Part 8 - Kencan Pertama

142K 7.1K 153
                                    

"Hah? Yang bener?" Kendra tak percaya.

"Iya, liat aja sendiri."

Kendra mengambil handphone dari tangan Vania dan membaca BBM yang dimaksud Vania.

Jumat malam ada acara? Temani aku ke pameran fotografi yuk. - dari Rico

"Ya ampuuunn!!" Kendra berteriak kegirangan.

Orang-orang menoleh padanya. Kendra dan Vania terkikik.

"Ini sebuah keajaiban."

Vania mengiyakan.

"Ini rasanya kayak mimpi. Kesambet apa Rico sampai dia ngajak gue ke pameran. Oke, dia nggak ngajak gue nonton atau makan, tapi tetep aja, gue happy." Mata Vania berbinar-binar.

Kendra setuju. Untuk ukuran orang sekalem dan seserius Rico, ajakan untuk pergi ke pameran adalah sebuah kemajuan besar. Tapi kok bisa? Kenapa tiba-tiba Rico mengajak Vania?

"Lo nggak heran kok Rico bisa BBM lo kayak gitu?"

"Iya, gue juga bingung. Selama ini 'kan, ya lo tau sendiri obrolan kami cuma seputar kerjaan. Itu pun harus pakai modus karangan lo."

Kendra memutar otak.

"Bentar ya."

Kamu sudah bilang ke Rico kalau Vania suka dia? - BBM terkirim ke Andre.

Tak lama balasan datang.

Iya. Emangnya kenapa? - dari Andre

Kendra mengerti sekarang. Rupanya Andre yang ada di balik semua ini.

Ya ampun suamiku itu, di balik sikap jutek dan menyebalkan yang ditunjukkannya, ternyata dia memenuhi permintaanku waktu itu.

Kendra terharu.

Kata orang, berapa lama pun kita berpacaran, tetap akan menemukan perbedaan setelah menikah. Akan ada sifat pasangan yang baru terbuka setelah berumah tangga.

Bagi Kendra, memang tidak banyak perbedaan yang dijumpainya setelah dirinya dan Andre menikah. Karena memang selama ini mereka berteman dan bersikap apa adanya, tidak ada yang ditutup-tutupi. Andre ya begitu itu sebelum dan sesudah menikah, jutek, ketus, menyebalkan. Tapi Kendra menemukan kejutan manis, ternyata Andre memiliki sisi baik dan pengertian di balik sikap sinis yang selalu dia tampilkan.

Suamiku itu memang luar biasa.

Kendra merasakan bunga-bunga di hatinya bermekaran.

"Woi, kok lo malah senyum-senyum?"

Kendra terkikik.

"Sorry. Eh jadinya lo nanti mau pakai baju apa?"

*****

"Udah lama?"

Vania tersenyum gugup.

Ya Tuhan, Rico cakep banget.

Rico tidak harus tampil dengan baju mahal atau barang-barang mewah untuk membuatnya tampak menawan. Ia sudah mempesona dengan dirinya apa adanya. Berbeda dengan Andre yang menyukai barang-barang bermerek, Rico tidak membutuhkan itu semua. Justru ketenangan pembawaan dan kebersahajaannya yang membuatnya tampan maksimal. Setidaknya bagi Vania.

"Barusan aja kok."

"Yuk kita masuk ke ruangan pameran," ajak Rico.

Mereka berdua berjalan berdampingan. Vania merasakan saat ini separuh mimpinya sudah menjadi nyata. Senyum tak henti-hentinya tergambar di wajahnya yang manis. Di dalam galeri sudah terpajang berbagai karya fotografer, baik yang masih pemula maupun profesional. Rico mengajak Vania menuju sebuah sudut yang memajang foto-foto hitam putih.

Marrying Mr. PerfectDonde viven las historias. Descúbrelo ahora