ɪ ᴅᴏɴ'ᴛ ᴋɴᴏᴡ

4.5K 763 120
                                    

Pesta kembang api itu telah selesai sejak tadi, tetapi kepala si manis seolah tidak lelah untuk menatap ke atas. Ke langit-langit taman itu. Sangat indah, kalian tau?

Senyum di bibir Misa mengembang, dia tidak pernah melihat langit malam secantik ini. Tampak sangat berbeda dengan apa yang biasa ia lihat di jendela kamarnya.

Mark ngecup pipi gembilnya Misa bikin gadis itu noleh, menatap wajah tampan lelaki itu, "kembang apinya udah habis, masih di liatin aja."

"Langitnya cantik," Misa nunjuk langit-langit itu, bikin Mark mau ngga mau juga ikut ngedongak buat ngeliatinnya. Dan emang bener, cantik banget.

Tapi tentu saja itu tidak secantik Misa, batin Mark.

"Mark," panggil Misa bikin lelaki itu kembali menunduk menatap si manis yang kini juga natep dirinya, "makasih ya udah bawa aku kesini, mungkin kalo aku pulang langsung tadi aku bakal marah-marah gak jelas sama Mas Doy."

Mark tersenyum, menggesekkan hidung keduanya penuh sayang, "kamu tau kalo aku bakal lakuin apapun buat bikin kamu bahagia, kan?"

Misa reflek tersenyum, dengar apa yang di katakan Mark. Benar-benar membuat perutnya tergelitik. Seolah ada banyak kupu-kupu disana.

"Ayo pulang," ajak Misa, membalikkan badannya kemudian menangkup pipi tirus lelaki itu, "udah malem, nanti aku di cariin."

"Yaudah ayo, aku juga ngga mau kamu sampe sakit gara-gara kena angin malem terlalu lama." Habis bilang itu, Mark langsung gandeng tangannya Misa dan dia bawa menuju parkiran tempat mobilnya terparkir.

Misa sama Mark udah masuk dan dudukin tempat masing-masing. Awalnya keduanya diem, Mark juga belum ada niatan buat nyalain mobilnya.

"Babe,"

"Ng?"

Senyum Mark mengembang ketika mendengar Misa menyautinya setelah memanggilnya dengan sebutan itu. Dia senang sekali. Yah, walaupun Misa memang selalu menanggapinya bagaimanapun ia memanggilnya.

"Mau peluk. ." Mark ngga tau kenapa dia ngomong gitu, yang jelas dia pengen nyaman di deketnya Misa dan dia pengenin itu sekarang.

Misa cuma senyum, dia yang baru aja mau peluk Mark dari tempatnya terhenti ketika merasakan pinggangnya di pegang dan di angkat supaya duduk di pangkuan lelaki itu.

Mark kuat sekali, padahal Misa termasuk berat.

Misa masukin Mark kepelukannya. Lelaki itu mengusak wajahnya setelahnya menutup kedua matanya. Merasa nyaman berada di sana.

Di pelukan Misa, Mark bisa denger dengan jelas suara detak jantung gadis itu. Cepat, apa Misa merasakan hal yang sama dengan dirinya?

Tangannya Misa daritadi gak berhenti buat ngusap rambutnya Mark. Hal ini bikin lelaki itu semakin nyaman di buatnya. Mark suka.

"Kenapa, tumben kayak gini?" Tanya Misa bikin Mark mundur, dia tatap si manis dengan tatapan sendu, "lagi capek aja, males pulang ke rumah."

"Lho kenapa?" Misa megang pipinya Mark bikin wajah keduanya makin deket, Mark meluk pinggangnya Misa, "papah sibuk terus, aku kasian sama mamah setiap hari nangis karena ngga bisa habisin waktu bareng."

". . ." Misa bergeming, setelahnya memasukan kepala lelaki itu ke dalam pelukannya lagi. Kali ini lebih erat. Misa beberapa kali melayangkan kecupan di undercut lelaki itu, "no, kamu jangan sedih gini. Itu artinya kamu harus susun rencana, gimana kalian biar bisa ngabisin waktu bareng lagi."

Mark senyum, walaupun dia tau usul Misa itu sulit, mungkin dia akan tetap melakukannya, "iya sayang, nanti aku coba ya."

Misa ngangguk, ngeliat Mark yang udah senyum lagi bikin Misa memberi kecupan hangat di hidung lelaki itu, "kamu jangan sedih sedih ya? Aku ngga suka liatnya."

"Selama ada kamu, kayaknya perasaan sedihku bakal hilang." Mark narik Misa makin deket, kini wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.

"Kamu harus bahagia dengan maupun tanpa aku." Misa ngomong gitu terus dia cium lagi hidungnya Mark. Sebenernya Misa itu suka sekali sama semua fitur yang ada di wajah lelaki itu.

Alis camar, mata besar, hidung mancung, bibir. . Kissable. . Semuanya.

"Yang disini," Mark nunjuk bibirnya, "cium yang ini."

Misa ngga basa-basi dan layangin bibirnya di atas bibirnya Mark. Seolah lupa kalau mereka hanya memiliki hubungan sebatas persahabatan.

Mark juga nahan tengkuknya Misa, dia ngga akan ngebiarin ciuman ini sebentar saja. Mungkin akan sedikit lama.

Lima menit, dan si manis kehabisan nafas. Dia remas perlahan bahu lelaki itu bikin Mark melepas lumatannya dan memundurkan wajahnya.

Keduanya saling bertatapan. Lihat Misa, bibirnya bengkak. Mark terlalu bersemangat sepertinya. Misa mainin jarinya di bahunya Mark sambil nunduk, malu.

"Makasih udah bikin aku bahagia lagi, Mi."

Misa ngangguk, setelahnya dengan cepat memilih untuk pindah ke tempatnya semula. Pipi gembilnya merona menahan malu.

"Bibir kamu. . Kenapa rasanya manis banget?"

"Ugh?"

"First kiss kamu, waktu kita di uks ya?" Pertanyaan Mark bikin Misa makin malu. Iya, Mark yang nyuri first kissnya. Gila kan?

Mark tertawa, tawanya memenuhi mobil, "pantes manis," lelaki itu berhenti tertawa, kini tubuhnya ia bawa agar berhadapan dengan si manis.

Tangannya Mark megang pipinya Misa, ibu jarinya ngusap ujung bibir gadisnya, "makasih, makasih udah ngebiarin aku ngambil itu dari kamu dan maaf karena aku ngelakuin itu dengan lancang."

Misa menggeleng cepat, "nggapapa, kamu ngga salah!"

Mark yang liat reaksi Misa tersenyum, setelahnya memilih untuk menyalakan mobilnya dan akhirnya mobil itu bergerak membelah keheningan malam menuju rumah gadisnya.



🌻🌻🌻



"Udah sampai, makasih ya Mark." Misa senyum, merasa sangat berterima kasih pada lelaki kanada itu.

Mark ngangguk, mengusap surai halus gadisnya, "sampai di dalem, mandi, terus istirahat, oke?"

Misa ngangguk lagi, mengiyakan suruhan Mark, "kamu juga, jangan mandi terlalu malem. Sampe rumah langsung mandi, oke?"

Lelaki itu balik ngangguk, setelah melayangkan kecupan di kening Misa, lelaki itu membiarkan si manis keluar dari mobilnya dan memasuki rumahnya.

Mark liatin punggungnya Misa yang udah hilang dari pengelihatannya. Senyum di bibirnya mengembang, dia usap bibirnya menggunakan ibu jarinya, "aku kayaknya hampir gila deh."

Habis ngomong gitu, Mark langsung ninggalin kediaman Misa menuju rumahnya sendiri. Sampai di rumah dia akan membersihkan diri dan beristirahat.

Misa baru aja masuk ke dalam rumahnya dan nemuin Doyoung lagi duduk di sofa ruang keluarga. Lelaki itu bangun dari duduknya ketika melihat si manis datang.

Kaki panjangnya mendekat, setelahnya memeluk tubuh Misa erat. Sebenarnya dia patah hati, tapi ini harus ia lakukan agar Misa tidak pergi darinya.

"Kamu kemana aja, saya tungguin pulang daritadi."

"Aku jalan sama Mark, Mas."

Doyoung lepasin pelukan mereka, dia tangkup pipi gembil itu dan dia bawa ngedongak supaya keduanya bisa bertatapan.

"Bibir kamu bengkak, kenapa?"

". . ." Misa bergeming, tidak tau harus membalas apa. Itu tidak mungkin kan kalau dia beritau Doyoung kalau Mark yang melakukannya kan?

"Mi. ." Panggil Doyoung, kini ibu jarinya mengusap ujung bibir bengkak si manis, "kalo saya lakuin itu, saya bukan yang pertama kan?"

Misa ngerasa sesuatu yang ngga beres terjadi di dalam dirinya sekarang.

Dear Dream [✔]Where stories live. Discover now