Part 9 - Ayo Punya Anak

154K 6.8K 338
                                    

"Cepetan jalannya!" Andre mendecak.

"Iya," Kendra tertatih-tatih berusaha mengikuti langkah Andre dan Rico.

"Ngerepotin aja. Udah gue bilang, lo nggak bakalan cocok pergi ke tempat begini, malah ngotot minta ikut," Andre menggerutu.

Rico yang mendengarnya hanya geleng-geleng kepala dan menatap Kendra dengan pandangan iba.

Hari ini Andre dan Rico hunting foto ke sebuah daerah perbukitan dan Kendra minta ikut. Sebenarnya Andre menolak dengan dalih bahwa lokasi foto kali ini akan terlalu sulit untuk ditempuh Kendra, tetapi Kendra memaksa. Benar saja. Sekarang Kendra kesulitan mengikuti langkah 2 sahabat fotografer itu. Beberapa kali Kendra minta berhenti karena kecapekan dan itu membuat Andre kesal karena mereka jadi kehilangan banyak waktu.

Dari kota hingga ke jalan besar di dekat desa itu memang dicapai dengan naik mobil. Tetapi dikarenakan jalanan desa yang amat sempit, maka selanjutnya perjalanan hanya dapat ditempuh dengan naik motor atau berjalan kaki. Rute yang mereka lalui bukanlah rute yang sulit untuk Andre dan Rico yang sudah terbiasa dan hobi olahraga. Tetapi bagi Kendra, perjalanan ini membuatnya kehabisan nafas dan kelelahan. Apalagi Andre dan Rico tergolong memiliki tubuh tinggi, ia jadi kesulitan menyamai langkah panjang keduanya. Eh, lebih tepatnya menyamai langkah panjang si kunyuk yang selalu berjalan paling depan seolah dia adalah seorang jenderal yang sedang memimpin pasukan. Sedangkan Rico kadang menyejajarkan langkah dengannya. Bahkan Rico lebih perduli pada dirinya daripada suaminya sendiri.

"Sabar ya, sebentar lagi kita sampai di puncak bukit," hibur Rico. "Di sana pemandangannya indah dan kamu akan lupa semua rasa capek yang kamu rasakan sekarang."

Kendra tersenyum.

Kenapa malah Rico yang baik dan perhatian. Sebaliknya si kunyuk itu malah berjalan jauh meninggalkanku. Yang begitu itu yang menyebut dirinya sebagai seorang suami yang baik? Kendra mengomel dalam hati.

"Mau kubantu?" tanya Rico sambil mengulurkan tangan untuk membantu Kendra berjalan.

"Nggak usah!" tukas Andre yang rupanya melihat mereka berdua dari kejauhan. "Itu salahnya sendiri ngapain minta ikut segala. Makanya lain kali hobi molor harus diimbangi olahraga supaya nggak cemen."

Rico mengurungkan niatnya membantu Kendra. Kalau suaminya sudah melarang, Rico bisa apa.

"Sabar ya." Rico menepuk punggung Kendra.

Lagi-lagi Kendra hanya bisa tersenyum.

Aiiisssh si kunyuk itu benar-benar keterlaluan. Untung ada Rico. Coba nggak ada, sudah kubalas omelannya dan kucakar-cakar mukanya yang songong itu. Istri kecapekan bukannya dibantuin malah diomelin.

Sepanjang perjalanan menuju puncak bukit, kedua sahabat itu sibuk dengan berbagai macam obyek menarik yang mereka temukan di sepanjang jalan yang mereka lalui. Kendra jadi paham, rupanya begini rasanya hunting foto. Ternyata ini yang dilakukan Andre dan Rico setiap kali pergi bersama.

Baguslah, setidaknya suamiku tidak pergi ke tempat-tempat dimana banyak perempuan yang akan mengintai dan memandang suami gantengku bagai serigala kelaparan, pikir Kendra.

Tetapi Kendra juga merasa kesal dan cemburu melihat cara Andre memperlakukan peralatan fotografinya.

Kamera dan lensa dijaga dan dibelai-belai tapi istri mau jatuh dibiarin. Obyek foto dibelain sampai nungging-nungging, tapi bantuin istri jalan nggak mau. Dasar kampreto.

"Kamu masih kuat?" tanya Rico.

Kendra mengangguk.

"Bagus." Rico tersenyum. "Sebentar lagi kita sampai kok."

Marrying Mr. PerfectWhere stories live. Discover now