ᴅʀᴇᴀᴍs ᴄᴏᴍᴇ ᴛʀᴜᴇ

4.8K 779 218
                                    

Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya. Misa menghindari Mark dan Mark yang selalu berusaha melindungi Misa bahkan dari kejauhan.

Kayak sekarang, Mark lagi perhatiin Misa yang lagi tidurin kepalanya di meja menghadap jendela, seperti biasa supaya mereka tidak melakukan kontak apapun.

Misa terlalu malas untuk 'bermasalah' dengan gadis di belakang lelaki itu. Hal ini yang menyebabkan Misa memilih menjauh saja.

Tapi siapa sih nyangka kalo masa menjauhnya ini malah bikin dia kepikiran? Tidur ngga bisa, makan susah, Misa kesel kadang-kadang. Dia bingung dengan keadaannya sendiri.

Dan sekarang Misa disini, tengah demam tanpa seorangpun tau. Bahkan Mas Doy tidak tau. Dia baru merasakan tidak enak badan waktu jam makan siang telah berakhir.

Sekarang lagi jam kosong, jadi Kara juga ngga ada di kelas. Dia milih buat ngapel ke kelas Jaemin. Sesekali lah, jangan cowok terus yang nyari, cewek kan juga harus.

Mark daritadi udah manggil manggil Misa, ayolah, dia sangat merindukan gadis manis itu. Jika Misa tidak menjauhinya, mungkin sekarang mereka tengah menghabiskan waktu bersama.

"Mi, babe." Panggil Mark, kayak ngga ada capeknya diatuh. Padahal udah dikasi tatapan gak suka sama Mina, tapi ya dia bodo amat, Mina siapanya sih.

Mark bangun dari duduknya dan milih buat duduk di bangkunya Kara, menyentuh lengan si manis dan sedikit terkejut dengan suhu badannya.

Misa panas.

"Misa? Sayang kenapa hey?" Mark berusaha buat bikin Misa noleh ke dia, bahkan sekarang dia udah ngangkatin tubuhnya Misa biar mau menghadap ke arahnya.

Mark terkejut ketika menemukan si manis dengan nafas terengah dan wajah pucat kini menatapnya. Misa demam, dia yakin.

Mark nangkup pipinya Misa, "demam? Badanmu panas."

Misa menggeleng, berusaha melepaskan tangan lelaki itu, "ngga, lepasin. ."

"Aku ngga akan lepasin kamu, kamu demam." Dan dengan kalimat itu ia keluarkan, Mark langsung jongkok di sisi meja, "ayo naik."

"Ng?"

"Naik, kita ke uks." Misa ngerasa dia buruk banget, air matanya bahkan hendak menetes sejak tadi. Ini selalu dia rasakan ketika tubuhnya panas.

Misa geser tubuhnya dan milih buat naik ke punggungnya Mark, lelaki itu dengan sigap menahannya dan membawa si manis ke uks.

Mina udah bangun dari duduknya, mau menghentikan Mark yang akan membawa gadisnya ke uks. Tapi dia keburu di tahan oleh teman-teman sekelasnya yang nutupin jalan dan nutupin pintu kelas mereka.

"Apaan sih? Minggir!" Mina udah berusaha nerobos ciwi ciwi yang bikin penghalang di depannya.

"Bisa gak lo berhenti ngurusin hubungannya Misa sama Mark?"

"Kita udah denger ya lo nyebar fitnah kalo lo pacaran sama Mark yang jelas-jelas gak bener sama sekali."

"Segitunya buat dapetin cowok sampe ngejar-ngejar gini."

"Yah sayang banget tapi cowoknya ngga mau buka hati buat lo ya? Iyalah mana mau dia sama cewek kayak lo."

"Ngapain kalian ngurus? Hidup hidupku, aku yang jalanin." Mina yang baru aja mau jalan lagi udah di dorong duluan sampe dia mundur. Yujin maju, dia jalan ngedeket ke arah Mina, telunjuknya menekan bahu gadis itu, persis dengan apa yang ia lakukan dulu ke Misa.

"Kita ngga akan pernah ngebiarin siapapun buat ngancurin hubungan terbaik yang kelas ini pernah punya. Termasuk sampah kayak lo." Yujin mengatakan itu dengan penuh penekanan. Terlihat sekali kalau dia tidak menyukai gadis itu.



🌻🌻🌻



Misa naruh kepalanya di bahunya Mark, keduanya kini tengah dalam perjalanan ke uks. "Kamu kenapa sih, sampai demam gini."

Misa bergeming, tidak memiliki tenaga untuk sekedar menjawab pertanyaan lelaki itu. Misa cuma sesekali mengendusi aroma tubuhnya Mark yang udah cukup lama tidak ia cium.

Di koridor udah banyak banget yang liatin mereka. Makanya Misa malu dan milih buat nyembunyiin wajahnya di leher lelaki itu, "Mark. . Cepet aku malu."

Mark terkekeh, setelahnya mempercepat langkahnya dan membawa si manis lebih cepat menuju uks.

Sekarang keduanya udah di uks, Mark udah nidurin Misa di salah satu ranjangnya dan sekarang dia lagi perhatiin wajahnya Misa yang pucet.

Mark ngusap rambutnya Misa, "tunggu disini, ya?"

"Ng? Mau kemana. .?"

"Sebentar aja, diem disini jangan kemana-mana." Habis ngomong gitu, Mark langsung lari keluar dari uks menuju parkiran motor. Dia ambil hoodie yang dia kenakan tadi pagi kemudian pergi keluar sekolah setelah meminta ijin pada satpam untuk membelikan bye bye fever di supermarket terdekat.

Mark yang udah selesai beli bye bye fever kembali berlari memasuki gedung sekolah, tepatnya uks dimana si manis telah menunggunya.

Mark merasa beruntung karena dia adalah pemain basket. Dia menjadi lebih lincah dan tidak begitu merasa lelah dengan apa yang ia lakukan.

Lelaki itu sampai di uks dan mendekati Misa. Gadis itu kini tengah berbaring memunggungi dirinya.

"Babe?" Misa langsung noleh dan perhatiin Mark yang lagi senyum teduh, keliatan banget kalo dia khawatir.

"Pake hoodieku dulu ya sayang?" Mark dudukin Misa, gadis itu benar-benar melakukan semua yang Mark suruh tanpa bantahan. Mungkin karena tidak enak badan.

Mark pakein Misa hoodienya, setelahnya membiarkan si manis kembali tiduran di atas kasur uks. Mark buka bye bye fevernya kemudian dia tempelin di keningnya Misa, ingin membuat sang gadis merasa lebih baik.

"Kamu rasain apa sekarang?" Mark pegang eret tangannya Misa, seolah jika di lepas sekali saja Misa akan pergi darinya.

"Dingin. ."

Waktu kata itu keluar dari bibirnya Misa, Mark langsung loncat ke atas kasur dan meluk tubuhnya Misa, membawa si manis untuk menyamankan diri di dadanya.

"Kenapa bisa sakit sih? Ngga tau apa aku khawatir?" Misa hanya terkekeh malu, setelahnya memeluk erat pinggang lelaki itu. Tidak berpikir apapun, hanya nyaman saja.

"Mi. ." Panggil Mark bikin Misa berdeham, dia mengusak wajah manisnya ke dada lelaki itu. Seperti lupa dengan masalah mereka.

"Soal Mina sama aku, aku sama dia ngga ada apapun." Misa ngedongak, dia tatap lelaki itu dengan tatapan bertanya.

Mark meluk pinggangnya Misa erat, "aku secinta ini sama kamu dan itu ngga mungkin kalo aku pacaran sama gadis lain." Lelaki itu kini mengecupi pipinya Misa, terasa sangat tulus.

"Mark. ."

"Hm?"

"Aku percaya sama kamu. . Maaf karena ngga nanya langsung ke kamu. Aku cuma takut, Mina ngancem aku. ." Matanya Misa memerah, iya, dia takut pada Mina.

Mark ngga tau reflek ini dari mana ia dapatkan, tetapi dia ngga nahan dirinya buat beri satu kecupan di bibirnya Misa. Tidak lama, hanya beberapa detik dan bibir mereka telah terpisah.

Pipi gembil si manis merona sempurna, tidak menyangka dengan apa yang Mark lakukan padanya hari ini.

"Mark. ." Panggil Misa lagi, kali ini suaranya lebih kecil, mungkin efek malu. Mark berdeham sebagai jawaban.

"Apa berciuman dalam persahabatan itu tidak apa?"

"Aku selalu denger mamah dan papahku bercerita kalau mereka sering berciuman ketika mereka masih berteman dulu. Dan, ya, kurasa tidak apa."

Cup.

Mark terkejut, si manis menciumnya?

"Ugh, kalau begitu aku juga mau cium. ."

Ada yang mau marah?😎

Dear Dream [✔]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα