyorotnya setelah pintu terbuka. Ia menyipitkan matanya untuk melihat sosok pria itu. Pria yang memakai topeng setengah wajah yang hanya menutupi matanya dan hoodie Hitam yang menambah kesan misterius sekaligus menyeramkan.

"Hai. bitch," sapa seorang pria itu dengan senyuman menakutkan.

"GUE BUKAN JALANG, SIALAN!!" Teriaknya marah.

"Ck..ck....ck, mulutmu sangat kotor, honey. Haruskah aku memotong lidahmu itu? Hm," pria itu melangkahkan kakinya mendekati targetnya yang terlihat sedikit memuaskan. Ingat hanya sedikit!.

"S-siapa Lo?" Tanya perempuan itu takut-takut. Saat ini dirinya berada di daerah yang jauh dengan permukiman warga, jelas bukan? Pasti pria itu berniat buruk padanya!.

"Siapa aku? Kamu tidak perlu tau, karena yang jelas aku adalah malaikat kematian mu!" Pria itu berhenti tepat didepan di perempuan. Tangannya dengan lancang mengelus pipi perempuan itu dengan perlahan yang menambah rasa takut sang empu.

"A-apa? Nggak-nggak, gue nggak ada salah sama lo! Lepasin gue sekarang! LEPASIN GUE SIALAN!! lepasin gue hiks.....hiks." perempuan itu histeris saat merasakan sentuhan sang Pria.

"Kamu tau? Pelanggan ku kali ini sangat baik, aku bebas melakukan apapun padamu. Baik sekali bukan?" Ucap pria itu dengan tatapan yang menatap lekat perempuan didepannya. Dirinya sudah tidak sabar memainkan permainan menyenangkan itu.

"Hiks....hiks, lepasin gue. Gue mohon," melas perempuan itu dengan ekspresi ketakutan.

"Tidak semudah itu, babe." Pria itu menyeringai dengan kejam lalu mengeluarkan senjatanya yang selama ini ia sembunyikan dalam saku hoodie.

Sret

Goresan demi goresan telah pria itu torehkan pada pipi si perempuan. Sebuah katana tajam yang awalnya mengkilap perlahan tertutup oleh darah milik si perempuan.

Sret

ARGHHHHH

Sret

Sret

"HIKS......HIKS....LEPASIN GUE! I-INI SAKIT HIKS.....HIKSSS." perempuan itu menangis histeris saat pipinya terasa perih. Pria itu langsung menghentikan permainannya karena telinganya berdengung akibat tangisan yang amat sangat jelek dari targetnya.

Sudah lebih dari tiga puluh menit, namun tangisan perempuan itu tak kunjung mereda membuatnya langsung terbakar amarah. Pupus sudah moodnya dalam bermain.

PLAK

"Diem, bicth!" Ucap pria itu dengan marah. Hatinya langsung mendengus saat melihat si target yang sudah tak berdaya meskipun dirinya baru sebentar bermain. Menyebalkan sekali, untung gratis.

Dengan sekali tamparan, perempuan itu langsung kehilangan kesadarannya. Lagi-lagi pria itu mendengus. Katanya perempuan itu sangat kuat, tapi ternyata dirinya tertipu. Sialan sekali pelanggannya yang satu itu. Ingin membalas tapi tak mampu.

Karena bosan, pria itu langsung pergi tanpa melihat keadaan si perempuan. Namun sebelum itu, ia sempat memasukan beberapa cairan racun mematikan agar cepat pergi ke neraka. Baik bukan!

Disela langkahnya, ia mengangkat telpon dari pelanggan terbaiknya.

"Hm, mission completed" ucapnya dengan terpaksa ikhlas.
.
.
.
TBC.

Transmigrasi FiguranWhere stories live. Discover now