ʜᴀʙɪᴛ

4.5K 804 49
                                    

Hari ini pagi yang berbeda menurut Mark. Tiba-tiba saja tidak seperti biasanya mamanya mengetuk pintunya, mengintrupsi kegiatan mengenakan pakaiannya.

Mark yang udah selesai ngancingin bajunya langsung jalan ke pintu kamar, membukakan pintunya untuk mamanya.

"Lho, ma, ngapain disini pagi-pagi?" Tanya Mark bingung, dari tatapannya sudah terlihat kalau dirinya bingung.

Mamanya Mark senyum, "iya, mama ada kejutan buat kamu." Kalimat itu bikin Mark makin bingung. Ada apa? Kejutan apa? Dia kan tidak berulang tahun.

"Cepet selesaiin pake bajunya, nanti turun ya kita sarapan bareng." Mamanya Mark jalan turun ke lantai satu ninggalin Mark yang masih mengerutkan keningnya bingung.

Ada apa dengan mamanya pagi ini?

Memilih untuk melupakan sejenak perkataan mamanya dan memilih melanjutkan waktu memakai bajunya yang tertunda.

Kakinya Mark melangkah turun waktu dia udah selesaiin kerjaannya di kamarnya. Seketika ia membeku di tangga melihat siapa yang duduk di kursi meja makannya.

"Oh, Mark udah selesai? Ayo turun." Ajak Mamanya sambil naruh piring di atas meja. Mamanya Mark terkikik lihat reaksinya Mark itu, "yaampun segitunya ngeliatin, ayo turun, ini Mina udah nungguin kamu daritadi."

Mark berteriak frustasi dalam hatinya. Dari mana gadis itu mengetahui alamat rumahnya?

Langkah kakinya membawanya turun dan akhirnya ia sampai di ruang makan. Mark melihat sekeliling dan memilih untuk duduk di dekat bundanya.

Tidak, dia tidak mau duduk di samping gadis itu.

Tapi Mina sama sekali tidak melunturkan senyumannya sejak tadi. Terlalu senang karena bisa bertemu dengan teman kecilnya itu.

Berbincang.

Iya, meja makan jadi tempat berbincang setelah kedatangan Mina di rumah itu. Mark mendengus, dia tidak suka karena gadis itu secara terus terang menunjukan ketertarikan padanya.

"Mark, udah selesai makan kan? Taruh aja, kamu sama Mina berangkat ya?" Kata Mamanya Mark bikin alis Mark berkerut.

Apa-apaan?

"Naik motor aja ya Mark, mobilnya lagi papah service." Kata papahnya Mark bikin lelaki itu makin tidak suka.

Hell, dia ngga mau berangkat dengan gadis itu kesekolah. Tidak dengan motornya. Misa saja tidak pernah naik, kenapa gadis ini harus?

Taeyong nepuk bahunya Mark, tau kalau adiknya itu tampak menahan emosinya, "udah gapapa, besok besok gue yang larang dia masuk sini."

Mark menghela nafasnya. Dia mengangguk menanggapi ucapan Taeyong dan memilih keluar lebih dahulu.

Tanpa mempedulikan papa dan mamanya, tentu saja Mina yang ngeliat Mark pergi duluan milih buat ngekorin lelaki itu.

Mark ngerasa ini adalah hari tersial di hidupnya.




🌻🌻🌻




"Mas Doy," panggil Misa pada lelaki jangkung yang tengah mengenakan dasi kantornya itu. Doyoung noleh, senyumnya mengembang ngeliat Misa guling-guling di kasurnya. Padahal dia udah pakai baju sekolah dan tampak sangat rapi tadi, tapi sekarang dia jadi berantakan seketika.

"Kenapa?" Doyoung ngedeket, dia tarik Misa mendekat membawanya masuk ke dalam pelukannya, "aku males sekolah hehe."

"Harus sekolah, nanti jadi orang susah mau?" Tanya Mas Doy bikin Misa reflek menggeleng kencang. Tentu saja dia tidak mau menjadi orang susah. Ada-ada saja.

"Tapi kan nanti aku hidupnya sama Mas Doy, jadi aku ngga bakal jadi orang susah! Mas Doy gak mungkin biarin aku hidup susah kan?"

Doyoung terkikik, setelahnya membubuhkan satu kecupan di kening si manis, "iya, saya ngga mungkin bikin orang yang saya cintain hidup susah. Apalagi kalau dia bener-bener hidup sama saya nanti."

Misa megang pipinya Doyoung terus dia kecup juga kening lelaki itu, setelahnya tersenyum lebar, "morning kiss buat mas gantengnya aku!"

Doyoung cium pipinya Misa lagi, terus dia milih buat gendong tubuh Misa ala baby koala dan bawa dia turun ke lantai satu.

Ayah bundanya Misa lagi di luar kota, ada kerjaan, sekaligus bulan madu kedua katanya. Jadi Misa sama Doyoung di tinggal berdua dirumah. Tapi keduanya ngga keberatan kok.

"Kamu masak apa tadi?" Tanya Doyoung sambil dudukin Misa di kursi meja makannya. Misa buka tudung saji dan liatin ada roti lapis disana.

"Aku bikinin Mas roti lapis. Gapapa kan?"

Tangan Doyoung ngusap rambut Misa yang masih ia gerai, "apapun kalau kamu yang buat, saya pasti suka."

Sepertinya Doyoung benar-benar menunjukan ketertarikannya pada si manis ya? Dia tidak mengontrol kalimat yang keluar dari mulutnya.

"Yaudah makaan!" Misa ngasi roti lapis itu ke Doyoung waktu lelaki itu udah duduk di sampingnya. Keduanya memulai sarapan dengan tenang.

"Oh iya, tumben rambutnya belum di kuncir?" Tanya Doyoung waktu dia udah nelen sebagian roti lapis itu.

"Iya. ." Misa ngunyah roti lapis itu, "soalnya tadi pagi. ." Kembali mengunyah, "aku keramas." Setelahnya menelan roti lapis itu.

Doyoung mencubit pipi gembil Misa, dia tidak tahan. Misa menggemaskan sekali. "Telen dulu, baru ngomong inget?"

Misa ngangguk, "maaf ya Mas."

Doyoung ngangguk, "ayo cepet selesaiin sarapan kita, habis ini kamu berangkat sekolah. Biar kamu ngga telat."

Misa ngangguk lagi, tidak membantah kalimat Doyoung dan memilih melanjutkan waktu sarapannya.

Waktu dia udah selesai sarapan dan bersihin meja makan, Misa pergi ke kamarnya buat ngambil sisir sama ikat rambut.

Doyoung yang ngeliat Misa mau iket rambut milih buat deketin si manis, mendudukannya di atas sofa. Tangan Doyoung mulai sisirin rambutnya Misa penuh cinta.

Misa tidak dapat menahan senyumannya, ahh, begitu menyenangkan rasanya di cintai oleh Doyoung.

"Iket satu ya," Doyoung ngumpulin seluruh rambut Misa dalam satu genggaman kemudian mengikatnya dengan lembut. Jangan lupa poni si manis yang di rapikan oleh lelaki itu.

Doyoung senyum, Misa sudah sangat sempurna kan?

"Mas, ayo berangkat. Misa udah siap." Gadis itu segera mengenakan sepatunya dan menggendong tas punggungnya.

Doyoung ngangguk, dia ngambil kunci mobilnya yang tergantung di dekat pintu dan kemudian keduanya memilih keluar setelah mengunci pintu rumah mereka.

Doyoung bukain Misa pintu mobilnya dan ngebiarin si manis masuk terlebih dahulu. Misa udah masuk dan masang seatbeltnya sendiri. Dia menunggu Doyoung masuk.

Dan ngga nunggu lama juga, karena cuma butuh waktu sekitar 5 detik bagi Doyoung untuk memutari mobilnya, dia sudah sampai di bagian pengemudi.

Doyoung masuk kemudian mengenakan seatbeltnya. Tersenyum tipis ke arah si manis yang udah liatin dia dengan senyum di bibirnya.

Doyoung nyalain mobilnya, setelahnya kembali menatap si manis,
"Kita berangkat sekarang?" Tanya Doyoung yang dibalas anggukan oleh Misa, "meluncurrrr!!"

Dan mobil itu mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah Misa.

Dijalan Misa ngga berhenti ngoceh tentang teman sekelasnya, dari yang paling mengganggu sampai yang paling ia sayangi.

Doyoung ngangguk aja, dia selalu perhatiin setiap omongan yang keluar dari bibir si manis.

Butuh waktu sekitar 15 menit untuk mencapai sekolah Misa, dan sekarang mereka telah sampai.

Misa baru aja cium punggung tangannya Doyoung seperti biasa. Gadis itu mendongak untuk menatap lelaki tampan yang kini tengah tersenyum ke arahnya itu.

"Mas Doyi, Misa berangkat sekolah dulu ya. Misa cinta Mas!"

Doyoung masuk ke pelukannya Misa, dia usak wajahnya di bahu sempit si manis, mengecupnya beberapa kali, "saya juga cinta kamu."

Dear Dream [✔]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora