Part 29 - I'll Never Be Like That

94.4K 5.6K 178
                                    

Kendra menatap kesal ke layar handphonenya.

"Andre BBM lagi?" tanya Vania.

"Iya."

"Ya udah balas aja dulu."

"Males."

Kendra meletakkan handphonenya di meja setelah membaca pesan Andre. Hanya membacanya tapi tidak membalasnya. Tidak lama kemudian handphonenya berdering. Nama Andre muncul di layar. Kendra mendecak kesal.

Panggilan Andre direjectnya. Sebentar kemudian ia menonaktifkan sinyal handphonenya. Vania yang melihatnya jadi heran.

"Ntar suami lo marah lho. Emang lo pergi nggak ijin dulu ama dia?"

"Biarin aja, mendingan kita makan."

Kendra dan Vania menyambut pelayan yang datang membawakan makanan pesanan mereka. Vania lalu makan dengan lahap, tetapi tidak dengan Kendra. Rasa mual di perutnya masih terasa dan nafsu makannya masih belum kembali. Ia hanya meminum 2 gelas jus yang dipesannya.

"Kok lo nggak makan sih? Dicoba dong meski sedikit. Kasian badan lo. Lo udah keliatan kurusan."

Kendra menggeleng.

"Nggak bisa Van. Semua makanan kalau nggak asin atau bikin mual, rasanya hambar. Tiap kali mau makan rasanya pingin muntah."

"Emang lo sakit apa?"

"Maag gue kambuh."

"Sampai segitunya ya?"

Kendra mengangkat bahu. Seorang pelayan datang membawakan pesanan jusnya yang ketiga.

"Untung lo masih bisa minum jus. Setidaknya masih ada nutrisi yang masuk ke badan lo."

"Iya nih. Untung gue masih bisa minum jus. Kata dokter, gue nggak boleh minum teh, kopi, susu, dan produk turunannya untuk sementara. Perut gue lagi benar-benar rentan."

Vania meletakkan sendok dan garpu lalu menyingkirkan piring kotor bekas Kwetiau Goreng yang baru saja dihabiskannya ke sisi meja. Ia lalu mengambil handphonenya.

"Coba lo baca." Vania menunjukkan layar handphonenya kepada Kendra.

Kendra membaca pesan BBM yang tertera. BBM dari Rico kepada Vania.

"Ini maksudnya apa?" tanya Vania. "Lo kenapa?"

Kendra terdiam. Vania belum tau masalah yang meresahkan hatinya.

"Ken, jawab gue. Lo kenapa? Kenapa sampai Rico BBM gue kayak gini?" desak Vania.

Kendra menghela nafas. Tadinya ia mengajak Vania untuk hang out malam ini selain karena besok adalah hari Sabtu yang artinya mereka libur bekerja, juga karena ia ingin sejenak bersenang-senang dan melupakan rasa sedihnya, tetapi bukan untuk curhat kepada Vania. Ia belum siap menceritakan hal seberat ini kepada Vania, yang tentunya hanya akan membuatnya kembali meneteskan air mata.

"Kendra... jawab gue. Lo tau nggak, gue sampai kaget waktu Rico BBM. Gue kirain dia mau ngajak gue jalan, tahunya cuma bilang supaya kalau ada apa-apa sama lo, gue segera kabarin dia. Ini ada apa?"

Kendra tidak menjawab pertanyaan Vania.

"Bete gue sama lo. Kenapa sih lo jadi misterius gini? Lo 'kan tahu... Ken... Ya ampun, lo nangis?" Vania kaget melihat air mata menggenang di pelupuk mata Kendra.

Sejenak kemudian Kendra sesenggukan.

"Ya ampun Ken, lo kenapa sih?" Vania duduk di samping Kendra dan memeluk sahabatnya.

Marrying Mr. PerfectDonde viven las historias. Descúbrelo ahora