Part 41 - Di Bawah Rintik Hujan

100K 5.8K 268
                                    

Waktu berlalu semenjak peristiwa di teras belakang yang begitu membekas dalam ingatan. Tidak hanya indah, namun peristiwa itu rupanya juga mampu memperbaiki hubungan Andre dan Kendra.

Semenjak saat itu, Kendra tidak lagi bersikap dingin kepada Andre, sekalipun sesekali ia masih terlihat menjaga jarak. Entah kenapa. Andre sendiri tidak pernah bertanya. Bukannya ia tidak ingin tahu, apalagi tidak mau tahu. Andre hanya tidak berniat mengusik rumah tangga mereka yang mulai tenang dengan sikap, tindakan, ataupun ucapannya yang bisa saja membuat Kendra mendadak kesal.

Ya, Kendra sekarang berubah. Ia tidak lagi ceria sepanjang waktu dan manis seperti dulu, setidaknya itulah yang Andre rasakan. Kendra kini layaknya seorang anak remaja yang suasana hatinya mudah sekali berubah. Sekejap saja Kendra bisa mengganti tawa cerianya dengan raut wajah jutek dan bibir cemberut yang membuat Andre ingin memeluk pinggang Kendra dan membuatnya tidak bisa bicara saat itu juga. Tetapi tentu saja, Andre tidak cukup gila untuk mewujudkan keinginannya.

Pada peristiwa di teras belakang dulu, setelah mereka berdua cukup lama bermesraan, momen manis itu diakhiri dengan didorongnya tubuh Andre oleh Kendra secara tiba-tiba sambil berkata, "Kamu ini tukang paksa. Kamu bisa kulaporin ke polisi dengan tuduhan pelecehan seksual! Tahu nggak?!"

Pelecehan seksual? Astaga! Andre sampai bengong melihat Kendra berdiri dan begitu saja berlalu meninggalkannya yang masih terpana. Pelecehan seksual bagaimana maksudnya? Kendra adalah istrinya. Istri sahnya. Ia punya hak meminta Kendra untuk bermesraan dengannya kapan saja, dan kalau perlu, di mana saja!

Keesokan paginya, ketika Andre sudah melakukan latihan semalaman dan menyiapkan mental untuk meminta maaf kepada Kendra, istrinya itu malah mengucapkan selamat pagi padanya dan dengan ceria menyajikan sarapan nasi goreng sosis yang sangat lezat, seolah tidak pernah terjadi apa-apa semalam. Benar-benar mood swing.

Andre jadi berpikir, apakah benar dirinya memang seorang tukang paksa? Berarti Kendra mau bermesraan dengannya karena terpaksa? Kalau begitu, peristiwa indah dimana mereka bercinta berkali-kali sepanjang malam yang dulu itu juga dilakukan Kendra bukan atas kemauannya? Jika iya, wajar saja jika Kendra mendiamkannya selama sebulan lebih.

Belajar dari pengalaman masa lalu, kali ini Andre tidak ingin gegabah dan mengambil resiko yang sama, yaitu didiamkan oleh Kendra dalam waktu yang cukup lama. Karena itulah Andre tidak berani lagi meminta Kendra untuk bermesraan. Asalkan Kendra berada di sampingnya dan mau bicara dengannya, bagi Andre itu sudah cukup.

Padahal, andai saja Kendra tau, semenjak peristiwa indah yang dulu itu, tidak ada hari yang dilalui Andre tanpa merindukan Kendra. Setiap inci lekukan tubuh sexy Kendra selalu berkelebat di depan matanya. Setiap desahan Kendra senantiasa tergiang di telinganya. Andaikan saja bisa, ingin sekali Andre mendengarkan lagi desahan itu keluar dari bibir manis Kendra. Ingin rasanya Andre mendekap dan menguasai tubuh mungil Kendra dalam pelukannya. Aahh... rasanya lama-lama Andre bisa benar-benar gila.

Tidak hanya itu perubahan Kendra. Selain lebih mudah marah dan suka memerintah seenaknya, nafsu makan Kendra juga menjadi luar biasa. Tetapi herannya, kata Vania, pada saat makan siang di kantor, Kendra makan hanya sedikit. Padahal jika Andre membawakan makanan, Kendra bisa sampai menambah porsi kedua di piringnya. Andre sampai geleng-geleng kepala melihatnya.

Oh ya, bicara soal makan, Andre juga merasakan satu keanehan. Entah karena terlalu mengkhawatirkan Kendra merasa kelaparan atau apa, seringkali Andre tiba-tiba saja ingin keluar rumah dan membeli sesuatu. Entah Martabak Telur, entah Bubur Kwang Tung Pecenongan, atau sekedar cemilan. Begitu impulsif. Tiba-tiba saja, tanpa rencana. Tau-tau Andre sudah membawa pulang makanan yang disambut Kendra dengan suka cita dan dilahapnya saat itu juga.

Marrying Mr. PerfectWhere stories live. Discover now