LIMA PULUH TUJUH

14.5K 1K 112
                                    

Happy reading
.
.
.

Biasanya dalam aksi penyelamatan suasana yang terasa tak akan jauh dari perasaan tegang, serius, ataupun mencekam. Namun, keadaan itu sangat berbeda dengan yang dialami tiga bujang bermarga Grisham. Satu hal lagi, personel mereka kini bertambah satu orang yang menjadi biang kerok dari kerusuhan. Kenan, laki-laki yang tengah mabuk itu menjadi personel baru dalam kelompok.

Awal mula tergabungnya Kenan terjadi saat tiga bujang tengah melaju menuju tempat penyekapan Fara. Na'asnya mereka bertemu dengan Kenan yang tengah kesusahan mendorong mobil dengan tujuan yang sama dengan mereka, yakni menyelamatkan Fara. Akhirnya setelah perdebatan panjang pro dan kontra, mereka memutuskan untuk mengangkut Kenan. Bukankah semakin banyak orang pekerjaan akan cepat selesai? Semoga saja.

Tentu perjalanan mereka yang seharusnya diisi oleh penyusunan strategi berakhir dengan teriakan Frustasi Nathan. Seperti saat ini.

"FUCK! JAUHI TANGAN KOTOR LO DARI TUBUH GUE, SIALAN!!" Umpat Nathan dengan mata melotot tajam. Jangan lupakan wajahnya yang sudah semerah tomat.

Kenan yang menjadi pelaku utama dari kejadian itu hanya terkikik geli. Mungkin karena dendamnya yang sudah tertumpuk dan ditambah dengan efek alkohol menjadi penyebab utama keusilannya semakin menjadi. Singkatnya, Kenan tengah balas dendam pada Nathan.

Di sampingnya Fauzan terus memprovokasi Kenan agar terus mengganggu Nathan. Tak lupa tawa menggelegarnya yang menambah suasana ramai di dalam mobil.

Sedangkan orang paling waras di antara mereka alias Samuel, tengah fokus mengendarai mobil. Wajah dinginnya sama sekali tak terpengaruh oleh kebisingan yang terjadi di kursi penumpang.

"Siapkan pasukan!" Samuel berucap pelan dengan nada yang tak terbantahkan.

"Siap tuan muda." Saat balasan itu terdengar dari earpiece-nya, seringai langsung menghiasi wajah tampan laki-laki itu.

'Cukup kali ini gue kecolongan, asshole.'

*****

Eunggggg

Fara melenguh pelan saat kepalanya terasa nyeri. Mungkin karena bantalan yang digunakannya terasa lebih keras. Tunggu! Gerakan Fara langsung terhenti saat mengingat-ingat memorinya sebelum di telan kegelapan.

Sial! Dia diculik. Matanya membulat lalu segera bangkit dari posisi berbaring. Tatapannya langsung mengedar mengamati ruangan berukuran tiga kali tiga meter dengan seksama.

Setelah puas mengamati, Fara menganggukkan kepalanya paham. Intinya, sekarang ia tengah disekap di dalam ruangan yang cukup nyaman, ya meskipun tidak ada perabotan. Jangankan perabotan kasur saja tidak ada! Saat bangun tadi pun ia hanya beralaskan kain tipis. Dasar penculik tak bermodal!

Tapi, bukankah ini cukup aneh? Seingat Fara, para penculik biasanya mengikat target mereka diatas kursi dengan mulut yang dibekap kain ataupun solasi hitam, tapi dirinya justru hanya dibiarkan begitu saja.

Well, dunia novel ini benar-benar aneh! Dan sialnya ia baru menyadari itu!

Oke. Itu bukan masalah besar. Fara yakin, saudara-saudaranya tengah menyiapkan rencana penyelamatan dirinya.

Dan yang perlu ia lakukan adalah duduk santai sembari menunggu kedatangan mereka. Benar kan? Daripada teriak-teriak tak jelas ataupun menangis histeris yang jelas akan membuang energi berharganya. Selain itu, tubuhnya masih terasa nyeri gara-gara bermain dengan Kenan. Mengingat laki-laki itu, Fara harap dia baik-baik saja tanpa dirinya.

Fara menutup mulutnya saat menguap. Itu adalah kali ke-10, jika dihitung setelah ia tersadar dari pingsannya. Perlahan matanya meredup seiring dengan kesadaran yang semakin menipis. Fara rasa, tidur bukan pilihan yang buruk. Ya, ia sangat yakin.

Tik … tik … tik …

Suara dentingan jam menjadi lagu pengiring tidur Fara. Matanya kini terpejam erat dengan hembusan nafas teratur. Sebelum—-

"HEH, CURANG LO?!"

"MANA ADA, LO KALI YANG CURANG!?"

"CK. BY ONE YOK!!"

"SIAPA TAKUT? LO PIKIR GUE BAKAL NGALAH? NGGAK!"

Fara mendengus pelan. Baru saja ia berpikir dunia berpihak padanya. Namun, kenyataannya tidak.

Fara kembali menguap lalu meregangkan tubuhnya. Setelah itu, ia bangkit dan beranjak menuju pintu.

Fara menatap pintu itu sejenak lalu bergumam pelan. "Fara, Lo nggak usah berharap pintunya nggak kekunci. Mustahil. Meskipun dunia ini aneh, tapi nggak akan seaneh pikiran—"

Ceklek

"...... eh." Fara mengerjap pelan saat pintu tersebut terbuka lebar. Mudah sekali! Fara pikir, ia harus mengutak-atik pintu dengan jepit rambut sebelum bisa membukanya, tapi… ah, sudahlah.

Dengan langkah perlahan, Fara keluar dari ruangan itu, membawa kakinya menuju sumber suara yang sudah mengganggu tidurnya.

Semakin jauh Fara melangkah, semakin jelas pula suara itu. Namun, kali ini bukan suara penuh emosi, melainkan suara tawa tertahan.

Fara menghentikan langkahnya saat sampai di ruangan yang bersebelahan dengan ruang penyekapannya. Matanya sedikit menyipit saat berusaha mengintip dari celah-celah pintu.

Mata Fara melebar kala melihat ruangan itu. Isinya benar-benar mengejutkan. Astaga, kekar-kekar sekali mereka! Ya, meskipun bukan berisi belasan laki-laki tampan dengan sixpack sempurna. Namun, tetap saja mereka lawan yang sulit!

"HAHAHAHA, GUE MENANG WOYYY. JAGOAN NIH BOSS!" Sombong salah satu penculik dengan tato bergambar ular.

"CIH, NGGAK USAH SOK LO! GUA TADI NGALAH YA!?" Sinis penculik lainnya.

Ngiiing ….. ngiiiing …..

Plak

Ngiiing …. Ngiiiiing …..

Plak

Plak

Fara menatap tajam seekor nyamuk yang terbang mengelilingi dirinya dengan suara berdenging. Pengganggu sialan itu terbang tanpa rasa takut seolah mengejek dirinya karena gagal berkali-kali membunuhnya.

Seolah hanya mempermainkan perasaan, nyamuk itu langsung terbang menjauh setelah puas mengganggu Fara. Tapi tenang, Fara tak akan semudah itu melepaskan musuhnya. Sejak saat ia mendengar suara si nyamuk, saat itu pula si nyamuk menjadi musuhnya. Musuh yang harus dilenyapkan bagaimanapun caranya. Harus pakai wajib!!

Seringai langsung terbit kala si nyamuk hinggap di pintu. Dengan tatapan penuh dendam, Fara menabok nyamuk itu dengan kekuatan penuh. Dan, plak…. Si nyamuk langsung tewas di tempat dengan menyedihkan berbarengan dengan pintu yang terbuka lebar.

Seakan tersadar, Fara langsung mematung saat melihat pintu itu terbuka lebar. Jantung berdetak tak beraturan  yang sayangnya bukan jatuh cinta.

"H-halo Om." Fara tersenyum canggung saat semua orang menatapnya dengan pandangan berbeda.

Habislah riwayatmu, Fara.

.
.
.

Tbc



Transmigrasi FiguranWhere stories live. Discover now