ʟᴇᴀɴ ᴏɴ ᴍᴇ

6.1K 1K 16
                                    

Misa liatin foto keluarga yang tertempel dengan jelas di dinding ruang keluarga di rumahnya. Dia usap foto itu, disana ada ayah, bunda, Mas Doy, dan dirinya.

Misa merindukan keluarganya yang utuh. Dia masih terlalu kecil untuk melewati semua ini. Misa hancur. Dia hanya ingin orang tuanya bersatu kembali.

Tanpa Misa sadari air matanya telah jatuh mengenai pipi gembil itu. Misa ingin kembali ke masa lalu ketika semuanya terasa sangat indah.

Ayahnya yang sangat menyayanginya, selalu mengikuti keinginannya, menghabiskan waktu bermain dengannya.

Bundanya yang rela bangun di pagi hari untuk memasakannya sarapan, membantunya mengerjakan tugas, menemaninya tertidur di malam hari.

Tidak ada lagi persaingan, hanya cinta dari keluarganya lah yang Misa butuhkan.

Misa ngerasain tangannya di tarik, tubuhnya di putar dan wajahnya mengenai tempat yang nyaman. Tempat biasa Misa mengeluarkan keluh kesahnya.

Dimana lagi kalau bukan dada Mas Doy? Misa memeluk pinggang lelaki itu, menyembunyikan wajahnya yang telah banjir air mata. Misa ingin orang tuanya, hanya itu.

"Shh, kenapa lihatin foto ini hm?"

"Mas, Misa kangen. ." Suaranya terdengar parau, Doyoung semakin tidak tega di buatnya. Tangannya memeluk pinggang Misa posesif, sesekali memberi kecupan di rambut si manis tanpa dia ketahui.

"Saya tau kamu kangen, tapi. . Kita ngga bisa ngapa-ngapain Misa."

"Kita bisa, ayo datengin ayah sama bunda! Aku yang bakal minta mereka kembali lagi. Aku udah ngga kuat kayak gini Mas." Misa meremas baju yang lelaki itu pakai.

Doyoung menghela nafasnya, memang benar, hanya Misalah yang bisa menghentikan semua ini. Keluarganya akan kembali utuh dengan Misa yang akan turun tangan.

Tangan Doyoung megang bahunya Misa, dia dorong perlahan agar dirinya bisa memandang wajah Misa. Tangan Doyoung nangkup pipi gembil itu, dia usap air matanya penuh sayang, "kita datengin orang tuamu."

"Tapi aku ngga tau sekarang mereka dimana Mas."

"Saya tahu, kita akan kesana besok."

Misa mengangguk, dia peluk kembali tubuh tinggi itu. Memberikan seluruh kepercayaannya pada Doyoung, lelaki yang ia cintai.

Doyoung gendong Misa ala baby koala menuju kamarnya, dia tau Misa terlalu lemas untuk sekedar berjalan menuju lantai atas.

Dan sejak tadi pula Misa hanya memainkan rambut bagian belakang lelaki itu, tidak ingin Doyoung terlalu jauh darinya.

Doyoung nidurin Misa dengan perlahan di atas kasur, tidak ingin menyakitinya. Dirinya menatap si manis yang juga menatapnya, "tidur ya? Saya ngga mau kamu mikirin itu terus."

Misa buka kedua tangannya, memasang wajah mememelas, "Mas Doyi bubu disini. ."

". . ." Doyoung bergeming, tetapi keduanya masih beradu pandang. Tatapan Doyoung berubah soft perlahan. Lelaki itu naik ke atas kasur setelahnya menarik tubuh si manis agar tidur di dekatnya. Lebih tepatnya, Doyoung memeluk tubuh Misa.

"Saya tidur disini, sama kamu."

Misa menggesekkan kepalanya di dada bidang lelaki itu, senyumnya mengembang, walaupun air matanya belum sepenuhnya kering. Terlihat jelas di pipi gembilnya.

"Aku cinta Mas Doy."



🌻🌻🌻



Pagi ini Misa dan Doyoung sudah berada di stasiun. Setelah di beritau Doyoung, Misa baru mengetahuinya kalau ayah dan ibunya tidak berada di Macau lagi sekarang. Mereka ada sangat dekat dengannya. Hanya berbeda kota saja.

Jadi Misa dan Doyoung memutuskan untuk menaiki kereta agar cepat sampai tujuan mereka. Misa akan mengembalikkan kebahagiaan keluarganya lagi.

Keduanya telah duduk di tempat mereka, sejak tadi Misa melamun menatap ke arah luar jendela. Doyoung sedih ngeliatnya, dia ingin memeluk gadis di sampingnya ini.

Perjalanan memakan waktu yang cukup lama, Misa yang mengantuk memilih tidur, menyenderkan kepalanya pada tempat duduknya.

Sesekali kepalanya bergerak akibat getaran yang di hasilkan kereta api itu. Doyoung yang ngeliat itu jadi kasihan, Misa pasti tidak tidur dengan nyenyak.

Tangannya bergerak untuk menarik kepala si manis agar bersender pada bahunya. Setelahnya menautkan kedua tangan mereka, tangan Misa sangat dingin, Doyoung memberikan kehangatan disana.

"Untuk apa saya disini kalau kamu tidak bersandar pada saya?"

"Untuk apa saya disini kalau kamu tidak bersandar pada saya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





🌻🌻🌻




"Mas. . Apa aku bisa?" Misa meremas tangan lelaki jangkung yang berdiri di sampingnya itu. Tatapannya menggambarkan betapa cemasnya dia sekarang.

"Kamu bisa, saya percaya sama kamu." Doyoung menggenggam tangan Misa yang meremas tangannya, "sekarang kamu masuk, cari bundamu."

Misa mengangguk perlahan, dia lepas genggaman tangan keduanya. Gadis itu menarik nafasnya, mencoba menghilangkan kegugupannya.

Setelahnya ia berjalan masuk ke dalam ruang kantor di hadapannya itu. Kantor ibunya, wanita yang melahirkannya.

Pintu itu Misa ketuk, mendapat sahutan dari dalam, si manis membuka pintunya. Tatapan wanita di dalamnya tampak terkejut dengan kedatangan anak tunggalnya itu.

"Bunda. ."

"Misa, kamu tau bunda disini darimana?" Wanita paruh baya itu berdiri dari duduknya, ia dekati Misa yang masih berdiri di depan pintu ruang kerjanya.

"Bunda," Misa berlutut tepat disaat wanita itu berdiri di hadapannya, "Misa mohon kembali."

"Apa maksudmu nak? Ayo bangun." Bundanya Misa berusaha bangunin anaknya yang masih berlutut di hadapannya itu. Hatinya nyeri melihat berantakannya si manis.

"Apa sulitnya membangun sebuah hubungan kembali?"

"Kamu tidak tau masalah ayah sama bunda, Misa."

"Misa tau, Misa bukan anak kecil lagi. Bun, sejak kecil Misa jarang meminta sesuatu pada bunda kan? Kali ini saja, turuti permintaan Misa. Ayo kembali, kembali bersama ayah. Kalau memang bunda sudah berhenti mencintai ayah, kembalilah untukku."

"Bunda tidak berhenti mencintai ayahmu, hanya saja kami . ."

"Ayah dan bunda harus bertemu! Kalau begini hubungan kalian akan bertambah buruk dan mungkin tidak bisa di selamatkan!" Pipi gembil Misa basah, dia menangis.

"Bunda, ayo." Lirihnya, gadis cantik itu menunduk. Terlalu lelah untuk sekedar mendongak menatap wanita yang dia cintai di hadapannya ini.

Misa merasakan bahunya di sentuh, tubuhnya di paksa untuk berdiri dan pipinya di tangkup, dibawa menatap wanita paruh baya itu.

Bundanya Misa juga telah berlinang air mata, tidak tega melihat bagaimana putri cantiknya itu telah hancur akibat ulahnya dan ayahnya.

"Iya sayang, bunda mau."

"Bunda bakal perbaikin hubungan bunda sama ayah, kita bakal kembali ke hubungan lama kita. Tapi gimana caranya?" Bunda tampak bingung.

"Saya bisa bantu." Suara Doyoung mampu membuat ibu dan anaknya itu menoleh secara bersamaan.

Benar, Doyoung bisa membantu mereka.

Dear Dream [✔]Where stories live. Discover now