ᴏᴜʀ ᴅᴀᴡɴ ɪs ʜᴏᴛᴛᴇʀ ᴛʜᴀɴ

4.3K 669 91
                                    

Double update nih, mumpung idenya ada. Hihi!

Hari ke tujuh, tepat dimana mereka sampai kembali di pekarangan sekolah mereka. Menginjakkan kembali kaki mereka ke 'rumah'.

Semua murid kelas sebelas udah pada bubar, ada yang langsung pulang, ada yang nongki - nongki lagi, ada yang masih pacaran dan ada yang lagi nunggu jemputan.

Misa jadi bagian dari orang - orang yang lagi nunggu jemputan. Dia duduk di tempat biasa dia nungguin Doyoung, berharap lelaki itu segera datang karena dia sangat merindukan lelaki itu.

Dan bener, belum ada lima menit Misa nunggu, sebuah mobil berhenti di hadapannya dan dia yakin itu adalah Doyoung.

Lelaki itu turun, dengan wajah datar tentunya. Membantu Misa untuk menaruh kopernya di jok belakang. Setelahnya, tanpa menunggu pelukan dari Misa, Doyoung langsung masuk ke dalam mobil ninggalin Misa sendirian.

Si manis meringis, dia salah disini. Mas Doy berhak marah, bahkan membencinya mungkin.

Kakinya melangkah, setelahnya memasuki mobil itu dan mobil Doyoung mulai melaju meninggalkan pekarangan sekolah.

Keduanya bergeming, ngga ada niatan buat buka pembicaraan sedikitpun. Misa sedih banget, padahal dia sangat merindukan Doyoung dan ingin menghabiskan waktu dengan lelaki itu.

Tapi kayanya dia gak bisa.

"Mas. ." Panggil Misa, dia taruh tangannya di paha lelaki itu, mengusapnya perlahan. Ingin Doyoung menoleh dan menatapnya.

Doyoung hanya melirik dari ujung matanya, berdeham menanggapi panggilan si manis, "aku laper, kita ngga makan dulu?"

Dan Doyoung sama sekali ngga jawab pertanyaan Misa. Dia cuma lajuin mobilnya ke salah satu restoran cepat saji disana. Walaupun tidak merespon, Doyoung mendengarkan.

Keduanya turun, Misa seperti biasa mencari tempat untuk duduk dan Doyoung akan memesankan makanan untuknya.

Makanannya dateng dan Misa mulai melahapnya. Sesekali memperhatikan Doyoung yang cuma diam dengan tatapan datar. Misa yakin Doyoung semarah itu.

"Mas Doyi, Misa mau disuapin ya?"

"Habisin dulu yang di mulut, jangan bicara." Dingin, kata yang menggambarkan Mas Doy sekarang. Kembali, si manis meringis. Merasa hatinya tersayat.

Dia sangat mengecewakan Doyoung kan? Sampai Doyoung berubah seperti ini padanya.

"Tapi Misa ngga mau makan kalo gak di suapin. ." Misa berhenti makan, dia dorong menjauh makanan itu tidak kau memakannya.

"Di bungkus aja, kita bawa pulang." Doyoung ngomong gitu, segera dia bungkus kembali makanan itu dan dia bawa menuju mobil, kembali meninggalkan Misa.

Misa menahan air mata yang hendak jatuh dari kelopak matanya, dia yang jahat, dia tidak akan menyalahkan orang lain untuk hal ini.

Kaki kecilnya kembali melangkah dan memasuki mobil tempat dimana Doyoung udah nunggu dia.

Di mobil lebih hening dari sebelumnya, bahkan Misa ngga membuka pembicaraan apapun. Tentu saja, dia mati - matian menahan air matanya agar tidak jatuh.

Dia tidak ingin cengeng di depan Doyoung, apalagi saat keadaan lelaki itu kini tengah marah padanya.

Perjalanan menuju rumah bener - bener terasa lama bagi Misa, dia ingin segera sampai kemudian menangis di rumah. Dia butuh itu. Dia ingin menangis.

Sejak tadi bahkan Misa terus meremas ujung lengan kemeja kebesaran yang ia pakai. Menahan tangisan memang sesulit itu baginya.

Sedangkan Doyoung lagi - lagi cuma liatin dari ujung matanya, tidak berniat menenangkan si manis. Sebenarnya hatinya sangat sakit melihat Misa seperti itu, tapi apa daya? Dia juga sangat kecewa setelah tau semuanya.



🌻🌻🌻



Siang udah berganti malam, Misa udah selesai menangis di dalam kamarnya. Kepalanya yang sedikit pusing ia bawa ke kamar mandi.

Membersihkan dirinya yang terasa lengket karena baru saja mandi setelah hampir seharian tidak mandi. Ditambah lagi menangis yang menyebabkannya berkeringat.

Misa mengenakan piyamanya kemudian turun ke bawah, mencari makan. Dia pusing dan kelaparan di saat yang bersamaan.

Biasanya, jika dia seperti ini, Doyoung akan segera memberinya makan dan menemaninya sampai dia sembuh. Tapi Misa rasa lelaki itu tidak akan melakukannya.

Si manis mengambil susu kotak di dalam kulkas, dia minum untuk meredakan panas di dalam perutnya. Kembali air matanya mengalir, dia merasa sendirian sekarang.

Dia butuh Doyoung, tidak yang lain. Tidak obat maupun makanan, hanya Doyoung yang ia inginkan sekarang.

Si manis sesenggukan, sesekali memanggil nama Doyoung yang dia yakini gak akan mendengarnya.

Tapi ternyata, si manis salah.

Dia lihat Doyoung datang.

Dia lihat Doyoung mendekatinya, tatapannya bersalah, berjongkok di hadapannya dan membawa si manis ke dalam pelukannya.

"Saya jahat ya? Saya jahat udah bikin kamu nangis kayak gini."

"Hiks. . Mas Doy. . Maafin Misa. ." Lirih Misa, tangan kecilnya ia kalungkan di leher Doyoung, wajahnya ia taruh di bahu lelaki itu. Kembali menangis.

Dia disini. Doyoungnya disini, bersamanya.

"Shh, yang harusnya minta maaf itu saya. Saya tau kamu lakuin ini karena kamu merasa bosan pada saya. Saya terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai tidak mempedulikan kamu." Doyoung bawa Misa mendekat, tidak memberikan jarak di antara keduanya.

Misa bergeming, masih melanjutkan tangisannya di bahu lelaki itu.

Doyoung dengan seluruh tenaganya, menggendong Misa ala baby koala dan membawanya menuju kamar. Kamarnya, kamar Doyoung Pratama Anantha.

Dia jatuhkan si manis di atas kasur, menciumi seluruh wajah basah milik Misa. Mencoba menghapus seluruh jejak yang lelaki sialan bernama Mark itu tinggalkan di tubuh gadisnya.

"Katakan, sampai mana dia menyentuhmu."

". . ."

"Saya ngga akan marah."

"Bahu. ."

Doyoung reflek buka kancing piyamanya Misa, bukan hanya dua, seperti yang Mark lakukan, tapi semuanya.

Bibir keduanya bertemu, Doyoung melumat bibir gadisnya dengan penuh amarah, dia tidak akan menyisakan satu titik pun bekas Mark di tubuh gadisnya.

Ciuman itu beralih dari telinga menuju leher si manis. Kali ini Doyoung juga lebih berani, dia menggigit dan menghisap leher Misa dan menimbulkan bercak merah disana.

Tulang selangka, bahu, semua udah di jamah sama bibirnya Doyoung. Antara terbakar api cemburu dan memang ingin melakukannya.

Doyoung turun, dia sedikit lebih dekat dengan dada si manis, memberikan bercak merah disana. Mark tidak pernah melakukan ini sebelumnya.

Tidak, Doyoung ngga nyentuh 'itu', lelaki itu memilih turun menuju perut rata gadisnya, kembali memberikan bercak merah disana.

Persetan dengan umur si manis yang masih terlalu muda, Misa adalah miliknya.

"Mas. ." Bisik Misa, dia tahan bahunya Doyoung bikin lelaki itu berhenti dan menatapnya. Misa tersenyum, dia sangat menyukai sentuhan Doyoung.

"Makasih, makasih udah hilangin jejak Mark di tubuhku."

"Misa, satu hal yang harus kamu ingat kalo kamu ragu sama cinta saya, saya udah pernah bilang ini ke kamu, hati saya itu punya kamu dan hati kamu CUMA punya saya." Kembali, Misa memutar memorinya.

Doyoung benar - benar pernah mengatakan hal ini padanya.

Air matanya menetes, merasa bahagia dengan adanya Doyoung di sisinya. Si manis mengangguk, dia tangkup pipi lelaki itu menariknya dan membubuhkan sebuah ciuman di bibir lelaki itu, "Mas, Misa cinta banget sama Mas!"

"Saya jauh lebih cinta sama kamu, Misa."

Malam itu dihabisin dengan Doyoung yang berusaha ngilangin semua jejaknya Mark. Tidak lebih dari itu, Doyoung udah berjanji pada dirinya sendiri.

Dear Dream [✔]Where stories live. Discover now