Part 26 - Andai Bisa Ku Putar Waktu

92.7K 6.2K 261
                                    

Rico menarik nafas. Apa yang terpampang di hadapannya membuatnya sulit untuk berkata-kata. Tadi Kendra tiba-tiba mengajaknya bertemu sepulang kerja. Sekarang di sinilah mereka berdua, di sebuah kafe tak terlalu jauh dari kantornya. Kendra memilih tempat duduk di luar. Suasana kafe malam ini tidak terlalu ramai.

"Rico," panggil Kendra.

Rico mengangkat wajahnya dan menatap Kendra. Ia bingung harus berkata apa.

"Kenapa diam?"

Seorang pelayan datang mengantarkan pesanan mereka, segelas jus jambu untuk Kendra, secangkir Espresso untuk Rico, seloyang Pizza, dan seporsi kecil Baked Cheese Rice yang dipesankan Rico untuk Kendra. Rico lega. Setidaknya kehadiran pelayan dan pesanan mereka bisa membantunya mengulur waktu.

"Kamu makan dulu."

Kendra menggeleng.

"Kamu jawab dulu."

"Makan dulu, habiskan makananmu baru kita bicara. Kamu 'kan baru sembuh," bujuk Rico.

Sambil menghela nafas, Kendra mengambil makanannya dan mulai menyendok hidangan yang sama sekali tidak mengundang seleranya. Rico sendiri mengambil seiris Pizza. Mereka berdua makan dalam diam. Sambil makan, Rico berusaha memikirkan kata-kata yang akan ia sampaikan kepada Kendra.

"Sudah ya, separuh aja, aku bener-bener nggak bisa ngabisin makanan ini, perutku mual," ujar Kendra.

Sejak sakit, ia memang jadi sulit untuk makan. Setiap makanan yang dicobanya selalu terasa hambar dan perutnya selalu terasa mual. Jika dipaksanya untuk makan, makanan yang sudah susah payah ditelannya malah keluar.

"Ya udah, yang penting perut kamu ada isinya."

Kendra tersenyum lalu meminum jusnya. Rasa manis jambu membantu mengurangi mual yang dirasakannya.

"Jadi, gimana?"

Rico menatap layar handphone Kendra yang sedari tadi ada di hadapannya. Dialihkannya pandangan kepada Kendra yang memandangnya dengan tatapan meminta penjelasan.

"Kamu yakin mau tahu?"

"Aku harus tahu."

"Meskipun mungkin itu menyakitimu?"

"Aku tetap harus tahu. Aku nggak mau salah paham atau curiga berlebihan kepada Andre, karena itu aku harus tahu."

"Kenapa kamu nggak tanya Andre aja?"

"Aku nggak bisa bicara dengannya. Aku... terlalu emosi," ucapan Kendra terhenti. Ia menarik nafas. "Aku nggak bisa bicara kalau aku emosi. Aku mungkin terlalu cemburu saat itu jadi aku nggak bisa menahan diri dan pulang ke rumah orang tuaku. Makanya aku mau tahu supaya aku nggak salah paham."

"Aku nggak punya hak untuk menjelaskan," ucap Rico sambil menghela nafas.

"Rico, tolong aku. Please. Apa ada yang aku belum tahu? Apa ada yang kamu sembunyiin?"

Rico menunduk. Hatinya bimbang. Inilah yang ia takutkan. Kendra pada akhirnya mengetahui keberadaan Sellina dan terluka. Andre boleh saja berkilah Sellina tidak lebih dari sebatas rekan kerja, tapi perempuan mana yang tidak cemburu jika tau bahwa rekan kerja suaminya adalah juga mantan kekasih suaminya? Ditambah lagi jika suaminya memasang foto berdua di media sosial.

Duh Andre, kenapa lo seceroboh ini sih, pikir Rico kesal.

Ia sediri tidak pernah menyadari adanya foto itu di akun milik Andre sampai malam ini Kendra menunjukkan layar handphonenya dan bertanya kepada Rico tentang siapakah Sellina. Jika sudah begini, memangnya ia bisa mengelak?

Marrying Mr. PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang