Part 34 - Like I'm Gonna Lose You

100K 5.6K 286
                                    

"Itu asem banget lho." Bu Wira bergidik melihat Kendra memakan irisan buah asam dan pedas kesukaannya dengan lahap.

Kendra sedang berada di rumah orang tuanya. Sendiri. Tanpa Andre. Sudah lama ia tidak mengajak Andre ke rumah orang tuanya. Sama seperti Andre yang sudah lama tidak mengajaknya ke rumah orang tuanya, meskipun acapkali mertuanya mengirim pesan atau menelepon memintanya datang ke rumah mereka. Tidak sekarang. Tidak saat sedang hubungannya dengan Andre dalam kondisi seperti ini.

Bagaimana mungkin ia akan sangggup bersandiwara di hadapan mertuanya, sedangkan ia dan Andre sudah sebulan lebih tidak bertegur sapa. Komunikasi di antara mereka benar-benar buruk, dengan kata lain, menyedihkan.

Andre selalu tampak sedih saat melihatnya. Sorot matanya tampak bersalah sekaligus terluka. Ia sendiri lebih suka menghindari Andre untuk sementara. Sampai kapan? Entahlah. Mungkin sampai Andre pada akhirnya memutuskan untuk melepaskan dirinya.

Bukankah Andre pernah memintanya berjanji untuk tidak pergi dari sisinya? Baiklah, ia akan menepati janji yang pernah diucapkannya. Ia akan tetap bersama dengan Andre. Meskipun lama kelamaan pernikahan ini menjadi begitu menyakitkan.

Ia marah? Iya. Ia kecewa? Pasti. Ia terluka? Tentu saja. Tetapi di antara semua itu, alasan utama yang membuatnya berubah dingin terhadap Andre adalah karena ia punya harga diri. Meskipun harga dirinya sudah pernah jatuh dan diinjak-injak oleh Andre, setidaknya ia masih punya harga diri. Andre tidak bisa memperlakukan dirinya seenaknya, meskipun Andre adalah suaminya.

Tidak ada yang pernah siap untuk kehilangan. Tidak ada yang pernah ikhlas untuk melepaskan kebahagiaan yang sudah berada di dalam genggaman. Perlahan, semuanya berubah menjadi begitu membingungkan.

Diam-diam Kendra sering menangis di dalam kamarnya setiap kali kerinduan untuk memeluk Andre muncul dan menyesakkan jiwa. Aneh memang, bagaimana bisa kita tetap mencintai seseorang yang selalu membuat kita menangis.

Tapi siap tidak siap, ia harus siap, ia harus tegar, jika tiba saatnya nanti Andre sendiri yang memutuskan untuk pergi. Bersama perempuan itu. Ya, perempuan itu. Perempuan yang lebih segala-galanya dibandingkan dirinya. Alangkah lucunya. Bagaimana bisa ada 2 manusia yang benar-benar berbeda dan terbalik secara kualitas. Bagaikan bumi dan langit. Bagaikan seorang Puteri dan Upik Abu.

She is the Princess and I am the Upik Abu.

Apakah Andre salah karena lebih memilih Sellina? Tidak, Andre tidak salah. Tentu saja Andre lebih memilih untuk bersama dengan Selina dibandingkan dengan dirinya. Sellina adalah cinta sejati Andre. Tidak ada yang salah dari seseorang yang berusaha mewujudkan kebahagiaan bersama satu-satunya cinta dalam hidupnya.

Sedangkan dirinya? Dirinya tidak lebih dari seorang perempuan yang kebetulan bisa menikah dengan Andre hanya karena sebuah kecelakaan. Lalu apakah pantas jika ia protes? Bagaimanapun juga, pernikahan ini diawali dengan sesuatu yang salah. Pernikahan macam apa yang bisa diharapkan dari sesuatu yang dimulai dengan kesalahan?

"Hati-hati maag kamu kambuh," ujar Bu Wira.

Kendra tersenyum.

"Kendra bukan anak kecil lagi Ma, Kendra tau kapan harus berhenti makan asem. Cuma 5 iris kok."

"Tapi itu bukan mangga, itu 'kan belimbing sayur." Bu Wira bergidik.

Kendra tertawa. Yang sedang dinikmatinya memang bukan mangga tapi belimbing sayur yang jauh lebih asam daripada mangga. Itu kata orang. Tetapi untuk Kendra, rasanya sungguh lezat hingga ia tidak bisa berhenti menikmatinya. Tentu saja sebelum dan sesudahnya ia harus meminum obat maag dan ibunya memaksanya untuk makan minimal 3 sendok nasi dan lauk pauknya terlebih dahulu.

Marrying Mr. PerfectWhere stories live. Discover now